GC 20

418 56 42
                                    


Ketukan pena beradu dengan dentingan jam didalam kamarnya. Seolah terhipnotis dengan suara yang ia hasilkan, Jihoon melamun sambil menopang wajahnya. Ponsel dengan layar tidak terkunci menambilkan room chatnya bersama seseorang.

Jihoon menghempas penanya diatas meja, mengerang sambil mengacak rambutnya kasar.

Jisung:
Maaf Jihoon-ah, aku tidak bisa menemanimu malam ini.

Aku sudah menghubungi younghoon, dia juga ada diluar saat ini. Makanlah yang banyak, jangan sampai kau kelaparan. Younghoon di cafe dekat sekitar rumahmu, kebetulan dia ada di sana.

Jihoon menyambar hoodie abu-abunya yang ada di atas tempat tidur. Merayap keluar sambil memperhatikan sekelilingnya. Dengan mata bergulir cepat, Jihoon menaikkan tudung hoodienya dan bergegas keluar dari rumah.

Kakinya bergegas ketempat yang Jisung katakan sebelumnya, mengusapkan kedua tangannya yang dingin. Musim dingin sudah mendekat, terbukti dari deru nafasnya menghasilkan gumpalan asap dipermukaan.

Langkahnya berhenti, matanya melihat kearah cafe. Terlihat Younghoon duduk menghadap luar, dengan ponsel ditangannya dan jangan lupa benda kesayangannya yang selalu tersumpal ditelinga.

Jihoon dengan ragu memasuki cafe itu, tidak banyak pengunjung karena jam sudah menunjukkan 10 malam. Jihoon duduk disamping pemuda tinggi itu tanpa menyapa.

Menunggu makanannya, Jihoon memilih diam dengan mata menatap luar cafe.

"maaf mengganggumu." ujar Jihoon setelah 20 menit diam tanpa menoleh.

Younghoon meletakkan ponselnya dimeja, "kebetulan aku juga diluar saat Jisung menghubungiku,"

"ya Jisung sudah memberitahuku."

"tidak bisa makan jika tidak ditemani eoh?"

Jihoon menghela nafasnya kasar dan menatap Younghoon, ia mengendikkan bahunya acuh.

"ayahmu..bagaimana?"

"entahlah, Seminggu ini daddy pulang larut dan tidak bisa makan malam dirumah. Jadi selama seminggu itu ada Jisung yang mau menemaniku makan hehe," setengah berbohong dan setengah jujur, Jihoon tertawa canggung.

Pelayan datang meletakkan makanan yang ia pesan sebelumnya.

Tersenyum kecil melihat makanannya, Jihoon mulai menyantap tanpa menawarkan pada Younghoon.

Jihoon dengan rakus memakan makananya, seolah tidak ada orang disampingnya. "apa kau babi?"

Sontak Jihoon menoleh mendengar kata babi, wajahnya mengerut tidak suka. "kenapa kau mengataiku babi?!"

"makananmu kemana-mana, lihat ini!—sayurnya menempel dipipimu." Younghoon mengambil cuilan sayur yang ada di sana dan memperlihatkannya pada Jihoon.

"biarkan saja!" sembur Jihoon tidak tahu malu sehingga makanannya keluar dari mulut dan mengenai wajah pemuda tinggi itu.

"aish!! Itu menjijjkkan sialan!"

"buahaaha"

.
.
.
.
.

Langkah kecil tanpa mengeluarkan suara, serta ruangan pencahayaan minim membuatnya waspada. Mengingat letak properti rumah dengan instingnya agar tidak menabrak barang sedikitpun.

Jihoon menahan nafasnya tiap melangkah melewati kamar Daniel.

Ia menghentikan langkahnya, pintu kamar Daniel terbuka dengan cela sedikit, Jihoon mengintip kamar temaram itu.

Jihoon mendekati pintu itu perlahan. Memastikan Daniel sudah pulang atau tidak, pemuda itu takut jika perbuatannya akan diketahui oleh Daniel.

Malam sebelum itu terjadi, dimana ia mencium Daniel, pasti pria itu akan melihat keadaannya sebelum tidur. Sekarang tidak ada lagi.

Get Closer (NIELWINK) I√Where stories live. Discover now