Part 08

226 54 4
                                    

Life





{Jungkoo x Jihyo x Jin}













Jihyo kini tengah berjalan menuju halte bus seorang diri, langit kali ini terlihat mendung, dengan suara petir yang mulai menggelegar di atas sana, hal biasa jika sedang di musim penghujan, bahkan genangan air dapat terlihat di tepi jalan, yang mampu membuat para pejalan kaki terciprat oleh air kotor jika saja ada kendaraan yang melindas genangan itu, Jihyo sedikit begidik memikirkannya, diapun menggerakkan tungkai dengan tergesa, merasa tak mau kebasahan lagi seperti malam kemarin sepulang kerja, dia tahu adalah suatu kewajaran jika setiap orang selalu membawa payung di musim ini, namun Jihyo tak membawanya, dia selalu lupa jika mengenai hal yang menurutnya sepele itu, dan sialnya sang kakak yang selalu sedia pelidung tubuh kala hujan itu kini tidak bersamanya.


Halte tempat dirinya dan Jin menunggu bis kini telah terlihat, setelah sampai diapun segera mendudukkan bokongnya pada kursi yang tersedia, suasana halte terlihat lebih sepi di siang hari, Jihyopun berdiri mencoba melihat kedatangan bus yang akan membawanya segera pulang itu, sungguh Jihyo ingin segera masuk kerumah atap mereka dan membuatkan beberapa masakan sederhana utuk ayahnya yang memang acap kali tak ada dirumah karena urusan pekerjaan.

Jihyo berdiri di bibir jalan, menanti kedatangan subway, hingga tanpa dia sadari sebuah motor melaju ke arahnya dengan kecepatan tinggi, lalu..



Byur. Cairan coklat yang menggenang tepat di depan Jihyo kini telah terciprat pada tubuhnya, Jihyo mengatupkan mata seketika karena air kotor pun bau itu tetiba mendarat di hampir seluruh tubuh.

''Hei!'' teriak Jihyo mengusap wajahnya kasar lalu melihat kesal si pelaku yang kini telah memberhentikan motornya sedikit jauh dari Jihyo. Si pengemudi motor kemudian membuka helm yang terpasang sempurna di kepalanya.

''Ah Sorry'' cuap santai pemuda yang tak lain adalah Jungkook, smirk tercipta di sudut bibirnya, membuat Jihyo kehilangan kesabaran, refleks Jihyo melepas sebelah sepatu yang melekat di tungkainya lalu sekuat tenaga dia lemparkan kearah pemuda yang sama sekali tak merasa bersalah itu. Berharap si pelaku kurang ajar itu menerima balasan meskipun tak setimpal dengan apa yang Jihyo rasakan. Namun tentu saja Jungkook menangkap sepatu lusuh berwarna putih itu dengan mudah.

''Jeon Jungkook sialan!'' gumam Jihyo sembari berlari ke arah sipelaku dengan sebelah pasang sepatunya di genggaman Jungkook.

Pupil sang gadis membulat tatkala melihat sepatu putih lusuh itu di angkat tinggi oleh Jungkook, melayang di udara lalu mendarat tepat di tengah jalan raya.

''Oh tidak!'' seru tak terima Jihyo

Jihyo berniat mengambilnya kembali, bukannya tak sayang nyawa hanya saja sepatu itu adalah satu-satunya sepatu yang dia punya, dan sialnya Jihyo kesulitan untuk menyebrangi jalanan yang terlampau sibuk ini apalagi tak terdapat lampu pejalan kaki di sekitarnya.

Namun sebelum dirinya bisa menyeberang, sebuah truk besar melintas, melindas sepatu putih yang selalu membungkus kakinya kemanapun dia pergi itu. Jihyo meringis kala sepatunya telah koyak dan terlempar ke kesana kemari karena dilindas beberapa mobil yang melintas.

Jihyo memalingkan wajahnya dan menatap garang si pelaku yang kini tengah menyunggingkan senyum licik khasnya, lalu pergi meninggalkan gadis itu tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Jihyo menatap tajam motor Jungkook yang pergi menjauh, ingin rasanya Jihyo ber teleportasi dan menjambak rambut rimbun pria itu.


Sebuah bus yang di tunggu sedari tadi kini telah berhenti, menunggu penumpang yang hendak menuju persinggahannya masing-masing, Jihyo memalingkan tatapannya dan melangkah menaiki bis.

''Hakseng, kau punya uang?'' Jihyo melirik sopir bis yang baru saja melayangkan pertanyaan itu.

*Hakseng = sebutan orang dewasa kepada para pelajar di Korea

''Tentu saja'' Jawab pasti Jihyo sembari mengeluarkan sebuah kartu subway dan menempelkannya pada tempat yang di sediakan hingga terdengar bunyi bip.

Sopir yang tadi melirik Jihyo, kini kembali menghadapkan tubuhnya menatap jalan di hadapan.

''Duduklah di kursi paling belakang'' Cuap kembali sang sopir sebelum akhirnya kembali menjalankan subway.

Jihyo tak menolak dan duduk di bangku paling pojok belakang, tak dia hiraukan tatapan mengintimidasi dan tak nyaman karena bau yang dia keluarkan dari para penumpang lainnya, bahkan ada yang terang-terangan menyindir sembari menutup hidung. Namun Jihyo terlalu lelah untuk sekedar menimpali, dia lebih memilih menutup matanya dan menyederkan kepala pada kaca jendela, mencoba menenangkan hatinya yang acap kali di buat kembang-kempis oleh pemuda bernama Jeon Jungkook.










(661 words)

LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang