"Kau sudah siap?"
Arsen masuk ke dalam kamar sambil mengancingkan kancing lengan kemejanya, kepalanya mendongak dan terpesona dalam sekejap. Kaila duduk di depan meja riasnya, pandangannya bertemu dengan pandangan Arsen lewat cermin, bibir Arsen yang terbuka dan wajahnya yang pias membuat Kaila tidak bisa menahan tawanya.
"Arsen! Astaga!" Kaila berdiri mendekati suaminya itu, mengusap lembut bahu Arsen yang terbungkus kemeja biru tua, Kaila bisa merasakan otot – otot bisep Arsen yang terbentuk sempurna. "Jangan berekspresi seperti itu. Membuatku geli tahu!" ucap Kaila gemas.
"Kau cantik..." bisik Arsen sukses membuat Kaila malu.
"Kau juga tampan..." balas Kaila berbisik sambil berjinjit sedikit untuk mencium bibir Arsen. Saat hendak menarik diri, Arsen tidak membiarkan Kaila lepas. Dia malah memeluk Kaila dan menciumnya balik. "Arsen!" pekik Kaila saat Arsen hilang kendali. "Hei... hentikan! Astaga! Arsen! Kita bisa terlambat..." Kaila menahan kepala Arsen mulai turun meninggalkan jejak panas di tubuhnya.
"Aku akan melakukannya dengan cepat!" sergah Arsen bersamaan mengangkat tubuh Kaila, melangkah menuju ranjang dan menjatuhkan dirinya dan Kaila bersama diatas ranjang itu.
Kaila terkikik geli karena Arsen menggodanya, dia meraih kedua pipi Arsen menghentikan pria itu. "Janji hanya sebentar?"
"Hem... Entahlah.." Arsen yang berada di atasnya pura – pura berpikir keras, "Kau sangat mempesona malam ini, jika kau tidak keberatan, aku ingin menghabiskan malam bersamamu."
"Tidak!" sergah Kaila, "Kau harus menemaniku ke acara pembukaan gedung kesenian. Kau ingat, Direktur memintamu memberikan pidato singkat."
Arsen memutar bola matanya kesal, dia hampir lupa. Ah, menyebalkan sekali.
Kaila yang melihat itu langsung mendorong tubuh Arsen sampai dia bisa duduk di tepi ranjang dan melihat Arsen jatuh terlentang. "Lebih cepat lebih baik, kan?"
Pertanyaan Kaila mengerutkan dahi Arsen. Tangan Kaila terulur mengusap lembut kerutan di dahi Arsen dan berbisik lembut diatas tubuh suaminya. "Setelah menyelesaikan pidatomu, aku milikku sepenuhnya."
Senyum jahil Arsen tercetak, "Kau sendiri yang mengatakannya, Kai..."
"Hmhem.." Kaila mengangguk, dia menarik tangan Arsen membuat pria itu duduk. "Ayo berangkat! Kita bisa terlambat dan kau tidak akan memilikiku dengan cepat..."
"Baik, Nyonya..."
[]
Kinan berdiri gelisah sejak dia memasuki gedung kesenian baru di Universitas almamaternya. Gelas di tangannya sudah kosong lagi dan itu sudah gelas yang ke delapan. Matanya melirik ke arah dimana Reza bisa mengawasinya. Dengan takut – takut Kinan menatap ke arah pintu masuk dan berapal doa semoga Arsen segera muncul. Dia harus segera menyelesaikan ini dan meminta bantuan pria itu.
Suara ricuh di luar mencuri perhatian Kinan, dia tersenyum lega, itu pasti Arsen. Dia hendak melangkah namun Arsen sudah muncul melewati pintu masuk bersama seorang perempuan. Kinan tahu bulan lalu Arsen melepas masa lajangnya. Perempuan di sisinya sangat cantik, terpelajar—jelas. Kaila Isabella Hirawan – cucu satu – satunya presiden saat ini. Pernikahan mereka di gadang – gadang menjadi pilar baru dalam dunia politik.
Kinan memegang gelasnya dengan erat, merasa nyalinya menciut. Dulu Arsen tergila – gila padanya, tapi karena Kinan bodoh, dia meninggalkan Arsen demi pria bodoh bernama Reza. Kepala Kinan menoleh melihat kearah Reza yang sudah membulatkan mata menyuruhnya untuk segera bereaksi. Kinan harus melakukannya, dia tidak memiliki banyak waktu, Adrian membutuhkan donor dan hanya Arsen yang bisa membantunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Minister Falling In Love [Tamat]
Romance[18+] Single... Masih Muda... Mapan... Tampan... Anak Pejabat... Dan sekarang menjabat sebagai menteri termuda... Hidupnya sempurna..... Itulah gambaran tentang kehidupan seorang Arsenio Akbar Candrakanta... Tapi, siapa yang tahu, di tengah kehidupa...