Part 6

6 3 2
                                    

~Ungkapan terakhir untuk Delvin~


Apakah setelah kebahagiaan hari-hari kemarin, harus ada kata perpisahan diantara kita? Sungguh aku tidak sanggup kehilangan kamu.

**
Setelah acara ulang tahun Daniyah dan Delvin terlaksana. Kedua orang tua Daniyah sudah sepakat untuk pindah dari kota itu. Kota dimana Daniyah dibesarkan selama 10 tahun.

Sulit bagi Afifah menjauhkan Daniyah dari Delvin. Tapi karena bisnis yang benar-benar penting bagi suaminya juga demi karirnya agar tidak jatuh. Afifah dan Angga memutuskan pindah ke luar kota dan mungkin akan lama.

Sebelum mengajak Daniyah pulang. Afifah membiarkan Daniyah menghabiskan waktu terakhir bersama Delvin sebelum dia mengajaknya pergi.

"Mbak Afifah, memangnya tidak kasihan dengan Daniyah kalau harus di jauhkan dari Delvin. Mereka sudah dekat beberapa tahun. Apa tidak ada cara lain? Kalau nggak gimana kalau Daniyah tinggal disini saja. Saya bersedia merawat Daniyah sampai Mbak sama suami kembali ke kota ini," saran Dini.

"Nggak bisa Mbak, saya tidak mau merepotkan siapapun. Lagian Daniyah di kota ini tidak punya siapa-siapa, saya takutnya kalau saya sama suami tinggal di sana dan Daniyah sendiri malah nanti dia akan tertekan. Mungkin ini sudah menjadi pilihan terbaik, Mbak," jelasnya.

"Kita juga di sana lumayan lama, nanti kebutuhan Daniyah gimana? Lebih baik dia ikut saja,"lanjut Afifah. Itu akan menjadi pilihan yang sulit bagi Daniyah.

"Ya sudah, kalau itu yang terbaik saya tidak bisa memaksa," ucapnya.

Di sisi lain Daniyah dan Delvin sangat bahagia. Terlihat dari kejauhan mereka menghabiskan waktu bersama. Layaknya perangko yang selalu nempel.

Ada rasa tidak tega di dalam hati Afifah, jika harus memisahkan Daniyah dan Delvin.

**
Sore hari telah tiba. Sudah waktunya Afifah dan Angga mengajak Daniyah kembali ke rumah, karena mereka akan pergi ke luar kota besok pagi. Mereka menghampiri Daniyah dan Delvin di halaman.

"Daniyah sayang, sudah sore ayo kita pulang," ucap Afifah menghampiri Daniyah di ikuti Angga dan kedua orangtua Delvin.

"Tapi Bun, Daniyah masih pengen main sama Elvin," jawab Daniyah menolak di ajak pulang.

"Sayang, besok pagi kita akan pindah ke luar kota. Jadi kita harus pulang sekarang untuk menyiapkan barang buat kita pindah besok," jelas Afifah pada Daniyah.

"Elvin ikut kan Bun?" tanya Daniyah.

"Nggak sayang. Hanya Bunda, Papa sama Daniyah. Elvin tetap di sini," ucap Afifah. Melihat Daniyah yang terlihat sedih karena harus berpisah dengan Delvin.

"Kalau gitu Daniyah mau di sini aja sama Elvin, Bunda sama Papa aja yang pergi ke luar kota," jawab Daniyah menggandeng tangan Delvin.

Afifah menoleh ke suami, kode bahwa dia sudah tidak bisa mengatakan apa-apa. Angga pun membujuk Daniyah agar mengerti.

"Daniyah anak Papa, kamu ikut Bunda sama Papa ya. Kita di sana lama. Nanti Daniyah nggak kangen sama Bunda dan Papa? Papa janji setelah proyek dan bisnis Papa selesai, kita kembali ke sini lagi. Sekarang kamu berpamitan dengan Elvin, suatu hari nanti Papa yakin kalian bisa bertemu kembali," bujuk Angga pada Daniyah.

Daniyah pun mengerti atas apa yang dikatakan Papanya. Sebagai anak dia tidak bisa membantah.

"Iya Pa, Daniyah ikut Papa sama Bunda," ucap Daniyah setuju. Mata Daniyah berkaca-kaca menatap Delvin.

Baru saja mereka berjanji untuk tidak saling lupa, tapi kini malah harus terpisah.

"Elvin, Daniyah harus pergi lama. Elvin janji kan sama aku kalau sampai kapanpun kita tidak akan saling melupakan, Daniyah janji kalau udah dewasa kita pasti bakal bertemu. Elvin janji kan kita akan melihat pelangi di taman saat kita sudah dewasa? Jangan lupakan itu ya," ucap Daniyah menatap mata Delvin haru.

"Kalau Daniyah kembali, Elvin bakal tunggu Daniyah di taman kan?" lanjut Daniyah. Delvin pun juga sedih mendengar setiap kata yang di ucapkan-Nya.

"Peri, Elvin janji nggak akan melupakan semuanya. Aku janji akan tunggu peri sampai kembali ke sini, jaga diri baik-baik ya. Jangan sedih," ucap Delvin mengusap air mata Daniyah.

"Makasih Elvin, Daniyah juga janji akan merawat Davin. Elvin jangan benci sama Davin ya," ujarnya terakhir sebelum Daniyah pergi.

"Nggak, kamu jangan bawah-bawah Davin. Kalau bisa buang saja, dia udah jahat," ucap Delvin tidak suka mendengar apapun yang berhubungan dengan kucing. Apalagi kucing yang sudah membuatnya masuk rumah sakit.

"Daniyah sayang, Papa udah menunggu di mobil," ucap Afifah mengalihkan pembicaraan untuk mengajak Daniyah pulang. Dia tau kalau Delvin masih sangat trauma dengan kucing. Kalau Daniyah melanjutkan pembicaraannya pasti bakal membuat Delvin down.

"Daniyah pamit ya," ucapnya menatap Delvin sendu.

"Hati-hati Peri," jawabnya. Daniyah pun berjalan menuju mobil bersama dengan Bundanya.

Kamu bagaikan kupu-kupu yang selalu membawaku terbang dalam hangatnya kebahagiaan. Perpisahan ini sementara, akan ku tunggu sampai kamu datang peri kupu-kupu. Persahabatan ini akan abadi.

Semakin dikejar akan lari, tapi jika sabar menunggu pasti akan kembali. PERCAYALAH!

Daniyah dan Afifah memasuki mobil. Delvin dan kedua orang tua-Nya menatap kepergian mobil itu. Rasa sedih dalam hati Delvin saat harus jauh dari Daniyah.

Daniyah menoleh kebelakang, mobilnya perlahan semakin jauh dari rumah Delvin.

"Elvin, tunggu aku," batin Daniyah.

Perlahan engkau pun menjauh dari diriku, melupakan semua yang telah terjadi:"(ciee bacanya bernada).

...

Boyfriend Has Aulirophobia [Revisi]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang