part 7

8 2 1
                                    

~Perubahan sikap Delvin~

Semenjak hari itu. Hari dimana Daniyah berpamitan untuk pergi tepat setelah ulang tahun mereka, Delvin menjadi anak yang pendiam dan jarang keluar rumah.

Dia mengurung dirinya di kamar. Makan pun tidak teratur, Dini dan suami tidak tau harus gimana agar anaknya tidak seperti ini.

Delvin hanya melamun di depan jendela, entah apa yang ada di pikirannya. Saat tidur dia selalu menyebut nama Daniyah, mungkin kehilangan sahabat terbaik adalah hal yang paling menyakitkan bagi anak seusia Delvin. Sudah sepuluh tahun mereka menghabiskan waktu bersama dan itu tidaklah waktu yang singkat.

Konon katanya persahabatan yang sudah terjalin selama bertahun-tahun, tidak akan pernah bisa terpisahkan walaupun jarak menjadi penghalang.

"Delvin. Ini Mama sayang, buka pintunya. Mama bawah makanan kesukaan Delvin," ucap Dini mengetuk pintu kamar Delvin.

Mendengar itu, Delvin langsung beranjak dari tempat tidur menuju pintu kamar. Delvin pikir tidak seharusnya dia seperti itu pada Orang tua. Dia harus menghormatinya. Tanpa Orang tua dia tidak akan ada di dunia.

"Iya Ma," jawab Delvin setelah membukakan pintu.

"Kamu makan ya Nak, Mama bawain nasi goreng spesial buat Delvin," ucapnya menunjukan nasi goreng yang dibawanya.

"Delvin lagi nggak pengen makan, Ma," ujar Delvin. Wajahnya terlihat sangat pucat.

"Nanti kalau kamu nggak mau makan Mama bakal sedih, kamu bakal sakit Nak," jawabnya. Dini terlihat sedih melihat perubahan sikap anaknya yang drastis. Tidak ada lagi senyum di wajah Delvin. Wajahnya terlihat pucat.

Reno menaiki tangga menuju kamar Delvin, sebelum berangkat kerja dia ingin tau gimana keadaan anaknya. Karena Dini cerita bahwa Delvin tidak mau makan.

Mungkin karena kesibukan Reno di kantor, oleh sebab itu dia tidak tau keadaan anaknya.

"Ayah," ucap Delvin memeluk Reno erat.

"Delvin anak Ayah, kenapa? Kata Mama kamu nggak mau makan?" tanya Reno.

"Delvin mau makan, kalau Ayah ada di sini sama Mama. Ayah mau ya?" jawab Delvin. Mungkin karena Reno jarang di rumah, sebab pekerjaan yang terlalu padat sehingga menjadi alasan Delvin suka menyendiri.

Ayah yang menjadi penguat setelah Mamanya sibuk dengan urusannya sendiri, tanpa tau keadaan anaknya. Delvin merasa bahwa orang yang dia sayangi perlahan pergi dari hidupnya. Terkecuali Mamanya yang selalu ada di dekatnya. Hanya Mamanya.

"Hari ini Ayah bakal libur untuk menemani Delvin di rumah, sehari ini Ayah ingin menghabiskan waktu bersama Delvin. Tapi Delvin harus janji jangan mogok makan lagi," ucap Reno. Demi kesehatan Delvin apapun akan dia lakukan.

Kebersamaan bersama keluarga itu jauh lebih menyenangkan, uang dan pekerjaan tidak akan mampu membeli hangatnya kebahagiaan.

"Terimakasih, Yah," ucap Delvin senang. Delvin memeluk Reno dan Dini bergantian. Biarpun wajahnya terlihat masih sangat pucat. Seenggaknya kedua orang tua-Nya ada bersamanya. Itu jauh lebih dari cukup.

"Pasti dong, apapun akan Ayah lakukan demi jagoan Ayah. Anak laki-laki nggak boleh lemah. Mana senyumnya Ayah mau lihat," ucapnya. Delvin menunjukan senyumnya.

"Sekarang Delvin makan," ujar Reno. Delvin hanya menganggukkan lalu mengambil makanan yang di bawah Dini.

Mereka pun menghabiskan waktu bersama layaknya keluarga bahagia. Bisa dibayangkan betapa bahagianya seorang anak ketika dapat menghabiskan waktu bersama Orang tua-Nya.

Terlihat wajah Delvin terlihat tidak pucat lagi. Seharian Reno mengajak Delvin berenang. Dini memasak untuk suami dan anaknya di dapur.

Sejenak Delvin teringat Daniyah. Mungkin jika Daniyah ada di sini akan melengkapi kebahagiaan Delvin. Reno yang melihat Delvin ada di tepi kolam,menghampirinya.

"Kenapa sayang? Kamu mikirin apa?" tanya Reno. Melihat Delvin sedih Reno mengerti apa yang ada di pikirannya. Tak lain dan tak bukan pasti soal kepergian Daniyah kemarin.

"Nggak Yah, kita lanjut berenang yuk. Gimana kalau kita balapan renang Yah?" ujar Delvin menutupi kesedihannya. Dia tidak mau membuat Ayahnya juga kepikiran.

"Kalau Ayah yang menang Delvin harus janji setiap hari selalu ceria dan tidak sedih lagi. Sanggup?" ujarnya.

"Sanggup." jawab Delvin semangat.

Mereka pun mulai balapan renang, Terlihat dari jendela dapur Dini yang melihat kedua orang yang dia sayangi sangat bahagia. Dini pun melanjutkan memasak.

Percaya nggak setelah kesedihan pasti ada kebahagiaan? Harus percaya. Karena Allah tidak ingin melihat hambanya larut dalam kesedihan.

...

Boyfriend Has Aulirophobia [Revisi]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang