6

5 4 0
                                    

Zeevan buru buru pergi ke rumah sakit membawa Rinai yang pingsan.

"mamaa!Rinai pingsan maa, Zeevan krumah sakit ya." kata Zeevan yang karna panik jadi sedikit berteriak.

"ya ampun Rinai, hati hati Zeevan. Nanti kabarin mama ya." kata mama Zeevan yang juga panik.

"iya maa, Zeevan pergi." kata Zeevan lalu pergi sambil menggendong Rinai ke mobil milik Zeevan.

Diperjalanan menuju rumah sakit, Zeevan sangat panik jika gadis ini kenapa-kenapa. Entah mengapa Zeevan tak ingin lihat Rinai kesakitan atau sakit.
Sampailah Zeevan dirumah sakit dan memarkirkan mobilnya.

Suster dan dokter, telah memindahkan Rinai ke ruang UGD. Dan ternyata itu adalah Dr.Miko yang merawat Rinai dari Rinai punya penyakit.

"maav tuan, tuan tunggu diluar ya." kata suster yang tak menyuruh Zeevan ikut masuk.

Ya tuhan ku, lindungilah gadis itu.

Zeevan menangis, dan Zeevan selalu berdoaa agar Rinai baik baik saja.

"Rinaii, bangun cantik. Jangan sakit begini, Zeevin tak suka melihat Rinai kesakitan." kata Zeevan yang bersedih melihat keadan rinai.

"Vinn, Ri..nnai ta..kkut. Temani Rinai selalu, jangan tinggalin Rinai, Vin." ucap Rinai yang sambil menangis keras.

"iya Rinaiku, Zeevin janji akan selalu disisi Rinai." ucap janji Zeevin yang sangat tulus.

"sekarang Rinai bangunlah dulu, semua orang menunggu Rinai. Mereka pasti sedih jika Rinai seperti ini." kata Zeevin lembut sambil mengusap rambuh Rinai.

"tidak, tidak ada yang peduli dengan Rinai, Vin. Ayoo temani Rinai disana, atau Rinai akan tetap disini saja." kata Rinai langsung memeluk Zeevin lagi.

"Rinaiii dengarkan aku, semua sayang sama Rinai, terutama aku.
Ayo bangunlah Rinaiku..." Zeevin berucap sangat lembut dan membalas pelukan Rinai.

Zeevan berniat untuk menelpon keluarga Rinai, tapi Zeevan tak punya nomor keluarganya Rinai.
Dia memutuskan untuk menelpon Valerie teman yang dekat dengan Rinai.

"halo val, Rinai sekrang ada dirumah sakit. Dia tadi pingsan dirumah gw. Lu tolong kabarin ke keluarganya ya." kata Zeevan dengan nada khawatir.

"ya ampun Rinai..sekarang gw kesana, dan nanti gw kabarin abangnya Rinai." ucap Vale yang terkejut.

"okeh, mksi ya val." dan langsung mematikan sambungan telpon.

Tak lama itu, tiba tiba pintu yang bertulisan ruang UGD itu terbuka dan keluarlah Dr.Miko.

"apakah kamu keluarga dari Rinai?" tanya dokter dengan serius.

"ehh tidak, saja teman dekatnya Rinai dok." Zeevin terpaksa berbohong karena ingin tahu kenapa gadis itu.

"ou baiklah, nanti temui saya diruang dokter ya." kata dokter itu dan langsung pergi menginggalkan Zeevan.

"Vann, gimana Rinai?baik baik sajakah?" tanya Vale yang bersama bang Bran dari arah datang.

"itu dia ada didalam, ini gw baru aja mau masuk." kata Zeevan yang ingin segera masuk untuk mengecek keadaan Rinai

"eh bro, lu dipanggil dokter dan dokter bakal ngasih tahu jelas tentang Rinai." kata Zeevan yang bilang ke bang Bran.

"oke makasi, tolong liatin adik gw ya." bang Bran menepuk pundak Zeevan dan ke ruang dokter dengan wajah yang sangat khawatir.

Didalam kamar rawat Rinai, Rinai masih terbaring lemas seperti boneka, wajahnya yang cantik tetapi sangat pucat bahkan dibibirnya tak ada warna sedikit pun.

Rinaii, bangun...maafin gw selama ini selalu nyakitin lu, bangun Rinai.
Batin Zeevan dalam hati yang sangat menyesal.

"naii, bangun..lu kenapa? Cerita sama gw kalau lu ga baik baik aja nai. Gw selalu ada buat lu." kata Vale yang disana sudah menangis melihat Rinai yang masih terbaring tidur.

"udah val, udah malam..lu pualng aja biar gw yang jagain Rinai." kata Zeevan yang melihat Vale tertidur menunggu Rinai bangun.

Sekarang bang Bran berhadapan dengan Dr.Miko.

"dok, bagaimana keadaan adik saya?" kata bang Bran yang langsung menanyakan Rinai.

"begini ya nak Bran, Rinai sudah mengidap penyakit jantung dari dia umur 5 tahun dan ditambah lagi dia juga ada asma." kata Dr.Miko yang mulai serius.

"ha?" bang Bran sangat terkejut. Adik kecilnya yang sekarang sudah besar memiliki penyakit itu.

"maaf sebelumnya, sebenarnya dari dulu saya ingin memberi tahu tentang penyakit Rinai ini. Tetapi Rinai bersikeras untuk tidak memberi tahu keluarga Rinai termasuk nak Bran." kata Dr.Miko yang turut bersedih.

"dok, sekali lagi saya bilang terima kasih telat merawat Rinai." kata bang Bran yang sudah lemas mendengarkan apa yang dibicarakan Dr.Miko

"iya sama sama, tolong jaga adik kamu ya..dia sangat butuh kasih sayang." ucap Dr.Miko dengan nada berat.

Bang Bran keluar dari ruangan dokter itu dan beranjak ke tempat rawat Rinai.

Selamat malam man teman, maaf ya update part 6 ini lumayan lama
Soalnya author ugha lagi sibuk.kwk

Tapi tetep baca trus ya ampe ending-,-
Jangan lupa dishare ke teman teman kelen, dan vote truss

 TETESAN HUJANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang