Hargai setiap perjuangan yang dilakukan oleh seseorang untukmu. Karena, jika perjuangan itu mulai mundur dan memudar, maka kamu sendirilah yang akan mencari kebiasaan itu, ketika kamu diperjuangin.
-Faris Haryaka Rafa
_____________Pastikan sebelum baca, klik tanda bintang dipojok kiri, serta bubuhi sepatah dua kata di kolom komentar.
Nih! Happy reading Guys❤️
__________________Thafa sedang bersantai di balkon kamarnya, sambil menyeruput coklat panas. Sesekali Ia memikirkan Faris saat membisikkannya kata-kata, yang membuat bisikan itu menggerogoti otaknya serta membuat hatinya merasa bersalah.
Hal yang saat ini sangat ingin kau lupakan adalah hal yang akan sangat kau rindukan dari gue nantinya.
Ia beralih berdiri memegang pembatas besi di balkon kamarnya, menghirup udara sore sembari menikmati indahnya senja.
"Faris pasti marah dan sakit hati dengan ucapan gue. Buktinya, sudah dua hari ini dia nggak masuk sekolah." Monolognya, mengingat kembali kejadian dua hari yang lalu.
"Kayaknya gue harus minta maaf deh sama dia. Gue gak enak kalo kayak gini. Mulut gue juga, gak bisa dikontrol asal ceplos aja." Gerutunya kembali duduk, lalu menepuk mulutnya.
"Non Thafa disini toh? Dari tadi Mbok cariin, kirain kemana." Ujar Mbok, yang sontak membuat Thafa mendongak.
"Eh, Mbok." Cengirnya. "Ada apa Mbok, nyariin saya?" Tanyanya.
"Itu Non, temennya Non Thafa. Siapa Hanong, Mbok lupa namanya?"
"Hanif?" Mbok mengangguk. "Ngapain dia kesini? Kok gak ngabarin dulu? Untung aja ayah nggak ada di rumah." Lanjutnya meletakkan gelasnya.
"Mbok juga tidak tau Non. Dia ada di bawah, udah hampir setengah jam dia nunggu. Kirain, dia udah janji sama Non."
"Suruh pulang aja deh Mbok! Thafa gak mau ketemu dia dulu hari ini, saya lagi banyak pikiran mbok." Titahnya.
"Kok di suruh pulang Non? Emangnya non punya masalah sama dia? Makanya, Non Thafa banyak fikiran?"
"Bukan sama dia sih mbok." Thafa meraih tangan Mbok Minah. "Mbok, Thafa pengen nanya. Mbok pernah nggak sih buat cowok sakit hati karena mbok salah ngomong?" Tanyanya.
Mbok menatap Thafa dengan senyum jahil. "Oh, non Thafa lagi marahan sama pacarnya yah?" Tanya Mbok.
"Bukan Mbok. Cuman temen, Thafa gak punya pacar." Tampiknya menggeleng.
"Kalo itu sih, mbok tidak pernah, Non." Jawab Mbok. "Tapi setau Mbok, cowok itu gak gampang sakit hati, Non. Tapi kalau memang benar-benar dia sakit hati berarti kesalahan yang diperbuat kepadanya sudah fatal, Non. Kalau disuruh memilih, Mbok lebih memilih di benci oleh perempuan atau cewek, di bandingkan sama cowok." Jelas Mbok Minah penuh keyakinan.
"Kok gitu?"
"Soalnya Kecewanya seorang cowok gak main-main Non." Jelas Mbok Minah, yang membuat Thafa mematung.
"Yaudah, kalau gitu Mbok ke bawah dulu ya Non. Mau nyuruh Den Hanif, pulang." Mbok hendak berdiri, namun tangannya di tahan oleh Thafa.
"Gak usah Mbok! Bilangin aja, 5 menit lagi saya turun."
Tanpa menjawab, Mbok hanya mengangguk sebagai jawaban dari perintah dari Thafa.
"Kayaknya, gue memang harus minta maaf deh sama Faris." Monolognya berjalan meraih tas.
Tak selang beberapa menit, Thafa turun menemui Hanif yang sudah lama menunggu di sofa ruang tamu.
"Thafa? Gue bawain lo martabak kacang kesukaan lo nih." Gumam Hanif tersenyum melihat orang yang sedari tadi ditunggunya, datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dilemma ✓
Fiksi Remaja[FOLLOW SEBELUM MEMBACA!] Jika orangtuaku tidak menginginkanku dan kamu ternyata bukan milikku, lantas atas tujuan apa kakiku berpijak di bumi? Karena sepertinya, langitlah yang lebih menginginkanku dan tanahlah yang akan tulus mendekapku. ~ Startin...