Jika ada typo atau EYD yang berantakan kasih tau ya..
Selamat membaca...
.
.
.Ara berjalan beriringan dengan Zain dan Diyon, didepan sana terlihat seorang pria paruh baya yang berjalan menjadi pembuka jalan. Sebenarnya Zain sudah menaruh curiga terhadap Vero, karena instingnya sangat kuat.
Malam hari membuat suasana kampus menjadi mencekam, ruang kelas yang kosong, heningnya malam dan sesekali terdengar suara jangkrik yang mengiringi. Tapi itu semua tidak menyulutkan semangat Ara dalam mencari keadilan untuk Reza, hanya satu yang masih Ara bingungkan saat ini, sedari tadi roh Reza tidak menampakkan diri.
Bulu kuduk Ara meremang merasakan berbagai makhluk penunggu kampusnya, ia tahu betul bahwa tiap tempat pasti memiliki penunggunya masing-masing, tak terkecuali kampusnya ini. Hal ini membuat Ara teringat saat hari dimana Ara menjadi pembimbing ospek, ia juga merasakan aura yang sama.
Mengerikan, mencekam, dan juga penuh kesedihan.
Dari yang Ara simpulkan, berbagai makhluk gaib penunggu kampus ini memiliki riwayat hidup tragis sebelum ajal menjemputnya, dan berakhir menjadi arwah penasaran, karena rohnya tertahan didunia dan tak bisa kembali ke alam akhirat.
“Ra, abaikan saja mereka, fokuskan pikiranmu kepada kasus Reza. Jika kamu sedikit saja lengah, mereka akan berebut masuk ke dalam tubuhmu dan kamu akan kerasukan.” Diyon mengingatkan Ara yang hampir saja lalai.
“Ya, Yon, terimakasih sudah mengingatkanku.”
Benar apa yang dikatakan Diyon, apalagi mengingat aura Ara yang begitu kental akan mengundang berbagai makhluk gaib merasuki tubuh gadis itu. Ara adalah gadis istimewa, jangan lupakan bahwa ia juga memiliki penjaga—kakek Buyutnya.
Makhluk gaib disekitaran Ara mampu merasakan kekuatan besar yang dimiliki kakek Ara, oleh sebab itu mereka menginginkan tubuh Ara agar bisa dikendalikan.
Dilain sisi, Ara juga memikirkan bagaimana usaha Aris, apakah adiknya bisa membawa Dinda pulang?
Dua hari lalu Ara diperlihatkan oleh mimpi buruk tentang Dinda, sebuah bangunan bak istana yang mewah, seorang pria yang duduk di singgasana kebesarannya, dan juga ada Dinda disana.
Dinda duduk tepat disamping pria itu, orang-orang di istana memanggil Dinda dengan sebutan ‘Permaisuri.’
Ara takut jika Dinda dibawa oleh salah satu dari makhluk penunggu puncak, dan dijadikan istri olehnya. Pantas saja jika kuntilanak merah memaksa Aris untuk segera membawa Dinda pulang, sepertinya makhluk gaib satu itu mengetahui apa yang akan terjadi pada Dinda nantinya.
Tak terasa selama perjalanan dari parkiran menuju lab praktek kedokteran telah ia lalui, dan sekarang Ara berada tepat didepan bangunan yang tinggi menjulang. Matanya menatap sekumpulan orang yang telah berada disana, dan juga ada alat berat yang sudah dipersiapkan.
Jadi, Zain dan timnya telah mempersiapkan semuanya dengan matang.
Vero menatap terkejut dengan sekumpulan polisi disana, ia tidak akan menyangka bahwa ditempat ini sudah dikepung oleh pihak berwajib.
Tak banyak, setidaknya ada empat orang yang sudah memeriksa bangunan tersebut.Salah satu dari mereka menghampiri Zain dan mengucapkan salam hormat, keduanya saling berbisik sangat pelan dan Ara tidak bisa menangkap apapun dari pembicaraan itu. Tapi ia tahu betul ekspresi apa yang ditunjukkan Zain, terkejut.
Ya, Zain mengerutkan alisnya sembari bibirnya menggertak menahan amarah yang siap menyembur.
“Cepat bongkar semua bangunan ini tanpa sisa.” Zain memberi instruksi pada anak buahnya, sedangkan Vero menatapnya sengit.
“Kalian mau meratakan kampusku ‘hah? Akan ku tuntut balik, jangan macam-macam.”
Vero berteriak-teriak seperti orang gila. Mana mungkin dirinya rela jika bangunan tersebut dibongkar dengan alat berat, terlebih kebusukannya akan terkuak karena didalam sana ada hal yang ia sembunyikan selama ini.
Dua orang polisi menahan tangan Vero yang akan berusaha menyerang Zain.
Diwaktu yang bersamaan, datang seorang pria berjas klimis, tangannya membawa tas kerja berwarna hitam. Melihat orang yang ditunggu-tunggu telah tiba, Vero menyeringai bak iblis.
“Selamat malam, saya adalah Piter yang merupakan pengacara pribadi Pak Vero. Saya yang akan menyelesaikan kasusnya dengan jalur kekeluargaan—“ Ucapannya terhenti kala Zain mengangkat sebelah tangannya.
“Bahkan timku belum melakukan apapun, jangan menawarkan penyelesaian kekeluargaan.” Jawab Zain dengan tajam, membuat Piter tersentak dan terdiam sejenak.
Zain bukanlah orang yang menerima suap, sebanyak apapun tawaran uang yang akan diberikan, Zain akan menolak, pria itu sangat menjunjung tinggi keadilan dan kejujuran.
Rahang Piter mengeras mendengar penolakan Zain, jika itu orang lain, maka ia dengan mudah dapat menyuapnya.
Zain memang dikenal oleh kalangan pengacara, pejabat kota dan juga rekan seprofesinya, pria itu memang tidak mau disuap sama sekali.
“Saya hanya menawarkan untuk perdamaian, Pak Vero adalah orang ternama dikota ini. Jika anda melakukan pembongkaran paksa, maka saya juga akan membawa kasusnya ini ke meja hijau.“ Lagi, ucapan Piter terdengar sangat memaksa.
Alat berat sudah mulai meruntuhkan bangunan depan, Ara dan Diyon menyaksikan semuanya.
“Apakah orang ternama tidak boleh dihukum meskipun ia berbuat salah? Pak Piter yang terhormat, anda adalah seorang ahli hukum, kenapa anda tidak menegakkan keadilan, seolah-olah anda melindungi pelaku hanya karena bayaran yang anda terima.” Perkataan menusuk Zain mampu membuat Piter tersinggung, marah dan juga benci.
“Lagi pula, kita belum menemukan apa-apa disini, kenapa anda begitu ngotot ingin menghentikan penyelidikan ini?” Final, Zain benar-benar mampu membuat Piter mati kutu.
Zain tersenyum kecil melihat tampang emosional Piter, ini adalah adegan favoritnya, dimana orang yang berusaha menyuap akan kalah telak darinya.
Piter memerah padam, ia merasa terhina oleh Zain. Matanya bergerak memincing menatap Vero, sang majikan pun sama marahnya. Keduanya tidak menyangka jika Zain langsung yang melakukan penyelidikan ini, itu berarti mereka tidak akan bisa menyuap pihak berwajib.
Piter mengeraskan rahangnya, jari-jarinya menekan tasnya kuat-kuat seakan ingin meremukkannya. Zain tahu bahwa saat ini Piter tengah terbakar api amarah, tapi pria itu bersikap santai seolah tak terjadi apapun.
Alat berat itu sudah menghancurkan bangunan setengahnya, barang-barang lab pun ikut tertimpa reruntuhan.
Sebetulnya, Zain tidak langsung gegabah menghancurkan bangunan tersebut. Selama tiga hari ia mengumpulkan bukti kuat mengenai identitas Reza, Marcel, Gunkan dan juga Vero.
Menurut keterangan keluarga Reza, mereka memang dibungkan oleh Gunkan agar tak melaporkan kasus ini. Keluarga Reza hanyalah orang desa yang lugu, takut dan juga polos, mereka akan diancam dibunuh jika sampai melaporkannya.
Memang benar Reza tidak pulang ke kotanya setelah beberapa hari menjalani masa orientasi, orangtuanya berpikir bahwa Reza akan tinggal dikostnya sampai libur semester nantinya.
Namun, ponsel Reza tidak dapat dihubungi, teman sekampus Reza pun berkata bahwa setelah masa orientasi hari terakhir ia tidak melihat keberadaan Reza lagi. Hal tersebut membuat orangtua Reza aklang kabut, mereka segera pergi ke kota untuk mencari keberadaan sang anak.
Sesaat setelah keduanya turun dari bis, mereka berjalan kaki menuju tempat kost sang anak. Dipertengahan jalan, sekelompok orang menghadang mereka dan menculiknya.
Gunkan menyiksa orangtua Reza sebelum mengancamnya, hingga saat ini Ibu dan Ayahnya Reza trauma dan ketakutan oleh perlakuan kasar Gunkan.
Itu semua sudah cukup bagi Zain untuk menjadikannya alasan pembongkaran gedung lab, ia bahkan siap jika harus diamuk oleh atasannya karena mengambil langkah terlalu jauh, apalagi Vero adalah orang ternama dan berpengaruh.
Semua yang Zain lakukan adalah demi keadilan, ia akan memberikan pelayanan rakyat dengan seadil-adilnya.
(Bersambung)
Pembaca yang baik hati, tolong tekan bintang dan beri komentar membangunnya ya. Terimakasih..
KAMU SEDANG MEMBACA
INDRA MATA BATIN
HorrorMemiliki masa lalu kelam yang hampir saja merenggut nyawa, membuat muda-mudi itu lebih berhati-hati. Kini ketiga remaja dengan mata batin terbuka mulai berusaha membiasakan diri dengan hal-hal gaib. Ara, Aris, dan juga Dinda. Tiga bersaudara itu be...