Udah tiga hari Bang Jeje dirawat, tapi Bang Jeje belum sempat jenguk Aji. Kondisi badannya baru enak digerakin ya di hari ketiga ini. Jadi Bang Jeje putusin untuk jenguk Aji yang emang dirawat di rumah sakit yang sama dengannya. Hitung-hitung cari angin, bosan di ruang inap terus. Bosan juga Hanna enggak datang.
"Ma, Jea mau jenguk Aji dulu ya sebentar" pamit Bang Jeje ke Mama Nia yang selalu siap setia menemaninya.
"Okey, mama kemarin udah jenguk. Alhamduliiah Aji udah baikan. Mau mama antar ?" tawar Mama Nia.
"Enggak ma, Jea mau ngobrol antar lelaki" Mama Nia senyum sambil berjalan ke arah sisi ranjang mengambil tongkat kruk yang akan dipakai Bang Jeje.
Bang Jeje sengaja berjalan melewati area taman rumah sakit, mau menghirup udara segar. Pandangan Bang Jeje berhenti ketika dia melihat seorang gadis tengah mendorong lelaki yang duduk di kursi roda.
"Itu Yaya bukan sih ?" tanya Bang Jeje dalam hati.
Sedikit demi sedikit Bang Jeje berjalan kearah mendekat. Sampai dia benar-benar yakin bahwa orang yang dimaksud adalah benar, Kanaya.
"Aku mau pulang ke apartement Kay" ucap Aji.
Kanaya menhembuskan napas dengan kasar "iya sabar ya, besok kaki kamu baru mau operasi pasang gips. Untung enggak sampai pasang pen, lebih lama lagi kamu sembuhnya" Bang Jeje tersenyum, lega akhirnya hubungan Kanaya dan Aji membaik.
Iya, Bang Jeje tahu tentang hubungan Kanaya dan Aji. Mereka bukannya bemain dibelakang Bag Jeje. Tapi mereka punya masa lalu yang belum selesai. Selama ini Bang Jeje tahu kalau Kanaya dan Aji itu punya hubungan saat mereka duduk di bangku SMA. Cukup sampai situ Bang Jeje tahu, selebihnya yang Bang Jeje tahu hanya sampai sebatas mereka putus karena Aji yang pergi hilang dari kota Jakarta tanpa kasih kabar ataupun kejelasan pada Kanaya.
Bang Jeje enggak marah, sama sekali. Karena dari awal Bang Jeje jalin hubungan dengan Kanaya pun, dia udah sadar kalau mereka itu udah salah artiin rasa nyaman. Nyaman yang mereka rasain itu ternyata nyaman dalam garis pertemanan, persahabatan. Bukan sebagai pasangan. Itu yang buat Bang Jeje menyerah dengan hubungannya. Mereka saling sayang, tapi bukan sebagai sepasang kekasih, melainkan sahabat.
"Kay" panggil Aji paa Kanaya.
"Hhhmm ?"
"Maafin aku ya, aku udah tinggalin kamu tanpa kabar bertahun-tahun. Aku enggak tahu harus taruh muka aku dimana kalau ketemu sama kamu. Ak... Aku enggak tahu diri ya kalau seandainya aku bilang kalau perasaan aku ke kamu masih sama ?" Bang Jeje masih mendengarkan pembicaraan mereka.
Kanaya tersenyum, teramat manis sampai Bang Jeje aja enggak bisa berpaling dari senyumnya Kanaya "kalau aja kamu jujur sama aku dari dulu, kita enggak akan serumit ini Ji, aku bisa bantu kamu ...."
"Enggak Kay" Aji memotong "kamu enggak mungkin bisa bantu hutang keluarga aku, kamu enggak mungkin minta tolong ke papa kamu untuk bantu keluarga aku"
"Apa yang enggak mungkin Ji ? tanya Kanaya dengan tatapan datarnya "kamu enggak tahu kalau rekan bisnis papa aku yang dikabarkan pailit itu ternyata keluarga kamu kan ? kamu enggak tahu selama ini kalau papa aku juga berusaha cari keluarga kamu untuk bisa bangkit kan ?" Aji diam, kaget mengetahui fakta bahwa selama ini keluarga Kanaya mengenal keluarganya. Bang Jeje pun hanya bisa membuka matanya lebar.
"Jadi ?" tanya Bang Jeje dalam hati.
"Makin malu aja aku Kay lihat kamu" Aji menunduk.
"Sekarang jujur sama aku, orang yang pukulin kamu sama Kak Jea itu siapa ?"
Aji diam beberapa saat "aku ikut balap motor liar Kay, aku kalah dan aku enggak mampu bayar. Ayah sama bunda aku enggak tahu soal ini. Selama ini aku tinggal di Jogja di tempat nenek aku, aku bisa kuliah di Jakarta karena beasiswa"
"Astaga, tobat Ji tobat kenapa sih. Enggak ada capenya jadi bad boy. Gue aja udah tobat, sedikit sih" racau Bang Jeje dalam hati.
Kanaya tersenyum sinis "aku enggak habis pikir sama kamu ya Ji, buat apa kamu ikutan begitu tuh buat apa ?"
"Pelampiasan" jawab Aji singkat.
"Hah ? pelampiasan kamu bilang ?"
"Aku kembali ke Jakarta tanpa ada rencana, dan ketemu sama kamu lagi dengan kondisi kamu yang udah jadi milik orang lain, yang orang lain itu emang baik untuk kamu" Aji menatap mata Kanaya.
"Situasinya emang enggak mudah buat aku sama kamu" Kanaya terdiam sesaat "sekarang mau gimana ?" tanya Kanaya.
"Aku mau perbaiki semuanya Kay"
"Maksud kamu ?"
"Entah hati kamu sekarang masih untuk Jea ataupun siapapun itu, aku enggak peduli. Aku akan lanjutin hidup aku begitu juga kamu. Biar kita sama-sama obati luka hati kita gimanapun caranya" Bang Jeje rasa Aji mau mulai semuanya dari awal dengan Kanaya, tapi Aji enggak mau Bang Jeje ataupun Kanaya tersakiti.
Kanaya tersenyum "okey, kita perbaiki semuanya dari awal. Kita harus saling terbuka dan enggak ada lagi yang ditutup-tutupi"
Aji terseyum, terlihat lega dengan pembicaraannya dengan Kanaya. Bang Jeje rasa, dia enggak mau rusak momen termehek-mehek mereka. Biar mereka menyelesaikan apa yang belum sempat mereka selesaikan. Akhirnya Bang Jeje memutuskan untuk kembali ke ruang inapnya, berniat menelepon Hanna yang enggak tahu kenapa tiba-tiba jadi melintas dipikirannya.
------------
Dapat senyum manis dari Yaya nya Bang Jeje dan Kay nya Aji 😊 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Teman (Katanya)
Teen FictionJeandar Abi Yohan, tipe buaya tapi santun. Menjunjung tinggi prinsip hanya serius pada satu wanita, yang lain hanya permainan. Sayang banget sama mama papa tapi selalu ribut. Sayang Hanna juga tapi sayang cuma teman. Ruby Hanna Salsabila, kalau udah...