Jaehyun menarik pintu kayu di basement. Seragam kerja masih melekat. Jamuan panjang hari ini cukup membuatnya lelah. Ditambah hujan yang dingin, rasanya Jaehyun perlu segelas anggur lagi.
Menjadi seorang sommelier membuat Jaehyun sudah mencicipi berbagai anggur. Jaehyun bahkan punya wine cellar di rumahnya. Namun, bisa dihitung dengan jari kapan saja dia pernah minum di rumah seorang diri. Paling sering kalau ada temannya.
Jaehyun mengambil satu botol yang ia inginkan. Jaehyun menyambar gelas, lalu dengan santai menuang anggur ke dalam gelas. Kakinya sengaja dinaikkan ke sofa untuk istirahat.
Baru 5 menit tenggelam ke dalam mimpinya, suara gemerisik mengganggu. Jaehyun mengernyit. Bukankah dia sudah minta asistennya membersihkan wine cellar?
Jaehyun mengangkat bahu. Dia tidak mau peduli. Selama itu tidak mengganggunya, tidak masalah. Jaehyun lelah dan ingin istirahat. Sayangnya itu tidak terjadi.
Suara itu semakin berisik. Kali ini semakin seru karena Jaehyun mendengar langkah-langkah. Astaga.
Jaehyun terduduk dengan tegap. Semakin didengar semakin kencang gesekan antar kaki-kaki dengan lantai. Jelas itu bukan kakinya.
Jaehyun melangkah pelan. Kali ini ia mulai menajamkan telinga. Terdengar suara anak-anak. Mereka tertawa.
Mereka?
"Jaemin? Jeno?"
"Ya, Papa?"
Bola mata Jaehyun berputar. "Papa sudah bilang jangan main di sini kan?"
"Kami rindu Papa." ucap Jaemin.
Jaehyun tersenyum miring. Sepertinya dia harus mulai belajar untuk langsung menemui anaknya setelah bekerja. "Sekarang kalian dimana?"
"Catch us, Papa!" Jeno tertawa senang.
"Jangan lari-lari di sini!" Jaehyun memperingatkan sambil berjalan ke arah suara Jeno. Kali ini mereka berlari lagi.
"Kami tidak akan memecahkan apapun, Papa!" seru Jaemin.
Jaehyun berbalik. Anak-anak itu semakin menghilang. Jaehyun menepuk dahi. Sampai kapan dia harus begini?
Jaehyun berputar-putar ke setiap suara mereka. Namun, umur tidak berbohong. Punya anak di usia tua membatasi pergerakannya sekarang. Jaehyun memilih duduk di balik sebuah barrel.
Jaehyun menghela nafas. Ia hanya mendengarkan kekehan dan suara kaki anak kembarnya. Kapan-kapan dia akan mengunci wine cellar supaya mereka tidak masuk.
"Papa keluar ya?"
Tiba-tiba Jaehyun mendengar suara Jeno di belakang barrelnya. Suara itu disusul balasan Jaemin. "Aku tidak mau dikunci di sini! Tidak ada Ponny."
Ponny adalah boneka beruang kesayangan mereka. Tanpa Ponny mereka tidak bisa tidur. Mereka berjalan ke arah pintu.
Jaehyun membiarkan mereka berjalan keluar, lalu pelan-pelan mengikuti mereka. Dirasa sudah dekat pintu, Jaehyun memeluk mereka berdua. "Hayo!"
"Papaaaaa!" Jaemin menjerit kencang sambil tertawa. Dia menepuk-nepuk lengan Jaehyun untuk dilepaskan. "Papa!"
Tawa Jaehyun dan Jaemin seketika terdiam. "Huaaaaa!"
"Eh, jangan menangis, Jeno. Ini Papa." ucap Jaehyun kebingungan.
Sekarang Jaemin berubah menjadi galak. Dia memukul dan menggigit lengan Jaehyun. "Papa nih!"
"Aduh, Nak!"
KAMU SEDANG MEMBACA
After Papa's Workhour
Literatura FemininaKumpulan kisah Papa dan Anak setelah jam kerja