10.cukup bahagia

28 5 2
                                    

Bella menatap nanar pada gundukan tanah yang ada di hadapannya, di dalam tanah itu terdapat tubuh kakaknya yang sudah tiada.

Bella tersenyum miris, tak menyangka takdir ternyata begitu sulit untuk sekedar di tebak, Bella tak menyangka bahwa kakaknya akan secepat ini meninggalkan dunia.

Bella menatap satu persatu orang orang yang masih setia menangisi ana, ntah lah... Bella tak setetes pun menjatuhkan air matanya.

Bukan dia tak berduka, hanya saja sulit mengartikan dan mengekspresikannya... antara luka dan iba beradu jadi satu.

"Ayo," Ando menggenggam lembut tangan Bella untu mengikut langkahnya.

Bella bergeming dan tak menyahut, tatapannya terfokus pada Rian yang kelihatan amat terluka dan hancur.

Bellaa tersenyum miris dan sinis setelahnya, Bella melangkah mundur dan mengikut langkah kaki Ando yang menuntunnya meninggalkan pemakaman keluarga ini, bukan keluarganya.

Karna dia bukan bagiannya lagi.

Karna dia bukan siapa siapa lagi.

Karna dia bukan Ara lagi.

Dia... Bella Mellova.

Sosok ibu tangguh dan istri dari Ariando, bukan sosok gadis pemalu dan pacar seorang Rian geraldo.

Sesampainya di apartemen, Bella di sambut oleh senyuman manis dari putri kecilnya, Inna keluar dari kamar dan menghampiri mereka.

"Sudah selesai? dimana Samuel?" Inna celingak celinguk mengitari ruangan apartemen ini.

"Pemakamannya belum selesai, mungkin Samuel menunggu sampai selesai," jelas Ando.

Inna tidak di perbolehkan mengikuti acara sampai pemakaman mengingat kehamilannya yang semakin membesar.

Sore harinya, aktifitas mereka terjadi seperti biasanya, di penuhi ceria dan tawa semuanya.

Ya, keluarga Bella dan Inna memang tinggal di tempat yang sama, alasannya karna Inna tak mau jauh jauh dari bella, Inna mengerti bagaimana perasaan Bella saat ini, luka dan benci itu hampir terlupa olehnya, namun haru di ingat kembali saat bertatapan dengan wajah yang sama.

Rian memandang sendu pigura Poto dua orang wanita yang sedang bercanda ria, Poto itu adalah foto aranya dan ananya.

Aranya? Serakah sekali dia?

Ya, Rian akui ia serakah dan egois.

Di dalam Poto itu terlihat Ara memakai baju seragam SMP dan ana memakai seragam SMA.

Poto itu di ambil di taman rumah mereka, aranya terlihat sangat polos dan ananya terlihat sangat modis.

Dua kepribadian yang berbeda?

Rian menatap kosong ke arah cermin, biasanya ananya akan berdiri di hadapan cermin pada jam jam begini.
Biasanya ia akan membantu ananya mengeringkan rambutnya, biasanya mereka akan bersenda gura, biasanya mereka akan bermesra.

Itu biasanya, dan sekarang sudah tidak biasa.

Air mata mengalir dari sudut matanya, pikirannya melayang mengingat pertemuannya dengan aranya.

Aranya kembali, namun di waktu yang sudah terlambat.

Terlambat untuk bertemu ananya.

Terlambat untuk segala penyesalannya.

Ananya telah tiada dalam sejuta rasa bersalah dalam dirinya.

Ananya telah tiada.

"Siapa?" lirihnya.

InnaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang