Kalian tahu gak kenapa Dirga jadi manggil Lila dengan sebutan 'Lilil'?
Enggak ada alasan khusus. Pengen aja. Gak boleh?
Gitu.
Suka-suka Dirga aja deh ya, jangan dilarang. Dirga itu memang suka seenaknya.
Seenaknya bikin anak orang ambyar.
Buktinya, Lila aja udah bengong-bengong sejak Dirga bilang 'Lo temannya Lilil, ya?' ke Firza.
Awalnya dia mikir, hah? Lilil siapa-oh, gue, Lilil itu gue-tapi kenapa dia manggil gue jadi Lilil, anjir?
Setelah bengong beberapa menit sambil memikirkan panggilan Dirga yang kesannya gak penting, Lila mulai mikir:
Wow, ini artinya gue punya panggilan khusus dong? Itu artinya kita dekat, dong? Berarti kita teman, dong? Kak Dirga mau jadi teman dekat gue, dong? Wow!
Yes, ding-dong. Memang benar, Dirga suka berteman dengan orang yang suka panga-pongo lucu seperti Lila.
Coret saja kata 'berteman' di atas. Coret juga kata 'orang yang suka panga-pongo lucu seperti-'.
Intinya, Dirga tertarik dengan Lila.
Itu alasan Dirga berhenti meliput dan malah ngikutin Lila dari belakang, setelah dia lihat Lila dan seseorang yang lagi jalan barengan ke arah basement.
Itu 'kan tas sama sepatunya Lila? Pikir dia waktu itu.
Hapal betul, tapi pembaca udah gak perlu heran. Karena, jawabannya udah ada di judul bagian ini.
Itu juga alasan dia mencuri kantung plastik hitam punya rekan persma-nya setelah dengar Lila bertanya 'punya kantung plastik, gak?'
"Dirga! Ish, itu kantung plastik gue, buat naruh sandal!" keluh si korban pencurian-perampokan- kantung plastik itu.
"Bacod! Urgent ini, nanti gue ganti!" jawab Dirga sambil menghampiri Lila dengan setengah berlari.
Meskipun dibumbui butiran rasa khawatir saat melihat darah yang lumayan banyak keluar dari hidung Lila, Dirga senang bisa duduk bareng dan diam-diaman di samping Lila lagi.
Candu banget, sial. Pikirnya.
Seperti yang pernah Dirga bilang. Meskipun cuma niat mampir, Lila itu rasanya malah mirip rumah, tempat pulang.
Satu-satunya orang yang gak nyaman sama situasi waktu itu adalah Firza. Alasannya? Ada dua:
Satu, Firza gak suka sama tingkah dan cara Dirga senyum ke Lila. Dia masih nethink kalau Dirga itu fuckboy yang kebetulan punya jabatan lumayan di lingkungan kampus.
Dua, Firza masih gak mau bagi-bagi. Lila itu lucu banget, kayak punya adik perempuan. Gak boleh ada yang nyakitin, titik. Mendingan Lila main sama Firza aja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast; Lie
Teen FictionSemua orang sakit. Semua orang pura-pura. Semua orang bohong. Kenapa semua orang tega melakukan ini? Padahal, hidup Lila sudah mulai baik-baik saja. Lila benci orang munafik, egois, dan mereka yang pura-pura paham tentang Lila. Mereka yang datang...