44. Rezeki Titipan Allah

850 110 8
                                    

Terdengar kumandang adzan dzuhur di masjid komplek tempatnya tinggal. Kyuhyun berjalan di belakang seorang pedagang asinan yang kini mendorong masuk gerobaknya ke halaman masjid. Pedagang itu pun terlihat sudah cukup berumur, mungkin seusia dengan sang ibu. Dan bisa ia lihat jika dagangannya masih lumayan banyak, bahkan tersisa lebih dari setengahnya. Melihat hal itu, membuatnya merasa iba. Seharusnya di usia beliau saat ini, dia tidak harus bekerja keras seperti ini. Walaupun ia tahu, di luar sana pasti masih banyak para orang tua yang telah lanjut usia, namun tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

Kyuhyun langsung masuk ke dalam masjid saat melihat bapak itu yang berjalan ke tempat wudhu. Ya Allah, sehatkan lah beliau dan mudahkanlah rezeki beliau juga. Aamiin, batinnya.

Setelah sholat dzuhur berjamaah di masjid Ar-Rahman selesai. Kyuhyun pun bergegas keluar dari masjid saat melihat bapak itu melangkah keluar. "Pak, tunggu!" panggilnya saat bapak itu hendak mendorong gerobaknya keluar dari halaman masjid.

"Ada apa, A?" tanya si bapak.

"Eum... asinannya berapaan, Pak?"

"Sebungkusnya duapuluh, udah sama kerupuknya juga. Aa mau beli?"

Kyuhyun langsung mengangguk.

"Berapa bungkus, A?" tanya si bapak, lalu bergegas membuatkan asinan.

"Kalo semuanya jadi berapa bungkus?"

"Semuanya? Maksudnya yang ada di gerobak ini?" tanya si bapak dengan wajah terkejut. Apalagi dagangannya saat ini masih tersisa banyak sekali.

"Iya, Pak. Saya mau beli semuanya," jawab Kyuhyun, lalu berbalik begitu mendengar suara bapak-bapak yang baru saja keluar dari masjid. "Eum... bapak-bapak mau asinan gak? Kalo mau biar dibikin ya sama si bapak."

"Mau ditraktir nih, A?" tanya seorang bapak-bapak seraya tertawa kecil.

Kyuhyun langsung mengangguk.

"Rezeki kan kata Pak Ustadz juga gak boleh ditolak, ya. Jadi, saya mah mau," ucap seorang bapak-bapak lainnya.

"Dalam rangka apa A Kyuhyun mau neraktir kita?" tanya pak ustadz.

"Enggak dalam rangka apa-apa Pak Ustadz. Hanya ingin... berbagi aja."

"Alhamdulillah, semoga rezeki Aa ini semakin dilancarkan oleh Allah, ya."

"Aamiin, terima kasih ya Pak Ustadz," ucap Kyuhyun, lalu beralih menatap si bapak pedagang yang menunggu. "Ya udah, Pak, bungkusin aja semua. Nanti hitung semuanya ada berapa bungkus. Dan bapak-bapak, kalo mau ngambil dua bungkus juga boleh. Kan lumayan buat keluarga yang di rumah juga, ya."

Si bapak penjual asinan tersebut pun langsung bergegas membuat asinan hingga beberapa bungkus. Setelah itu ia pun memberikan dua bungkus pada setiap bapak-bapak yang berjumlah sepuluh orang. Tersisa lima bungkus lagi yang ia berikan pada sosok yang baru saja memborong dagangannya.

"Nuhun nya, A." (Terima kasih ya, A.)

"Iya, Pak," jawab Kyuhyun, tersenyum pada bapak-bapak yang bergantian mengucupkan terima kasih sekaligus berpamitan padanya. Setelah mereka pergi, ia pun menatap bapak penjual asinan yang kini sedang merapikan gerobak dengan senyum di wajahnya. "Eum... Pak. Bapak bisa ikut saya ke rumah? Saya mau ambil uangnya."

"Oh... sok atuh, A."

"Saya bantuin ya, Pak." Kyuhyun pun bergegas mengambil alih gerobak itu. Mereka berjalan menuju rumah sang mertua di mana dirinya dan sang istri masih tinggal di sana, ataupun gantian di rumah orang tuanya. Karena rumah mereka yang pembangunannya belum selesai dan baru empat puluh persen.

Presiden Jomblo (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang