"Kenapa harus dari darat jika kau bisa menyerang dari laut atau udara?"
Dua insan terpaut usia lima tahun tersebut masih sibuk dengan pembicaraan mereka walaupun hari telah dikatakan tengah malam. Dengan Oliv yang menumpukan kepalanya di atas dada bidang Jaehyun dan tangan kekar itu mengelus pucuk kepala Oliv.
"Musuhmu yang kali ini berada di tepi pantai. Kau harus punya setidaknya dua kepungan untuk menyerang" lanjut gadis itu.
"Kenapa kau begitu peduli dengan cara penyeranganku sekarang?"
Oliv mendongak lalu dengan sengaja memukul dada bidang Jaehyun. "Kalau kau tidak selamat, lalu bagaimana dengan aku?!"
Jaehyun terkekeh, mengecup sekilah kening gadis yang sekarang menampilkan wajah merengutnya. "Sudah mencintaiku? Kau terlihat khawatir"
"Tidak! Itu karena kau menculikku! Bagaimana nanti aku pulangnya jika kau tidak selamat?!"
"Karena kau menolak cintaku. Itu sebabnya kau ku bawa paksa kesini, Jung Oliv"
Gadis itu semakin merengut dan merasa malu. Ia menyembunyikan wajahnya pada dada bidang Jaehyun. Kenangan pria itu yang menyatakan cinta padanya di tengah dentuman tembakan saat perang terjadi sangat tidak romantis baginya. Semua orang berlari ketakutan karena perang antara dua kubu, Jaehyun sebagai ketua dari kubu pertama justru menyatakan cinta padanya. Tidak elit.
"Berhenti membicarakan taktikku. Sekarang aku mau mencharge badanku agar saat perang aku mempunyai tenaga"
Wajahnya semakin merah merona dengan pernyataan Jaehyun. Jelas pria itu sekarang tengah membutuhkannya. Jaehyun selalu meminta jatahnya sebelum berangkat berperang dengan alasan agar saat menghadapi musuhnya ia harus tetap hidup karena ada seseorang yang menunggunya di rumah. Oliv segala-galanya bagi Jaehyun sekarang.
Tidak ada ikatan yang jelas, keduanya sama-sama mendesahkan nama satu sama lain dalam remangnya malam. Bulan yang bersinar terang dan bintang yang menghiasi langit Paris menjadi saksi betapa panasnya pergumulan dua insan disana.
"Shit! Kau melupakan pengamanmu, Jung!"
.
.
Oliv, gadis itu melepaskan kacamata yang bertengger pada hidung mancungnya kala seseorang terus saja menggodanya dan tidak membiarkannya bekerja dengan tenang.
"Biarkan aku bekerja!" titahnya jengah. Jaehyun sedari tadi menggodanya dengan memainkan tangan kirinya atau tidak begitu memainkan telinganya. Jika seperti ini terus, gadis itu tidak akan bisa fokus dengan dokumen-dokumen yang bertumpuk di depannya.
Oliv memutar kursinya menjadi menghadap Jaehyun yang berada di sisi kirinya. Mengulurkan kedua tangannya pada pria Jung tersebut yang diterima baik oleh Jaehyun.
"Mainkan saja sesukamu, biar saja perusahaanmu bangkrut"
Jaehyun terkekeh, mengecupi berkali-kali kedua telapak tangan Oliv. "Jika perusahaan ini bangkrut, kau mau aku kasih makan apa? Jangan berfikir yang tidak-tidak"
"Maka dari itu, biarkan aku bekerja Jaehyun! Aku mau cepat pulang lalu tidur"
"Baiklah" Jaehyun beranjak dari kursinya, berdiri sekaligus mengajak Oliv untuk ikut berdiri. Memeluk tubuh gadisnya dengan posesif padahal semalaman mereka juga puas berpelukan. "Jaga dirimu. Aku pergi dulu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan | Jung Jaehyun
Fanfic[15+] ⚠ "Kau hanya milikku" ©2020moonshil29 🎖5 #exo-l 120621 🎖4 #exo-l 130621 🎖5 #nctjaehyun 160621 🎖3 #exo-l 190621 🎖3 #author 170721 🎖5 #one 010821 🎖1 #author 250921 🎖1 #nctjaehyun 161021