13 | Racun

340 52 8
                                    


Setelah menginap tiga hari di Neo Soul Jaemin ditemani Jeno dan Jisung memutuskan untuk kembali kerumahnya mengambil beberapa barang lalu berkata pada tetangganya bahwa dia akan pindah kerumah pamannya dan ibunya tengah pergi bekerja keluar kota.

"Kau penggemar Osamu Dazai?"Jisung bertanya pada Jaemin yang tengah meletakkan beberapa pakaian dan alat-alat lainnya kedalam tas besar. "Hampir sebagian Novelmu karya Osamu Dazai."

"Ah, itu sebenarnya hobi ibuku," Jaemin melipat bajunya kedalam tas. "Ibuku seorang penulis jadi ada kalanya dia butuh referensi dengan membaca novel lainnya. Tapi aku juga cukup suka membaca beberapa Novel dan salah satu yang menjadi favoritku adalah Karya Osamu Dazai berjudul No Longer Human tentang Didiskualifikasi menjadi manusia."

Jisung mengambil Novel dengan Judul yang disebutkan Jaemin. Membacanya dengan cepat hingga pertengahan tapi bisa membuat point besar jika itu tentang Ōba Yozo, seorang lelaki bermasalah yang tidak mampu mengungkapkan jati dirinya kepada orang lain, dan yang, sebaliknya, mempertahankan fasad kegembiraan kosong

Ruangan sepi dengan Jaemin yang sibuk menimbangkan apalagi yang akan dibawa. Suara buku yang ditutup keras membuat Jaemin menoleh pada wajah Jisung. "Kenapa laki-laki ini terus ingin bunuh diri? Apakah dia benar-benar tidak mempunyai motivasi hidup padahal dia sendirilah yang membuat hidupnya rumit."

Jaemin, "Pola pikir orang berbeda. Saat kau hidup diair maka kau akan kesakitan untuk hidup didarat," Jaemin menemukan sebuah buku Novel yang biasa dipegang ibunya. Karya ibunya sendiri dan memutuskan untuk memasukkan. "Kau tidak bisa memaksakan mengubah wadah seseorang."

Jisung mengangguk-ngangguk. "Ah... aku benci berpikir rumit."

Jaemin, "Hobimu apa Jisung?"

Jisung, "Aku? Aku suka mendengarkan music."

Jaemin ingat poster Boygrup NCT di kamarnya. "Ah, benar kau suka Nct."

Jisung tersenyum lebar. "Mereka keren. Khususnya maknae termuda mereka yang pintar dance."

Jaemin menutup tasnya saat sudah yakin semua barang yang dia ambil cukup. "Astaga setelah pulang sekolah aku belum memakan apapun," Dia bertanya pada Jisung. "Kau lapar Jisung?"

"Ah, aku juga lapar!" Jisung meletakkan kembali Novel karya Osamu Dazai.

Jaemin meletakkan tasnya dikasur. "Baiklah aku akan memasak mie instan."

Saat Jaemin keluar kamar dia melihat Jeno tengah tertidur dengan tenang disofanya. Matanya menutup dengan kelompak mata yang Panjang hingga menimbulkan bayangan. Masih dengan seragam sekolah yang dasinya dilonggarkan dan dua kancing yang dibuka.

Jaemin berjalan pelan kedapur tidak ingin mengganggu Jeno. Jisung dibelakangnya juga terlihat tenang berjalan lalu duduk disofa depan Jeno.

Ting Tong

Jisung yakin itu manusia karena tidak ada tanda-tanda Side Shadow. Jaemin sudah berada didapur jadi Jisung berjalan kepintu dan membukanya.

Seorang Pria dengan alis camar adalah siapa yang dilihat Jisung. Jika diingat-ingat dia teman Jaemin yang berada di Uks saat itu.

"Kau pria yang diuks itu?" Mark menunjuk Jisung.

"Kau teman Jaemin-hyung?" Jisung melebarkan pintunya. "Jika ingin bertemu Jaemin-hyung dia tengah berada didapur."

Mark yang sudah kenal rumah Jaemin memutuskan masuk untuk menemui Jaemin didapur. Dia melambat sedikit saat melihat Jeno bisa berada dirumah Jaemin juga tengah tidur. Bingung sejak kapan Jaemin berteman dengan Jeno.

Mark melihat Jaemin memungguingnya. Dia menepuk bahu Jaemin. "Hei, kau harus menjelaskan..." Mark tercekat karena Jaemin berbalik membawa pisau besar ditangannya.

Jaemin melihat wajah pucat Mark lalu menurunkan pisaunya. "Kau membuatku terkejut."

"Aku lebih terkejut karena dirumahmu bisa ada Jeno."

"Ah, itu..." Jaemin menggaruk kepalanya. "Aku akan menjelaskannya nanti tapi sekarang bisakah kau memesan pizza?" Jaemin sudah mengecek mie instannya hanya ada dua. Tidak bisa untuk empat orang termasuk Mark.

Mark padahal sangat penasaran tapi menurut untuk memesan Pizza dengan ponselnya. "Kau benar-benar harus menjelaskannya padaku setelah ini."

Jaemin mengangguk lalu terdiam mengamati Mark. "Mark apa kau menato lehermu?"

Mark menaikkan sebelah alisnya. "Apa maksudmu?"

Jaemin tiba-tiba merasa udara menjadi berat dan sinar matahari yang menembus jendela menghilang digantikan malam. Side Shadow.

Wajah Mark yang Jaemin lihat terlihat memucat dan tato itu berbentuk seperti ular yang memanjang dengan semakin pucatnya wajah Mark. Mark yang menyadari itu seperti tercekik, "Jaemin, ada apa denganku? Aku merasa aneh."

"Kau..."

"Kerasukan." Jisung berkata. Seperti biasanya Jeno sudah berada disebelah Jaemin tanpa suara.

Mark melebarkan matanya terkejut. Tato ular itu menjalar kemana-mana dan sekarang setelah mencapai ujung kakinya Mark membatu, bola mata hitamnya berubah menjadi warna putih semuanya. Pria itu tampak seperti pingsan dalam keadaan berdiri.

"Mark!" Jaemin terkejut. Dia berusaha menghampiri tapi Jeno menahannya.

"Sama seperti Ten, tampaknya ada orang sama yang meletakkan racun wadah ular ditubuhnya."

Jaemin menggeleng takut, "Maksudmu Mark akan menjadi ular?"

"Tidak akan kubiarkan," Jeno menyayat jarinya dengan pedang birunya. Lalu menggambar pola memutar didahi Mark yang menyebabkan tatou lar hitam itu berhenti menjalar. "Saat ini aku hanya bisa menahannya, kita butuh Doyoung atau Renjun untuk menghilangkannya tapi sebelum itu," Jeno melemparkan pedangnya keujung dapur.

"Keluarlah aku tahu kau disana." Sosok dengan jubah hitam juga topeng silver muncul seperti asap.

Jisung dengan sigap memasang dinding perisai. "Jadi kau yang menjadi dalang?"

Sosok itu tidak begerak tapi dia mengeluarkan suaranya. "Itu benar. Tapi bedanya kali ini aku mencampurkan racun merah kedalam tubuh pria itu," Suaranya jelas tidak nyata, seolah disamarkan. "Dia bisa mati jika kalian tidak bisa mengeluarkan racunnya."

Jaemin merasakan dadanya bergemuruh. Dia marah. Teman baiknya menjadi terseret kedalam masalah ini. "Sialan, apa maumu!"

"Harusnya kau tahu Jaemin, aku yakin bagian dari dirimu akan mengetahuinya nanti." Lalu sosok itu perlahan menghilang.

Udara kembali menipis dan sinar matahari muncul kembali. "Sialan ini karena aku jadi Mark..." Jaemin jatuh dilantai merasa bersalah.

Jisung meraih tubuh Mark sebelum pria itu terjatuh. Jeno berlutut didepan Jaemin, memegang tangan Jaemin yang bergetar. "Tenanglah Na Jaemin, aku yakin Doyoung dan Renjun bisa mengatasinya."

------------------------------------

Thanks For Vote And Comment

QinQin22_

Shadow Side | NominTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang