Happy Reading !!!
***
“Udah selesai?” Devina hanya mengangguk sebagai jawaban. “Pulang sekarang atau jalan-jalan lagi?” tanya Sadewa yang setia menatap perempuan di depannya sejak tadi.
“Bapak tahu gak ini sudah jam berapa?” Devina mendongak menatap kesal dosen tampan di hadapannya.
Dengan polosnya, Sadewa melirik jam di pergelangan tangan. “Jam delapan,” jawabnya ringan, tidak sama sekali merasa bersalah.
“Ck, sadar gak sih kalau Bapak udah nyulik saya selama itu?” dengusnya sebal.
“Jadi kamu mau pulang atau jalan-jalan dulu?” ulang Sadewa dengan lembut.
“Pulang.” Ujarnya judes, lalu bangkit dari duduk dan melenggang pergi meninggalkan Sadewa yang memperhatikan dengan senyum kecil yang terukir. Lucu. Menggemaskan. Itulah yang Sadewa tangkap dari raut kesal kekasih barunya.
Tidak ingin sampai kehilangan sosok cantik itu, Sadewa segera bangkit dari duduknya untuk mengejar Devina yang sudah keluar dari restoran, tak lupa Sadewa membayar tagihan lebih dulu, setelah itu menyusul sang kekasih yang beruntungnya melangkah menuju mobil yang Sadewa parkir sekitar tiga puluh menit lalu.
Sejak sore tadi Sadewa memang membawa perempuan itu keliling mall terlebih dulu dengan alasan ada yang ingin dirinya beli, padahal semua itu hanya alibi agar bisa lebih lama bersama mahasiswi cantiknya. Meskipun dengan cemberut nyatanya Devina tetap mengikuti, dan Sadewa senang akan hal itu.
“Jangan cemberut, nanti cantiknya ilang.” Sadewa mencolek dagu kekasihnya yang masih saja cemberut, berdiri di samping mobilnya, lalu membukakan pintu untuk si tuan putri.
“Cantik saya permanen jadi, gak akan hilang.” Devina menjawab cuek, lantas masuk ke dalam mobil.
“Iya, kamu cantik, makanya saya suka.”
🍒🍒🍒
“Lo pacarin dosen muda itu juga?” tanya Devin sedetik setelah Sadewa undur diri begitu selesai mengantarkan Devina selamat hingga rumah.
“Dianya yang mau, gue bisa apa?” jawabnya cuek, lalu melangkah menaiki undakan tangga di ikuti Devin yang masih saja penasaran kenapa saudara kembarnya bisa sampai memacari dosennya sendiri.
Oke, Devina memang ditaksir banyak laki-laki, tapi Sadewa? Masa iya dosen itu juga ikutan terpikat. Masih banyak perempuan dewasa yang lebih menarik dan pantas bersanding dengan dosen muda itu. Kenapa harus kepincut pada Devina? Apa mungkin laki-laki abad sekarang sudah buta? Devin menggeleng tak paham.
“Sis--”
“Gue capek pengen istirahat. Night.”
Brak.
Devin mundur satu langkah begitu pintu di depannya di tutup kasar oleh si pemilik kamar. Jantungnya yang berdetak kencang akibat rasa terkejut membuat pria itu menggerutu dan menyumpahserapahi kembarannya, setelah itu memilih masuk ke kamarnya sendiri.
Kali ini kakaknya itu ia izinkan lolos, tapi tidak untuk besok. Bagaimanapun Devin harus tahu bagaimana kembarannya bisa menjadi pacar si dosen baru, yang Devin tahu langsung menjadi idola para wanita di hari pertama masuk.
Sadewa memang lebih bertanggung jawab dari pria-pria lain yang selama ini menjadi pacar Devina, dosennya itu dengan sopan mengantarkan dan meminta maaf karena telat sampai di rumah. Tapi … entahlah, Devin merasa bahwa ia harus selalu mengingatkan kakaknya untuk tidak jatuh cinta. Bukan karena dirinya tidak bahagia, tapi Devin masih belum rela melepaskan kembarannya pada laki-laki lain, terlebih dirinya tidak ingin sampai kakaknya itu terluka kembali karena cinta.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelabuhan Terakhir
Fiksi RemajaDevina yang sejak awal di nobatkan sebagai playgirl di Universitas Kebaperan, siapa sangka akan terjerat pada pesona sang dosen muda yang baru saja masuk dan langsung menjadi idola seluruh kaum hawa di Kebaperan termasuk dirinya. Hanya saja Davina t...