Saat Kayla membuka matanya, interior putih khas rumah sakit langsung menyambutnya. Terakhir yang ia ingat adalah saat ia dipeluk oleh Ara, dan pandangannya langsung gelap begitu saja.
"Kay... Alhamdulillah kamu sadar juga." Ujar Ara.
"Aku... Pingsan?" Tanya Kayla.
"Iya dirimu stress dan kecapean. Udah dirimu istirahat aja dulu, dirimu udah ku bius buat tidur."
"Pantas... Kok rasanya aku ngantuk banget."
Tak lama kemudian Kayla kembali memejamkan matanya, kali ini ia tidak pingsan, melainkan tertidur akibat pengaruh obat penenangnya.
***
Arana masuk kedalam ambulans yang membawa Kayla ke rumah sakit terdekat.
Didalam ambulans ia membantu perawat yang kesulitan memasang abbocath ditangan Kayla."Mas biar saya saja..." Karena sudah pernah menginjeksi Kayla dikosan ini, Ara mengetahui kalau pembuluh darah temannya ini sedikit tricky. Ia membuka bungkus abbocath yang baru mencari titik pembuluh darah, mensterilkan dengan alcohol swab dan langsung menyuntikkannya dengan sekali tusukan.
"Mas ada cairan RL (Ringer Laktat) teman saya ini dari semalem belum masuk makan minum sama sekali, sepertinya dia dehidrasi parah."
Walau sedikit bingung, perawat itu memberikan apa yang dimintakan oleh Ara.
"Mbaknya dokter?" Tanya perawat itu.
"Bukan saya perawat..." Ujar Ara sambil mengatur laju tetesan infus.
***
Saat Kayla tertidur, Ara tetap terjaga sembari memperhatikan keadaan. Ternyata handphone Kayla berbunyi beberapa kali, telepon masuk dari dr Agha alias Raghavendra."Hallo dok?" Ara mengangkat telepon tersebut, begitu diangkat Agha langsung mencecar berbagai pertanyaan sampai membuat Ara bingung.
"Dok... Wait... Sorry... Ini Ara... Kaylanya sedang tidur... Ah... Eum... Ini lagi di IGD Kayla pingsan jadi... Eh engga, bukan-bukan... bukan di IGD RS situ... Ini lagi dikampungnya Kayla, cuti urusan mendadak... Emm... Sekarang Kayla lagi istirahat, abis dikasih penenang... Iya pak dokter... Nanti saya kasih tahu kalau dirimu telepon."
***
Setelah tertidur selama dua jam, akhirnya Kayla bangun juga. Tubuhnya terasa sedikit lebih segar setelah beristirahat, walau begitu hatinya tetap terasa sakit saat mengingat tentang adiknya.Kayla menangis dalam diam, ia menutup mulutnya rapat-rapat agar tidak mengeluarkan suara dan membangunkan Ara yang sedang tertidur disisinya.
***
Saat ini dirumah sakit Agha sedang jaga di IGD. Setelah mendapatkan keterangan dari Ara, ia menjadi penasaran dengan apa yang terjadi oleh Kayla. Kebetulan hari itu yang jaga adalah Maulyn, salah satu partner radiografer yang cukup sering jaga bareng dengan Kayla."Mbak tumben jaganya sendiri? Biasanya sama mbak Kay." Tanya Agha senatural mungkin.
"Kayla lagi berduka... Adiknya meninggal." Ujar Maulyn.
"Innalilahi wa innailaihi rojiun..."
"Dirimu ga tau kah? Bukannya kalian dekat? Ku pikir kalian pacaran..."
"Haha... Engga kok mbak..."
"...Belum..." Gumam Agha.
***
Setelah izin selama 5 hari akhirnya Kayla kembali beraktivitas dan bekerja seperti biasa. Ia berusaha menyibukkan diri agar perhatiannya sedikit teralih dari kejadian yang menimpa adiknya."Mas pesan es milo dua..."
Hah... Kayla menarik napas berat. Saat dia terdiam seperti ini, ia menjadi teringat tentang adiknya lagi.
"Hey..." Seseorang menepuk bahu Kayla. Ia menoleh ternyata itu adalah Agha.
"Are you okay?" Tanya Agha sembari menepuk-nepuk kepala Kayla dengan lembut.
***
Tok... Tok... Kayla mengetuk pintu kamarnya Arana. Tak lama kemudian Arana membuka pintunya. Setelah dipersilahkan masuk, Kayla duduk bersila dikasur sambil menatap Ara dengan tatapan yang sulit dimengerti."Ada apa?" Tanya Ara.
"Apa kamu pikir aku perlu konsul ke psikiater?"
Ara terdiam beberapa saat, ia memikirkan jawaban apa yang bisa diutarakannya agar Kayla tidak salah kaprah.
"Aku benar-benar ngerasa capek... Tidurku ga nyenyak, selalu kebayang wajah adikku. Aku takut suatu saat panic attack ku kambuh didepan orang banyak. Karena ketakutanku itu aku push mati-matian tubuhku untuk selalu kerja kerja dan kerja. Aku capek banget... Capek... Pengen istirahat..."
Ara menarik Kayla kedalam pelukannya, akhirnya tangis gadis itu pecah saat dipeluk oleh temannya itu.
"Mungkin kamu udah bosen dan muak dengan kata-kata sabar dan semangat, aku cuma mau bilang terimakasih sudah bertahan selama ini... Apapun keputusanmu aku bakalan support dirimu... Aku tahu kamu bisa lebih kuat dari ini..."
***
"Kayla Allenka J... 25 tahun... Trauma tidak diketahui... Panic attack kambuhan sejak 5 tahun yang lalu."Ghina menatap pemuda tampan dihadapannya yang tak lain adalah Agha, temannya sedari SMA yang sudah hampir 2 tahun tidak pernah ditemuinya.
"Wait... Lo hampir dua tahun ngilang ga ada kabar sekalinya datang langsung... Dia ini siapa? Pasien lo?"
Agha hanya nyengir saat melihat Ghina kesal seperti ini. Bagaimana tidak, ia hampir tidak pernah berkontak dengan gadis itu, walau sebenarnya ia mengerti kalau mereka itu masih berada dikota yang sama. Namun Agha menghindari untuk bertemu karena tidak ingin dijodohkan oleh Ghina yang memang sudah dikenal dan disukai oleh kedua orangtuanya.
"Yah maaf Ghin... Lo tau sendiri orang tua kita kayak gimana? Sebenarnya sih kalau gue bisa cari psikolog/psikiater yang lain gue bakal cari yang lain. Berhubung gue kenal sama lo yah mending sama temen aja ya kan? Kali aja dapat diskon temen gitu. Haha..." Ujar Agha bercanda.
"Kampret lo!!! So? Who is she?"
"Seseorang yang ingin ku kembalikan sinar matanya dan senyumannya..."
KAMU SEDANG MEMBACA
X-pecial
Romance-Prolog- Raghavendra Pranata (Agha) adalah salah satu dokter yang sedang menjalani pendidikan spesialis, ia mengambil spesialis bedah orthopedi, dimana ia berfokus untuk menangani cedera dan penyakit pada sistem musculoskeletal tubuh, mencangkup tul...