"They told me that to make him fall in love, I had to make he laugh. But everytime he laughs, I'm the one who falls in love"
Mereka bilang padaku, supaya dia jatuh cinta aku harus bikin dia ketawa. Tapi aneh nggak sih? Bahkan waktu dia ketawa aja malah aku yang jatuh cinta.
Kenapa sih kadang dia semenyebalkan itu?
Kadang kala waktu menatapnya juga kujadikan waktu menatap diri. Kubandingkan diriku dengannya, tak cocok sama sekali.
Dia dengan segala hal mempesona yang membuatku memilih menyurukkan muka. Jangankan berharap dekat, dia mengenaliku saja sudah keajaiban.
Ah dia lagi. Siapa sih dia? Kalau aku lihat lagi dia nggak ganteng amat. Cuma putih. Iya putih. Saking putihnya diantara puluhan teman lain hanya dia yang bersinar. Dan meskipun warna kulitnya akan menggelap, aku percaya dia masih bersinar.
Tak tahukah dia? Saat si pangeran lewat, si buruk rupa berusaha mengontrol diri. Berusaha agar kegiatan curi pandangnya tak terlalu kentara. Malu sekali bukan, jika seseorang tau akan perasaan konyol ini?
Tapi sayangnya yang tau bukan seorang, lebih banyak dari yang aku harapkan.
Ternyata lagi, puluhan putri disana juga mengharapkan pangeran. Pupus sudah harapan si buruk rupa. Hei kau dan para putri itu bagai langit dan bumi!
Atau aku bantai saja ya rasa ini? Tapi apa itu tidak keji? Padahal dia tak tau apa-apa. Dia hanya menumpang tumbuh.
Ah tapi kenapa harus padaku? Aku kan nggak bisa menjaganya?
Semakin lama aku semakin aneh. Seaneh perasaan tak tau diri ini.
Pangeran yang aku kira baik hati, tolong sekali ini saja. Jangan buat aku berharap. Untuk memeluk bulan aku tak sanggup. Karena aku, hanya seorang pungguk merindukan bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senandung Melodi
Teen FictionKelinci dan Aku. Akan jadi apa kita nanti? Kapan melodi ini berhenti? Haruskah aku menunggu sampai aku tak jatuh cinta diam-diam lagi?