8 | Snakes and Ladders

96 44 35
                                    

PLAYLIST :

Station by Lapsley

              
                 
        

"Dingin. Tidak hanya udara yang melingkupiku, tapi kali ini menembus sampai ke hatiku, hingga terasa asing."

                                         

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

        
                 
              

Hari ini hujan kembali menyapa bumi, sejak fajar sudah menebar hawa sejuk yang menusuk. Tidak deras seperti beberapa hari lalu, hanya gerimis ringan tapi mampu membuat beberapa aktivitas terhambat. Karena hujan pula, Qila berangkat diantar oleh Kakek Hans.

Sekolah juga tampak sepi tanpa ada siswa yang berlalu lalang, seperti ada hawa dingin yang melingkupi seluruh sekolah dan terlihat gelap saat dipandang.

Hingga menjelang siang, gerimis masih tetap setia menemani Mr. Dedrick yang menjelaskan tentang Gaya Lorentz sejak tiga puluh menit lalu. Qila setengah fokus dengan penjelasan Mr. Dedrick namun tetap mencoba diam dan menatap lurus kedepan. Pikirannya sekarang penuh dengan pertanyaan tentang Evan. Apa yang terjadi dengan laki-laki itu hingga membuatnya terlambat datang kesekolah dan dihukum membuat essay dua puluh halaman penuh.

Sejak pagi tadi, Evan seolah menghindarinya, atau mungkin hanya perasaan Qila saja. Laki-laki itu tidak seriang biasanya, wajahnya tampak datar dan ada lingkaran hitam dibawah matanya. Apa benar Evan sakit? Apa dia memaksakan diri untuk berlatih keras?

Qila benar-benar ingin menanyakannya, sungguh.

Qila nekat menoleh kebelakang, kearah bangku Evan. Sepersekian detik kemudian dia segera berpaling karena terkejut, Evan juga sedang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Saat itu juga Qila ingin Mr. Dedrick menjelaskan cara-cara menerjemahkan tatapan seseorang.

Begitu bel istirahat makan siang berbunyi, Qila segera beranjak dari duduknya saat tahu Evan melesat keluar kelas lebih dulu.

"Evan!" teriak Qila sembari berlari mendekat.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya.

Evan yang sedikit terkejut berusaha mengalihkan pandangannya asalkan tidak melihat kearah Qila. Laki-laki itu menunduk kemudian mengangguk singkat, "Aku harus ke ruang guru."

"Akan aku temani," Qila menawarkan diri. Bagaimana pun dia merasa Evan terlihat begitu berbeda hari ini. Qila tidak akan menjadikan masalah kejadian kemarin sore tapi dia perlu penjelasan atas sikap Evan padanya.

Laki-laki dihadapannya mendongak dan menggeleng, "Tidak perlu, aku bisa sendiri." Setelah mengucapkan itu, Evan berlalu meninggalkan Qila yang masih mematung ditempatnya.

Dengan wajah setengah lesu, Qila kembali kedalam kelas untuk mengambil kotak makannya. Setelahnya, dia berjalan keluar kelas dengan langkah pelan hendak menuju keatap. Siapa tahu Raga ada disana.

SPERANZA  ✓ [Revised]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang