Chapter 1

112 9 0
                                    

Disclaimer © King Records

WARNING: OOC, AU, Typo

.

.

.

Suara derig alarm membangunkan Ichiro dari tidurnya. Dia segera bangun kemudian mengambil gawainya untuk mematikan alarmnya.

"Hoaaam..." Ichiro menguap sambil merentangkan tangannya. Dia hanya tidur 5 jam tadi malam karena pekerjaan yang harus diselesaikan sampai larut malam. Meskipun begitu, Ichiro tetap bangun pagi karena harus menyiapkan sarapan untuk adik-adiknya yang masih SMA dan SMP.

Ichiro lalu berjalan ke kamar mandi untuk membasuh muka dengan air dingin agar membuatnya benar-benar bangun dan menghilangkan kantuknya serta menggosok gigi. Lalu, Ichiro menuju dapur untuk membuat sarapan. Dia melihat bahan makanan yang tersisa di lemari es dan memutuskan pagi ini dia akan menanak nasi dengan salmon panggang dan sup miso. Ichiro sebenarnya ingin menambahkan tamagoyaki tapi dia melihat telurnya sudah habis. Dengan mengingat-ingat untuk pergi ke supermarket untuk membeli telur dan bahan makanan yang hampir habis nanti, Ichiro memulai memasak sarapannya.

"Nii-chan, selamat pagi."

"Ah, selamat pagi, Jiro." Ichiro membalas sapaan adik pertamanya, Jiro, yang masih murid SMA ketika dia tinggal menunggu sup miso-nya matang. "Bisa tolong bangunkan Saburo? Aku sebentar lagi akan selesai membuat sarapan."

"Eeehhhh..." Jiro merengek. "Kenapa aku harus membangunkannya? Saburo bisa bangun sendiri, 'kan."

Ichiro menghela napas. Memang kedua adiknya ini hobinya berantem satu sama lain tapi Ichiro yakin jauh di dalam lubuk hati keduanya, mereka menyayangi satu sama lain. Jauh di dalam.

"Tentu saja aku bisa bangun sendiri." Saburo yang baru saja jadi bahan pembicaraan tiba-tiba memasuki dapur. "Memangnya Jiro yang tidurnya sudah kayak orang mati."

"Memangnya siapa yang bangun duluan?" Jiro mulai terpancing.

"Aku sudah bangun dari tadi," balas Saburo dan menyilangkan tangannya. "Aku mendengar alarm-mu sampai berbunyi tiga kali tapi kau tetap tidak bangun."

"Lalu kenapa kau baru keluar sekarang?"

"Tentu saja untuk menyiapkan material untuk kelas hari ini. Jiro memang bodoh, makanya hal seperti ini saja tidak mengerti."

Ichiro kembali menghela napas dan cepat-cepat menyela adik-adiknya sebelum mereka keterusan dan akan terus berantem. "Jiro, Saburo--"

"Ichi-nii, selamat pagi," potong Saburo kemudian menghampiri Ichiro. "Apakah ada yang bisa aku bantu?"

"Aku sudah hampir selesai, sih, tolong ambilkan alat makan dan tata meja saja ya."

"Nii-chan, aku juga ingin membantu." Jiro ikut menimpali.

"Aku sudah selesai di sini," balas Ichiro karena memang sudah tidak yang bisa dilakukan lagi. "Oh, Jiro membuat teh hijau saja ya."

Setelah memasak, membuat teh, dan menata meja sudah selesai, mereka langsung memakan sarapan mereka bersama-sama untuk mengisi energi sebelum memulai beraktivitas.

"Ichi-nii, aku berangkat."

"Nii-chan, aku juga berangkat."

"Hati-hati."

Setelah kedua adiknya berangkat sekolah, Ichiro langsung menuju ke meja kerjanya. Ichiro lalu menghidupkan laptopnya. Sembari menunggu laptopnya menyala, Ichiro menghela napas untuk kesekian kalinya pagi itu. Bisnis sedang lesu akhir-akhir ini dan tidak banyak yang membutuhkan jasanya di Yorozuya Yamada. Hanya ada pekerjaan-pekerjaan sepele seperti mencari kucing yang kabur atau mengajak anjing jalan-jalan, dan untuk hal-hal seperti itu Ichiro tidak mematok tarif yang tinggi. Dia sebenarnya mendapat pekerjaan setiap hari dari nenek yang tinggal di seberang jalan untuk membantu memberi makan kucing-kucing peliharaannya tapi Ichiro mengerjakannya secara cuma-cuma. Dia tidak tega harus memasang tarif untuk nenek tua yang baik hati itu. Lagipula pekerjannya juga tidak susah.

KontrakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang