"Mo? Udah sore, lho. Pulang yuk."
Jungmo pura-pura tak mendengar ucapan Woobin, jemarinya tetap memainkan nada acak di atas keyboard yang tengah dihadapinya.
"Latihannya udah dulu, yuk?" Woobin berujar hati-hati, tahu betul akan suasana hati sang tuan muda yang tengah buruk. "Lagian kan keyboard itu bagiannya Felix..."
Jungmo mendelik padanya dan Woobin spontan menutup mulut. Jungmo memang jarang marah, tapi kalau sekalinya dia merajuk, bisa gonjang-ganjing dunia.
"Mo, aku pulang duluan, ya. Aku ada agenda makan malem sama keluarga kak Chan." Suara berat itu tiba-tiba memecah keheningan.
"Tau deh, yang mau kenalan sama keluarga calon jodoh."
Jantung Jungmo rasanya melompati satu detakan saat teman-teman sebandnya menyebut-nyebut soal jodoh untuk menggodai keyboardist mereka. Meski tak ditujukan padanya, Jungmo tetap diam-diam meringis mendengarnya.
"Diem deh, Soobin. Ini perjodohan. Per-jo-do-han. Bukan berarti jodoh." Felix sang keyboardist menggerutu, memukul sang drummer dengan stik drumnya sendiri.
"Tapi kalian udah ditunangin dari kecil, lho. Masa' belum ada juga benih-benih cinta gitu?" Kali ini Minkyu sang bassist menggodanya.
Perut Jungmo rasanya makin melilit mendengar mereka membahas tentang perjodohan.
"Di antara kita, cuma Felix yang udah tunangan sejak umur dua belas ya?" Woobin yang berpikir mengganggu Jungmo sama dengan cari mati, memilih menggodai anggota paling tidak berbahaya itu. "Anjir, pasti waktu itu belum ngerti apa-apa, tuh."
"Aku sama kak Yeonjun juga udah dikenalin dari kecil, tapi keluarga kita nggak maksa soal hubungan, sih. Meski kita sama-sama tau kalau pada akhirnya kita bakalan harus nikah." Soobin berujar santai.
Band yang berisi lima orang tuan muda itu memang semuanya memiliki kisah yang hampir sama. Tapi untuk Jungmo, sepertinya cuma dia yang kisahnya tak seberuntung mereka, calon tunangannya sedingin es kutub. Jika dibandingkan dengan kak Chan-nya Felix yang hangat dan ramah bahkan pada mereka, serta kak Yeonjun-nya Soobin yang sering kali menraktir mereka setelah ada kegiatan band bersama—seorang Kang Minhee seperti bumi dan langit. Neraka dan surga, Minhee nerakanya tentu saja. Kutub Utara dan Hutan Hujan Amazon.
Tuh, kan. Jungmo jadi makin galau.
Keempat temannya tersentak saat salah satu jari Jungmo meleset memencet salah satu tuts keyboard yang menghasilkan suara dentingan keras, menoleh ke arah pemuda itu dan buru-buru menghampirinya saat melihat kedua matanya berkaca-kaca.
"Mogu, kenapa?" Woobin buru-buru bangkit mendekatinya.
"Aduh jangan nangis, mampus deh ntar bisa dibunuh kak June ini." Minkyu panik sendiri, melirik takut-takut ke arah pintu seakan Junhoe bisa dengan ajaib tiba-tiba ada di depan, seakan memiliki radar untuk mengetahui suasana hati adik kesayangannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ikigai +Minimo
Fanfiction'Cinta hadir karena terbiasa', katanya. Gimana coba, caranya terbiasa sama Kang Minhee yang dinginnya ngalahin kutub Utara? [Age Reversal AU, sub!Jungmo]