"Da-daddy~" aku kembali memasang topeng polos di bepan Sasuke. Bersikap takut seolah ketahuan mencuri.
"Apa yang kau lakukan di sini Cerry? " wajah itu tetap mempesona tapi sekarang jauh lebih bernilai dari pertama kali kami bertemu. Itu karena perkataan Yahiko.
Nanti aku akan bertanya lebih lanjut pada Yahiko apa hubungan Rudolf dan Sasuke.
Menarik nafas kasar aku menatap ke arah Sasuke. "Aku sudah lulus kuliah, Daddy. Sudah waktunya aku melihat dunia malam yang belum pernah aku nikmati sebelumnya. Dan kau...baru saja mengusir teman pria pertamaku. " Aku cemberut dengan Sasuke, berharap dia akan melepasku agar aku bisa berbicara dengan Yahiko lagi.
"Jadi, bisakah aku mendapatkan kebebasan untuk berkenalan dengan pria tampan tadi? "
Namun pria di depanku ini justru meraihku dan mendudukkan aku di pahanya. Matanya berkilat-berkobar dengan makna yang tidak aku ketahui.
"Daddy, ini salah. "
"Mengapa repot-repot menemukan pria lain, Sweety? " Tubuh kami saling menempel. Pahaku yang telanjang karena hanya tertutup rok mini pertengahan paha menggesek celana jeans yang ia kenakan. Getaran-getaran kecil mulai terasa di pangkal pahaku yang merambat melalui syaraf dan memacu jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya. Sungguh aku merasa malu dengan kondisi ini. Aku bahkan merasakan tangannya yang hangat dan besar di kulit pinggulku. Ibu jarinya membuat gerakan melingkar di sana, sungguh geli.
"Daddy, turunkan aku."
Nafas Sasuke memburu. "Kau bisa belajar segala hal tentang club atau dunia malam dariku. "
"Daddy, posisi ini tidak enak di lihat. ''
Sedari tadi Sasuke mengabaikan permohonanku yang ingin terlepas dari pangkuannya. Itu karena aku mulai panik saat sesuatu yang keras mulai mendesak paha telanjangku.
Sasuke mengambil martini di meja. Menenggak minuman bening yang dilengkapi es itu dengan cara yang mempesona. Apel adamnya yang bergerak-gerak saat menenggak martini menyebabkan mulutku mengering dengan ajaib. Aku menelan ludahku karena rasa haus yang datang tiba-tiba.
Sepertinya Sasuke menyadari rasa hausku. Jarinya terangkat dan si bartender tidak berani membuat Sasuke menunggu. Satu martini kembali muncul di meja. Aku tidak menyangka diskriminasi berlaku di club juga.
"Minumlah martini ini, Sweety, " perintah Sasuke. Jelas aku tidak menolak perintah Sasuke karena memamg membutuhkan sesuatu untuk membasahi tenggorokanku.
Sejujurnya aku belum pernah meminum martini. Sejak kematian ibuku, aku menjauhkan diri dari kesenangan seperti itu. Aku takut jika terlalu jatuh cinta martini atau minuman beralkohol sehingga memilih mereka dari pada membalaskan dendamku.
"Ahhh... " desahku kemudian saat cairan dingin sedikit manis beraroma vermouth plus vodka dan bening melewati tenggorokanku. Ini rasa menarik.
"Aku tidak memilih martini dry untukmu, ternyata kau menyukai rasanya."
Aku masih jatuh cinta dengan rasa martini. Itu disebabkan tubuh seperti dialiri oleh energi hangat. Dan yang ku tau jika itu efek alkoholnya. Kurasa aku harus menjauh dari benda itu sebelum otakku kehilangan kewarasannya. Dan yang perlu aku lakukan adalah menjauh dari Sasuke dan sesuatu yang keras itu.
"Daddy, aku ingin menari di sana. Bisakan kau melepaskanku. "
"Aku akan menemanimu. "
Akhirnya aku bisa lolos dari paha Sasuke. Namun tangannya tetap tidak membiarkanku lolos. Dia melangkah melewati kerumunan orang dengan semua aura dominasinya. Menuntunku ke tangga menuju skyfloor.
"Kau bisa menari di sini, Sweety. "
Ya My Gosh.
Dia memang candu, atau devil atau dewa seks. Sasuke yang menari hampir membuatku gila. Dia dengan otot maskulinya yang bergerak. Wajah dengan matanya yang seperti pemangsa. Juga bibir dan seringai yang ia miliki. Semuanya adalah kombinasi mematikan bagi kaum hawa.
Lihat saja sekeliling kami. Semua berhenti karena terpesona. Detik ketika ia menari, saat itu pula dunia seolah berpusat padanya. Dia adalah wujud nyata kecemburuan pria.
"Daddy, kau sangat panas, " pujiku.
"Imbangi aku, Sweety. "
Sasuke menarik tubuhku mendekat. Mengarahkan tubuhku untuk bergerak seirama tubuhnya. Aku akhirnya ikut luluh bersama kesenangan dunia malam. Melebur dengan hentakan musik yang ditemani pria tampan sekelas Sasuke.
"Aku menyukai aroma mu, Sweety. "
"Kurasa kau menyukai aroma momy-ku."
Wajahnya mengeras mendengar celetukanku. Dia nampak terganggu dengan fakta jika dirinya adalah suami Mei.
"Aku tidak pernah menyukai aroma wanita bermake up tebal. " Dia melirik pada sekumpulan wanita minim pakaian dan memiliki bibir merah menyala. Padahal menurutku mereka cantik dan bibir merah itu sesuai dengan tema pakaian yang mereka pakai.
Sudahlah, aku tidak ingin memperburuk suasana hatinya. Lagi pula aku harus membuat Mei merasakan sakit hati ibuku. Jadi sekarang adalah langkah awal yang bagus. Aku melangkahkan kaki mendekat ke arahnya. Membelakanginya hingga seperti menggoda Sasuke dengan bokong indahku. Pinggulku meliuk, tanganku menyilang ke lehernya. Dan dengan seduktif mengesekan seluruh tubuh bagian belakangku ke tububnya.
"Sweety... " Dia mengeram hebat.
"Yes, Daddy? "
"Kau nakal. "
"Aku hanya ingin mendekatkan diri dengan Daddy-ku. "
Aku mendengar dia terkekeh. Kurasa dia tau jika aku mengulang kata-katanya.
"Itu bagus. Tetaplah mendekatkan diri padaku. "
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Le Meilleur Gagne
FanfictionBalas dendam, ambisi, hasrat semua bersatu membentuk sebuah karakter baru pada diri Sakura. Demi balas dendam ia memiliki ambisi gelap yang menakutkan. Semua menyeretnya dalam hasrat gelap yang semestinya tak kan pernah ada. Namun ia terjatuh begitu...