Sakit

11.1K 361 10
                                    

Sakit.

Kata itu yang menggambarkan suasana hatinya. Rasa sakit yang luar biasa menyakitkan sampai kedalam hatinya.

Orangtua yang egois, hidup dalam kesengsaraan, tekanan batin, hidup penuh luka. Tak ada yang spesial, justru Ia mendapat banyak rasa sakit yang menimbulkan luka baru yang tertumpuk dengan luka lama.

"Hiks sakit~"

Tangisan pilu itu menggema diseluruh penjuru kamarnya. Memukul-mukul dadanya berharap dapat menghilangkan rasa sakitnya. Air matanya pun terus berjatuhan.

"Sakit hiks~ KENAPA INI HARUS TERJADI PADAKU??? Hiks~" teriaknya frustasi, menyalurkan semua rasa sakitnya dengan berteriak.

"Apa aku tak pantas mendapat kebahagiaanku sendiri?" Ia terus berbicara pada dirinya sendiri, kenapa dirinya tak boleh merasakan kebahagiaan? Itulah yang ada dibenak si pemuda manis.

Tok Tok Tok ~

Sebuah ketukan dipintunya tak membuatnya berhenti menangis, hanya menoleh sekilas sembari menarik selimut untuk menutupi seluruh tubuhnya.

"Nak, bukalah.... Ada yang ingin Eomma sampaikan, sayang." ucap Appa si manis dari luar.

"Aku tak peduli hiks~" sahut simanis dingin dengan air mata yang masih mengalir.

"Appa mohon, Haechanie...." mohon Appa nya terdengar putus asa.

Haechan, si lelaki manis, hanya diam tak menyahut. Ia mengatur nafasnya agar kembali normal, wajahnya berubah menjadi dingin walau jejak air mata terlihat dengan jelas disana. Berjalan dengan enggan membukakan pintu untuk 'Appa' nya.

Cklekk~

Pintu terbuka, membuat sang Appa menghembuskan nafas lega. Ia awalnya menunduk, saat mendongak Ia terkejut melihat wajah anaknya yang dingin. Putra kesayangannya berubah menjadi dingin, dan itu karena kesalahannya dan suaminya.

Setelah membukakan pintu, Haechan berjalan kembali ke ranjangnya. Ia sudah tak peduli dengan kata 'Sopan Santun'. Terlanjur kecewa dengan keluarganya sendiri.

"Haechanie say–"

"Langsung inti!" potong Haechan cepat. Sesungguhnya Ia muak harus berhadapan dengan Appa nya lagi, orang yang telah merebut kebahagiaannya.

Sang Appa menghela napas panjang. "Maafkan Appa, nak. Kau akan menikah seminggu lagi." ucap sang Appa membuat Haechan membulatkan matanya terkejut.

"Mwoya!? APA KAU GILA!?!? TAK CUKUPKAH KALIAN MENGHANCURKAN HIDUPKU!??" teriak Haechan menggebu-gebu dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Sang Appa terkejut mendengar teriakan anaknya untuk yang pertama kalinya. Haechan membencinya, Haechan tak lagi mau memanggilnya Appa, bahkan Haechan tak lagi menggunakan kata-kata sopan layaknya seorang anak pada orang tuanya.

"Seo Haecahan!!" teriak seseorang dengan nada marah, Daddy nya.

Haechan dan Appa nya menoleh kearah pintu kamarnya, terkejut melihat sang kepala keluarga yang terlihat murka dengan wajah yang memerah padam dan rahangnya yang mengeras.

Haechan tak peduli. Keluarga ini memang keras. Sejak kecil Haechan dibesarkan dengan banyak kekerasan. Jujur, Ia bukanlah pribadi yang tangguh, yang bisa menerima semua rasa sakit seorang diri. Haechan hanyalah pemuda polos yang hidup dalam lubang neraka.

Seo Haechan adalah anak dari Seo Johnny dan Seo Taeil yang lahir dengan masalah dalam hidupnya. Ia memang anak kesayangan mereka, tapi Ia tak merasakan itu karena yang Ia dapat hanyalah rasa sakit.

"Dimana sopan santunmu, anak muda!?" tanya Johnny dengan penuh penekanan disetiap kalimatnya, matanya menatap anaknya tajam.

Ah, masih pantaskah Ia memanggil Haechan dengan sebutan 'Anak' setelah apa yang mereka lakukan?

"Sopan santun? Aku tak butuh sopan santun sekarang!" sarkas Haechan balas menatap tajam Appa nya.

Johnny geram. Ia berjalan dengan cepat kearah Haechan dengan nafas yang memburu menahan emosi, dan—

Plakk~

Sebuah tamparan keras tepat mengenai pipi kiri Haechan, meninggalkan jejak tangan besar sang Daddy di pipinya yang mulai memerah. Bahkan sudut bibirnya robek dan mengeluarkan darah.

Taeil terkejut melihat sang suami menampar anaknya hingga sudut bibir sang anak mengeluarkan cairan merah, yaitu darah. Ia mendekati Haechan dan berusaha menyentuh wajah sang anak.

Haechan menepis tangan Taeil dengan kasar, tak memedulikan rasa sakit di pipinya karena yang paling mendominasi adalah rasa sakit dihatinya.

Johnny semakin emosi melihat sikap tak sopan anaknya kepada Appa nya sendiri. Tangannya mulai terangkat kembali akan menampar Haechan sebelum tangan Taeil menahannya untuk tak menampar Haechan lagi.

"Kenapa? Ingin menamparku lagi? Silahkan! Ayo tampar aku lagi!! Bunuh aku sekalian! Aku tak pantas bahagia!! Hiks~" teriak Haechan dengan air mata yang turun membasahi pipi tirusnya.

Taeil menangis melihat anaknya yang putus asa. Ia segera merengkuh tubuh anaknya kedalam pelukannya. Mengucapkan beribu kata maaf  walau Ia tahu, itu tak sebanding dengan rasa sakit yang dirasakan anaknya.

"Maafkan Appa... Maafkan Appa..." gumam Taeil berkali-kali dengan isak tangis yang saling bersahutan dengan Haechan.

Johnny menunduk, semua amarahnya seakan meluap begitu saja melihat anak dan suami mungilnya menangis dengan pilu seperti ini dihadapannya.

Ia berjalan kearah keduanya, merangsek masuk kedalam pelukan antara ayah dan anak itu. Ia ikut menggumamkan kata maaf kepada sang anak atas semua perilakunya yang kasar selama ini.

Dan malam itu menjadi malam favorit bagi Haechan. Keluarganya memperlakukannya dengan lebih baik, ditambah lagi Ia tak jadi menikah dengan anak teman bisnis ayahnya, Huang Hendery.

"Aku menyayangi kalian~"











END_^

Thanks to :

- Lee Haechan
- Seo Johnny
- Moon Taeil

♠ ngefeel ga? Ugh bingung mau nulis kek gimana... Ga ada yg mo request lagi nih? Hiks sedih....

Tau ga? Chapter ini aku tulis karena suasana hatiku:) Jadi aku bisa nulis sesuai hatiku. Kalo hatiku sedih aku bakal bikin cerita yg mengandung bawang, begitupun sebaliknya....

Btw, ada yg kangen? Maaf ya jarang up soalnya lagi ada banyak masalah hehe....

O iya jangan lupa vote and komen ya karna itu ga butuh waktu banyak....

Please always give support to Kyu .... Love all of you💜

Sleman, Yogyakarta, 23 September 2020

My Baby PuduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang