Lembar demi lembar halaman kubaca dan ku padami dengan seksama, mataku sudah terlalu letih melihat berbagai deretan angka yang tetulis rapi dihalaman bukuku namu terlihat abstrak ketika kucoba memahaminya, aku benar-benar lelah dengan Matematika, sangat ingin ku menghindari pelajaran ini namun apalah daya ini adalah hal paling utama dalam pembelajaran di sekolah manapun, aku berharap ketika kuliah nanti pelajaran matematika tidak lagi ku jumpai karena ini sangat rumit dibandingkan dengan deretan ayat-ayat Allah yang selalu mampu menyentuh kalbuku.
Aku benar-benar lelah beberapa minggu belakangan ini, selain harus berjuang untuk ujian nasional SMP aku juga harus memperjuankan hafalan al-Qur'anku ditambah lagi banyaknya rutinitas pesantren yang membuat pikiranku semakin kacau, aku berusaha semaksimal mungkin untuk mengimbangi antara kepentingan dunia dan akhirat, selebihnya aku serahkan semua kepada yang maha memberi kehidupan.
"Nadia!" panggil Zahra sambil menempuk lembut pundakku
"Iyaa.. Giamana Ra?"
"Sholat yuuk, minta petunjuk sama Allah agar dimudahkan dalam Ujian besok!"
"Hayuuk!" jawabku sambil membereskan buku-buku dihadapanku
Zahra memang sangat rajin dalam segala hal, dan dia selalu mengajakku dalam menjalani kebaikan serta membantuku dalam situasi apapun. Aku lebih dekat dengan Allah karena aku dikirimkan sahabat yang baik oleh-Nya dan insyaAllah sahabat yang akan bersamaku di Surga-Nya kelak. Amiin yaa Rabbal Alamiin.
****
Sudah menjadi kewajiban setiap hariku untuk berangkat kesekolah bareng Zahra, hari ini kami berangkat jam 7 tepat, karena ujian nasional akan dilakukan jam 09.00 WIB. Kami memang suka berangkat sekolah lebih awal karena biar tidak merasa terburu-terburu dan bisa lebih leluasa belajar dikelas dahulu sebelum pelajaran maupun ujian dimulai.
"Hei Nadia!" suara khas Leon membuat jantungu berdetak 2x lebih cepat dari biasanya, karena ucapan Zahra beberapa hari lalu aku selalu merasa ada hal aneh ketika ada Leon disampingku, namun aku mencoba sebisa mungkin menyembunyikan perasaan ini, biar hanya aku dan Tuhanku saja yang tahu mengenai hal ini.
"Nad! Dipanggil tuh sama Leon" Ucap Zahra menyadarkan lamunanaku
"Eh, Leon! Eeee.. iya? Ada apa?" jawabku gugup dan terbata-bata
"Loh kok keliatan beda Nad?" ucap Leon sambil melihatku heran. Seketika aku menunduk dan merasa malu banget dilihatin seperti ini.
"Hah? Beda gimana?" jawabku dengan mencoba menghilangkan rasa gugupku yang berlebihan.
"Kamu kok gugup banget, ga kaya biasanya! Kan kamu kalau mau ujian biasa aja seperti Zahra karena udah hafal semua pelajaran ya. Gugup karena mau ujian nasional Nad?" Ucap Leon membuatku semakin gugup.
"i.. iyaa, aku gugup banget mau ujian nasional" jawabku singkat sambil pura-pura baca buku yang ada digenggamanku, kalau aku jawab panjang kali lebar takutnya malah menjadi semakin terlihat gugup.
"Yaudah ke koridor sebelah yaa, soalnya kita beda kelas Nad! Ini sesuai absen kan? Zahra ruangannya disebelah sana kan? Yuk balik keruangan masing-masing" ucap Leon mengurangi rasa gugupku
"iyaa kamu duluan aja, kan kita beda ruangan juga!" jawab Zahra.
Kemudian Leonmelangkah pelan meninggalkan aku dan Zahra di koridor kelas 9B, aku begitu legaketika Leon udah jauh dari padangan mataku, jantungku hampir copot ditempat,untung masih bisa pura-pura stay cool.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Islammu Mahar Terbaik"
Teen Fiction" Ajari aku mengenal Tuhanmu Nadia! Aku tahu jika aku ingin memilikimu maka aku harus mendekat kepada penciptamu, merayu penciptamu agar diizinkan untuk membahagiakanmu lebih lama ". Ucap Jason dengan lembah lembut membuat hati Nadia terkagum, dan t...