1

2.1K 145 16
                                    

Pesta semakin meriah dengan dentuman musik menggema diseluruh penjuru ruangan, tawa serta kebebasan dalam mengekspresikan diri mereka. Semuanya terdiri dari para remaja yang menghabiskan malam mereka di club yang sudah disewa oleh pria bernama Karl. Mereka mengangkat gelas bir dengan teriakan "Cheers!" dan meneguk secara bersamaan.

Terlihat wanita yang bernama Krystal itu berjalan memegang gelas berisi vodka ke arah kerumunan orang yang sedang asyik berjoget dengan alunan musik DJ yang membuat diri mereka semakin bergairah. Krystal berdansa ria, meneguk kembali vodka ditangan kanannya. Beberapa pria mendekatinya, mendekati wanita yang bernama Krystal, yang terlihat liar dan panas. Krystal mabuk, yang tanpa sadar mencium beberapa pria dan wanita secara acak.

"Minggir!" seorang pria bertumbuh tinggi berbadan atletis mendekati Krystal, memarahi seorang pria yang juga memberikan ciuman untuk Krystal.

Krystal tersenyum yang masih menari mengikuti musik. "Jangan galak-galak, Karl." tatap Krystal yang langsung mengalungkan kedua tanganya di leher belakang pria yang bernama Karl.

Karl mencium bibir Krystal dengan penuh nafsu. "Kau miliku, Krystal Claire Frost."

Krystal mengangguk. Rambut lurus panjang berwarna coklat kemerahan bergerak indah ke kanan dan kiri. Baju tank top hitam yang memperlihatkan kulit seputih salju yang membuat bibir merah delimanya terlihat mencolok, Krystal terlihat panas dan menggoda. Bibir sensualnya tersenyum, mata yang memikat juga memiliki bulu mata yang lentik. Semua pria takjub melihat kecantikan Krystal yang hampir sempurna dengan bentuk dahi dan rahang yang sempit, dengan tulang pipi yang ideal. Memiliki bentuk wajah yang seperti berlian.

Krystal berjalan mendekati sahabat-sahabatnya yang sedang membicarakan para pria-pria yang tampan. Krystal hanya menggelengkan kepala, setengah mabuk dan jatuh ke dalam pelukan Karl.

~

Krystal bangun dari tidurnya karena bunyi ponsel yang terus berdering. Krystal mengambil ponselnya dengan setengah sadar. Matanya menyipit kemudian pupilnya membesar ketika melihat jam yang menujukan pukul 10 pagi "Damn!"

Krystal bergegas membuka selimut, mengambil pakaian serta celana panjangnya. "Selamat pagi, sayang." Karl menggosok mata dengan tanganya, memperhatikan Krystal yang terlihat terburu-buru mengenakan pakaian.

"Mengapa buru-buru sekali? bukankah ini hari minggu?" ucap Karl yang masih menatap Krystal di dalam selimut.

Krystal mengikat tali sepatu vans old skool hitam bergaris putih miliknya. "Aku pinjam mobilmu," ucap Krystal mengambil kunci mobil Karl.

"Ya, tapi.."

"Bye!" Krystal menutup pintu dan bergegas pergi.

Krystal melaju mobil Karl menuju Trinity Church. Krystal berharap polisi tidak ada yang mencurigainya, karena Krystal belum memiliki surat izin mengemudi. Tetapi, jika dibandingkan dengan polisi, Krystal lebih baik berurusan dengan polisi dibandingkan dengan ayahnya.

Untungnya jalanan kota tidak begitu padat, mungkin mereka juga lelah sehabis pesta semalaman seperti Krystal.

Krystal membuka pintu dan berlari menuju gereja. Doa-doa sudah dimulai dan Krystal berhasil menemukan ibu dan ayahnya yang sedang khusyuk berdoa, Krystalpun ikut berdoa.

Setelah selesai, Krystal dibanjiri pertanyaan oleh kedua orang tuanya. Tentu bukan Krystal namanya kalau tak pandai bersilat lidah. Menjelaskan dengan begitu penuh keyakinan bahwa dirinya menghabiskan waktu di rumah Mara untuk belajar bersama. Bahkan, sang ayah menelfon salah satu sahabat Krystal, apakah anaknya berbohong atau tidak. "Jika kamu berbohong, maka Tuhan akan menghukumu."

The Night We MetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang