a little incident

7 1 0
                                    

Jalanan becek dengan lubang- lubang yang menganga ditambah dengan suara klakson yang saling bersautan seolah sudah seperti playlist musik wajib bagi Zey saat ia hendak pulang ke rumah.  Mengendarai mobil disituasi seperti ini mungkin tidak akan menjadi masalah, tapi gadis berambut hitam legam sebahu itu lebih memilih menggunakan sepeda. Alasannya agar dia bisa menyelip diantara kendaraan- kendaraan roda empat.

Tiba dipersimpangan terakhir Zey dikagetkan dengan suara benda yang terjatuh dari sebelah kirinya. Ternyata itu adalah HP berwarna hitam  yang terjun dari saku sang pemilik. Zey hanya melirik HP itu karena menurutnya si pemilik pasti akan menyadari. Namun ternyata perkiraan Zey salah, laki laki pemilik HP itu justru melajukan motor nya saat lampu hjau menyala, dengan sigap Zey segera turun dari sedel dan mengambil HP itu dan spontan melemparnya ke keranjang sepedanya.

Ayuhan pedal Zey menjadi semakin cepat selaras dengan semakin kencangnya suara teriakannya, berharap laki- laki berjaket hitam itu menghentikan motornya.

"WOOY, LO YANG PAKE JAKET ITEM!"

"WOY BUDEK APA GIMANA? WOY!"

Namun sayang, usaha Zey menjadi sia sia karena laki laki bertubuh tegap itu tetap melajukan motornya dan menghilang dalam sekejap mata. "Yah, udah ilang aja si mas nya, gimana dong? masa gue bawa pulang?" oceh Zey sambil menatap HP hitam berlogo buah apel tergigit itu.

Sembari mengatur nafas Zey berfikir untuk membawa HP itu terlebih dahulu, toh pasti akan ada orang yang menghubungi nantinya, pikir Zey. 

Saat Zey hendak mengayuh pedal handphone hitam itu berdering dan memperlihatkan nama "Edargo" pada layar. Sedikit ragu namun Zey akhirnya memutuskan untuk menjawab panggilan tersebut.

"Halo?" Zey memulai percakapan terlebih dahulu, dengan loud speaker yang ia aktifnya terdengar dengan jelas suara nafas tak beraturan dari seberang sana. Zey sedikit bingung namun ia juga penasaran mengapa selma 10 detik suara tersebut tak berganti, benar - benar hanya suara deru nafas yang terpotong - potong.

"Ha-halo? ini yang punya hp ivune item case pinokio bukan? atau temennya?"

"Siapa lo?" Zey tercekat. Suara orang bernama Edargo itu sangat dalam dan... menakutkan. "Gue barusan nemu hp ini jatoh di persimpangan Madom, kalo lo temennya buruan ambil ya gue tunggu di deket toko buku."

Lima detik, sepuluh detik, dua puluh detik, tidak ada sautan dari Edargo hanya suara hembusan nafas yang sudah sedikit tenang yang terdengar. Zey semakin bingung, ini orang nglindur apa gimana dah?, pikir Zey.

"Halo masih idup kagak sih? Ha-"

"Tolong gue. Jln. Edelweis. Lima. Tuju. Toko Koran"

tut tut tut tut tut

"HEH APA SIH INI NGGAK JELAS! ADUUUH, MASAK HARUS PUTER BALIK, SIH? YA TUHAN 3 KILO METER GILA APA?!" Zey meluapkan amarahnya dengan sia- sia di depan tiang pembatas jalan yang ia sandari. Sedikit ragu untuk mendatangi laki- laki bernama Edargo tadi, tapi kelihatannya ia sedang butuh bantuan.

Zey mengangkat kedua tangannya, merentangkan setiap jari nya dan mulai bergumam. "Nggak usah, tolong, nggak usah, tolong, nggak usah, tolong, nggak usah, tolong, nggak usah, to..."

"YAELAH! CK!" Zey membanting hp hitam tadi ke kerenjang sepeda nya dengan lumayan keras lalu memutar haluan untuk kembali ke jalan utama dan berniat menjumpai- eit bukan, menolong laki- laki bernama Erdago tadi.

Ditengah perjalanan menuju toko koran langganan Papa nya sebenarnya Zey merasa ragu dan takut, bagaimana jika orang bernama Edargo tadi orang jahat? atau jangan - jangan penculik? tapi apa faedahnya menculik dirinya? Zey bahkan bukan anak dari keluarga konglomerat.

Satu belokan lagi Zey akan sampai di toko yang telah dibangun sejak tahun 1987 itu, nama pemiliknya Koh Jung, laki- laki tua yang gemar memberi makan burung merpati di depan tokonya. Tapi kali ini toko Koh Jung nampak sepi dan Zey yakin seratus persen kalau toko ini tutup.

"Ini orang mau ngerjain gue apa gimana dah? " gumam Zey sambil terus mengamati daun pintu toko Koh Jung yang tertulis tanda 'tutup' di kacanya.

Karena merasa hanya dikerjai Zey memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu, karena keadaan sekitar yang sangat sepi. Saat Zey hendak memutar haluan kedua bola mata Zey dibuat melebar dengan adanya darah yang mengalir dari daun pintu toko Koh Jung. Pannik? JELAS LAH PANIK!

Zey dengan sigap turun dari sepedanya dan bergegas mengambil handphone yang ada di saku roknya lalu memanggil nomor darurat utnuk memanggil ambulance, dan gila saja ada laki- laki muda yang terkapar tepat di balik pintu dengan perut yang penuh dengan lumuran darah.

Zey sangat panik, ia hendak membuka pintu itu namun ia takut karena bagaimana pun ini akan menjadi urusan pihak berwajib. Zey hendak memastikan kondisi laki- laki itu, apakah masih hidup atau.. ah tidak!

Tidak kehabisan akal, Zey mengambil penggaris yang ada di dalam tasnya lalu menyelipkan penggaris itu di bawah celah pintu dan menempelkan bagian tumpulnya di pipi laiki- laki itu, tentu saja agar tidak terjadi kesalah pahaman Zey merekam semua aksinya.

"W- Woy! Ergado, bangun lo! Heh bangun! Gue udah panggil ambulan, lima menit lagi sampe" Zey terus memaju mundurkan ujung penggaris itu sambil berharap akan kesadaran laki- laki itu.

"Nama gue Edargo, khok! Argh!" Laki- laki itu mengerang kesakitan dan nampak tak berdaya. Zey yang melihat itu sedikit merasa lega-- setidaknya ia masih hidup tapi juga kasihan. Sekilas nampak wajah laki- laki itu, hidungnya mancung, alisnya tebal dan khem, dia tampan.

Bunyi sirine ambulan perlahan mulai terdengar, hingga bunyinya semakin jelas. Para petugas segera turun dari mobil dan melakukan tindakan penanganan pertama untuk laki- laki itu. Zey hanya bisa melihat dari jauh karena jujur saja, darah yang mengalir dari tubuh laki- laki sangat banyak dan baunya sungguh menyeruak.

" Maaf mbak, apakah benar ini dengan Mbak Zey?" Salah satu petugas kesehatan menghampiri Zey yang sedang termenung membayangkan waj- eh kondisi laki- laki tadi. " Iya pak, dengan saya sendiri. Saya nggak kenal dengan orang itu pak sebenarnya, jadi saya tadi pas pulang di persimpangan ada hp jatuh terus pas saya mau kembaliin yang punya pergi, eh ada telfon masuk ternyata dari Ergado ini pak, dia bilang minta tolong suruh kesini, eh pas saya kesini dia udah kayak gitu pak. Kalo bapak nggak percaya bisa cek cctv Koh Jung soalnya ada tuh di atas." Petugas Rumah Sakit memandang Zey dengan seksama lali mengiyakan semua permyataan Zey dan meminta Zey untuk ikut bersama ke Rumah Sakit.

Zey tidak pergi ke Rumah Sakit dengan sepedanya melainkan dengan ambulan yang sama dengan laki- laki tadi. Ngeri? oh jelas. Bau alkohol dan berbagai obatan membuat hidung Zey sedikit perih dan akhirnya menundukkan kepalanya. Zey tidak sadar jika rambut nya yang menjuntai kedepan mengenai wajah laki- laki tadi yang sedang tertidur dan membuat Edargo terbangun sembari meniup rambut Zey.

"Eh! Apeni?!" Zey sontak mengangkat kepalanya dengan cepat hingga belakang kepalanya terbentur dengan bagian mobil. Zey meringis kesakitan lalu menatap laki- laki yang sedang tertidur itu. Perawat yang ada di bangku belakang sontak menahan tawa dan menanyakan apakah Zey baik- baik saja atau tidak.

Zey benar- benar malu, tapi saat ia melihat laki- laki itu ternyata dia masih tertidur, dan yang  benar saja Zey berfikir bahwa tiupan tadi berasal dari roh mobil ambulan ini.

Saat Zey berusaha menangkan dirinya satu notifikasi masuk dari hp Edargo yang memang saat itu di bawa oleh Zey.

masih idup lo?

Zey nampak tidak asing dengan wajah dari foto profil tersebut dan namanya juga sangat familiar di telinganya.

"Sheka?" gumam Zey sambil menerawang ingatannya.




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 25, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Will you be my rival?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang