❌ Yoshida Ikogume❌

154 39 31
                                    

Jangan lupa vote sebelum membaca!! keep reading 😊

❌🇯🇵❌

"Yoshida taicho!!" (kapten Yoshida)

Kapten Yoshida tergeletak bersimbah darah. Yoshida ikogume, lelaki itu menyelamatkan sang atasan tanpa memedulikan keselamatan sendiri. Dengan cara menghalangi seorang santri yang menghunuskan bambunya. Ujung bambu runcing itu membuat punggung Yoshida koyak. Hiro panik bukan main, tak pikir panjang, lelaki itu menggendong bawahannya, meninggalkan lokasi yang semakin kacau tak terkendali.

Nafas Hiro memburu menahan bobot yang ada di punggungnya. Semakin panik saat ia merasakan nafas pendek kapten Yoshida berembus menerpa tengkuknya. Lelaki itu sekarat. Hiro begitu sulit untuk menggerakkan tangannya, bahkan sekedar mengelap peluh. Yamada Hiro semakin tersiksa saat di depannya berdiri semak belukar setinggi dada orang dewasa. Ia harus melewati jalan pintas ini. Hiro mengeluarkan katana nya, menebaskan pedang pendek itu ke semak belukar sebisanya. Dengan susah payah, tangan kiri Hiro ia gunakan untuk mencari celah, sedangkan tangan kanan menjadi satu satunya penopang tubuh kapten Yoshida. Membuat urat uratnya menonjol.

"Yamada chui.."( letnan Yamada) Lelaki yang tengah berjuang melawan maut itu memanggil atasannya dengan napas terengah-engah. Entah mendapatkan kekuatan darimana, Yoshida mampu membuka suara.

"Watashi no tsuma o tsurete ikimasu.." (bawa istriku pergi bersamamu) Suaranya amat lirih, nyaris terdengar seperti bisikan.

"Jangan melantur, Yoshida taicho. Bertahanlah! Kau akan selamat, tetap jaga kesadaranmu! Jangan tertidur."

"Yamada chui, katakan padanya.. aku sangat mencintainya." Nafasnya semakin memburu. Yoshida ikogume menyandarkan kepalanya pada punggung sang atasan, rautnya yang kesakitan berangsur tenang.

"Soshite... watashitachi no...musuko!" (dan... anak.. kami) Lelaki itu memejamkan mata, tenggelam dalam rasa sakit yang mulai menggerogoti kesadarannya. Bulir-bulir air mata terakhirnya jatuh membasahi punggung Hiro yang bercampur dengan keringat.

"Kapten Yoshida! Kau akan bertemu dengan anak dan istrimu, bertahanlah! Jangan buat perjuanganku sia sia!!" Hiro semakin mempercepat langkahnya.

Tangan kiri Hiro sudah terluka sana sini akibat bergesekan dengan rumput ilalang yang kasar. Memang belum terasa sakit, namun luka luka itu mulai mengeluarkan darah. Hiro tak kuasa menahan beban, ditambah sengatan matahari yang sedang terik teriknya. Tujuannya hanya satu, cepat sampai ke markas.

Selesai dengan semak belukar, ia harus melewati jalan setapak yang licin. Lelaki mengenaskan itu hampir tergelincir saat sepatu boot nya tak sengaja menginjak lumut basah. Tak tahan dengan sepatu bootnya, Hiro melepas dan meninggalkannya disana. Dalam hati ia merutuk, lebih baik mengenakan gapyak usang milik Damini daripada mengenakan boots yang hampir mencelakainya ini. Tak lagi terdengar suara Yoshida, meski Hiro memanggil namanya berulang kali. Hiro meringis lemah, dalam hati ia berdoa agar Yoshida ikogume dapat diselamatkan.

Beberapa menit berjibaku di jalan setapak yang licin, akhirnya ia sampai di markas. Dengan hati hati, Hiro meletakkan tubuh bawahannya yang kini tak sadarkan diri. Dengan panik, ia berteriak-teriak memanggil tenaga medis yang memang bertugas di markas itu. Beberapa lelaki berbaju putih memeriksa luka kapten Yoshida, simbol palang merah tersemat di lengan kanan mereka. Mereka sibuk memeriksa luka pada punggung kapten Yoshida yang semakin banyak mengeluarkan darah.

Hiro tak lagi menghiraukan dirinya yang kacau. Terlihat lebih mengenaskan daripada si korban. Seragamnya sobek compang camping, lengan kirinya penuh luka, bertelanjang kaki tanpa sepatu, tak lupa sekujur tubuhnya dipenuhi rumput kering yang tak sengaja menempel.

𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐖𝐨𝐫𝐥𝐝 𝐖𝐚𝐫 𝐥𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang