Enam bulan lalu, Amara tertangkap sekelompok Bandit di tengah hutan saat tengah berburu bersama Ayumi.
Kalalaian Ayumi yang meninggalkan Amara tanpa penjagaan, nyaris membuat nyawa gadis cilik tersebut terenggut. Para Bandit kala itu meminta Ayumi menyerahkan diri, atau nyawa Amara yang melayang. Perempuan itu jelas melawan, enggan menyerahkan diri begitu saja meski pada akhirnya, dia tetap kalah jumlah.
Beruntung, seorang pria tak dikenal yang kebetulan tengah berburu di hutan menolong keduanya. Pria itu sekonyong-konyong datang dan melumpuhkan semua Bandit dengan mudah. Seolah para bajingan berbadan besar itu hanya tikus sekarat semata baginya. Ayumi sempat terpukau melihat gerakan gesit dan kehebatannya dalam bertarung. Hal itu mengingatkan Ayumi kepada seseorang.
Setelah berhasil diselamatkan, Amara yang terguncang atas insiden tersebut menangis sepanjang jalan pulang. Berbeda dengan Ayumi yang tertegun, perempuan itu tak lepaskan tatapan misteriusnya dari si Penolong.
Jeon Jungkook. Dia mengenalkan diri sebagai Jeon Jungkook, salah satu prajurit dewa Perang, Ares.
Semenjak kejadian itu, mereka jadi mengenal satu sama lain.
Ayumi tidak memberikan protes ketika Jungkook berkata ingin menjadi teman baiknya. Mereka menjadi teman seperti pada umumnya. Namun semakin lama bersama, perangai Jungkook yang sebenarnya mulai mencuat. Pria itu sedikit diktator, acap kali bertingkah sesuka hati. Kendati demikian, dia memiliki sisi manis yang meluluhkan.
Kemudian, suatu hari, Jeon Jungkook tiba-tiba meminta—atau lebih tepatnya memaksa—Ayumi menjadi kekasihnya. Gadis itu tentunya menolak, namun setelah si pria mengungkit budinya, dengan setengah hati Ayumi mengiyakan permintaannya. Toh, saat bosan, Jungkook pasti meninggalkannya, pikir Ayumi saat itu.
Hubungan mereka berjalan baik. Tidak ada pertengkaran hebat sepanjang mereka bersama, setidaknya—belum. Pria itu dominan, namun dapat diimbangi oleh Ayumi yang manis mulut pun manipulatif.
Lelaki jangkung itu juga agak sibuk. Jungkook kerap kali datang dan pergi tanpa permisi. Benar-benar tipikal pria yang tahu-tahu sudah berdiri di sisi ranjang, dan menatap gadisnya yang terlelap dengan seringai tipis yang memuakkan. Dan Ayumi—walau merasa tindakan tersebut sangat tidak sopan— sama sekali tidak melayangkan protes secara frontal. Bukan tidak berani, hanya terlalu malas. Sebab dia tahu, pada akhirnya mereka hanya akan berdebat dan itu hal melelahkan yang Ayumi hindari.
Lalu hari itu, lagi-lagi Jungkook mengucapkan hal yang sebelumnya tidak pernah Ayumi pikirkan. Dia mengajaknya untuk hidup abadi bersama, padahal ajakan yang kemarin saja masih Ayumi abaikan.
Kemarin Jungkook memaksanya memberi jawaban, namun gadis itu buru-buru mengalihkan perhatian dengan mengajaknya berburu.
Mereka berburu hingga larut. Ayumi sama sekali tidak memberi Jungkook kesempatan untuk mengatakan hal-hal di luar absurd lainnya.
Lalu hari ini, ketika keduanya bersiap untuk pergi berburu, Jungkook mengatakan omong kosong yang sama. Mengajaknya menikah dan tinggal di Olympus.
Mengerjap-ngerjap, Ayumi kali ini terkekeh kecil sebagai respons. "Kamu bercanda? Mengajakku untuk hidup abadi di Olympus? Tinggal bersama para dewa-dewi?" tanyanya, dengan senyum miring meremehkan.
"Memangnya apa yang salah dengan itu?" Jungkook balik bertanya dengan nada ketus.
Menarik kekasihnya mendekat, Ayumi menatap netra Jungkook lamat-lamat. "Lihat mataku. Apa pikirmu aku menyimpan sedikit simpati untuk kaum mereka?"
Terdiam. Lelaki itu tertegun melihat netra hazel favoritnya kini memancarkan kebencian absolut. Dendam yang tertanam kepada kaum dewa rupanya tak bisa Ayumi enyahkan begitu saja. Dia bilang, Zeus menghukum kakak laki-lakinya untuk kesalahan yang bahkan tidak diperbuat. Lalu ketika kedua orang tuanya memberi pembelaan, Zeus malah menyambar mereka dengan petir hingga tewas. Keluarganya tewas di depan matanya, saat usia Ayumi belum genap sepuluh tahun.
"Tidak bisakah kamu melupakan itu?"
Ayumi memandang tak percaya, menggeleng singkat seraya mengambil satu langkah mundur. "Tidak akan pernah."
"Aku akan tetap-"
"Kak, bukankah kita tidak memiliki sepasang Pegasus?" Suara Amara memotong kalimat Jungkook, membuatnya perhatian keduanya teralihkan. Bocah pirang itu berdiri di ambang pintu, tampak cemas. "Ada sepasang Pegasus di halaman belakang."
Ayumi mengeratkan rahang, berderap menghampiri dengan air muka gusar. Pegasus adalah kuda milik kaum abadi, bukan hal menyenangkan saat mengetahui hewan abadi itu berada di pekarangan rumah.
"Tenanglah, Ayumi. Kuda itu milikku."
Menoleh sekilas, Ayumi memandang sulit sebelum bergegas menuju halaman belakang. Tak pedulikan panggilan Jungkook atau suara protes Midoro—manusia setengah keong yang merupakan pelayan di kastilnya—, yang bersungut-sungut karena lantainya masih basah.
"Hei! Hentikan! Kalian bisa terpeleset dan terbentur lantai jika berlari dalam kondisi lantai basah seperti ini, astaga!" seru Midoro, memperingatkan. Wanita paruh baya itu menggeram marah ketika Ayumi, Amara, bahkan Jungkook silih berganti berlarian melewatinya. "Dasar anak muda! Apa kalian sudah lupa berapa umur kalian?!"
Ayumi tetap abai. Memacu langkah lebih cepat, dia baru menghentikan langkah di hadapan kedua Pegasus. Dadanya naik turun, napasnya tersengal-sengal. Mata hazel itu memandang kuda cantik bersayap di hadapannya bengis.
Kendati kedua irisnya menyiratkan kebencian yang absolut, Ayumi bergeming. Tak bergerak untuk mendekat, atau sekadar mengambil inisiatif menarik pedangnya, barangkali menebas leher kedua Pegasus bertubuh gagah tersebut, atau hanya menarik anak panah di balik punggung.
Amara memaku kaki di belakang Ayumi, gadis itu sudah bersiap dengan anak panah yang siap dilesatkan kapan saja.
Menangkap pergerakan Amara oleh ekor matanya, Ayumi memberi isyarat kepada gadis cilik itu untuk mundur. "Tidak, Amara. Kita tidak pernah tahu-"
"Hei, Bocah! Turunkan panah tumpulmu!" Jungkook berseru dari arah belakang, terdengar geram dan murka. "Kuda itu milikku. Kuperingatkan kau untuk menjauh!"
"Apa-apaan ini, Jungkook?!" Ayumi berteriak murka. Kiranya ucapan mengenai kepemilikan kedua Pegasus tadi hanya candaan. "Katamu kamu hanya prajurit Ares, lalu kenapa kamu bisa membawa kuda abadi ini?!"
Jungkook memejamkan, menetralkan emosi. Menghirup napas dalam-dalam, pria itu tak lama kemudian berujar lembut, "Itu hanya Pegasus, Ayu. Kamu tidak perlu panik seperti ini."
Mata Ayumi semakin terlihat berang. "Apa menurutmu aku sebodoh itu?" tanyanya sengit. Menoleh kepada Amara yang terpaku, perempuan itu memberi titah, "Amara, antarkan Pinokio pergi. Jangan kembali terlalu cepat."
Sempat terlihat tidak setuju dan gamang, Amara tak punya pilihan selain mengangguk, bergegas meninggalkan tempat tersebut. Dia tahu Ayumi pasti tidak ingin Amara mendengar pertengkarannya bersama Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Quintessential [COMPLETED]
FantasySempurnamu, biar aku saja yang tahu. Kamu milikku, aku milikmu. Bukankah itu sudah cukup untuk kita? Kamu semestaku. Seharusnya kamu paham, aku tak berdaya tanpamu. Sejauh apapun kamu melangkah pergi, aku akan tetap menanti kamu kembali, meski hingg...