Mengingatnya

100 2 1
                                    

Persahabatan?? Kalian semua percaya itu ada? Dimana? Siapa yang punya? Bertahan sampai kapan? Seumur hidup? Atau hanya beberapa tahun?

Namaku Bella Callysta Salvina, aku mulai hidup sendiri semenjak 4 tahun yang lalu karena keluargaku tinggal di Riau. kami semua asli dari Jakarta, tapi karena pekerjaan Papa yang mengharuskan pindah, aku-dengan sedikit memaksa-membujuk orangtuaku hingga 7 hari 7 malam agar mengizinkanku tinggal diJakarta-sendirian-dan melanjutkan SMA disini. Aku tau pasti ada beberapa orang yang kurang setuju dengan apa yang kutulis di awal. Kalian mungkin akan mengerti jika ada diposisiku kemarin dan saat ini. Dulu aku juga mempunyai seorang sahabat, dia baik, ramah, suka bergaul, tapi disatu sisi dia adalah orang yang membenciku secara diam-diam. Aku tidak tau sejak kapan dia membenciku, karena setelah aku tau kenyataan yang sebenarnya seperti apa, aku tidak pernah mau tau dan lebih memilih untuk menjauh, bukan hanya dari kehidupannya, tetapi dari semua orang, menutup diri untuk berinteraksi lebih jauh dengan orang-orang disekelilingku.

Aku tidak pernah berharap banyak terhadap semua orang untuk bisa menerima kehadiranku diantara mereka, karena jujur aku tidak butuh itu semua. Seseorang yang memanfaatkan orang lain demi kepentingannya sendiri, mengorbankan perasaan orang lain, saling menjatuhkan, aku cukup kenyang dengan semua yang kulihat sendiri terjadi disekelilingku secara terang-terangan. Lalu masih ada orang yang beranggapan PERSAHABATAN ??? Maaf, tidak untukku.

Aku masih bisa melakukan semua kehidupanku dengan baik-baik saja, aku masih hidup tanpa harus bergantung pada seseorang. Sampai pada suatu hari, seseorang datang dan meruntuhkan semuanya....

[9 Desember 2009]

"Bella" panggilnya dengan... lembut?

"Iya" jawabku cuek masih sibuk dengan tumpukkan novel fantasi yang kupinjam dari perpustakaan umum di dekat rumahku.

"Kita satu kelompok dipelajaran Biologi kemaren." satu kelompok? dengannya? mengapa aku tidak tau? aku menengok ke arahnya menuntut penjelasan.

"Iya, jadi kemaren itu gue gak masuk, tadi pagi gue ketemu sama Bu Indah-Guru Biologi-ngasih tau gue kalo ternyata semua kelompok udah penuh, tapi Bu Indah masukin gue ke kelompok lo. Makanya gue nyamperin lo." cerocosnya sambil menyeruput minuman bersodanya.

"Oh, iya ya udah. Nanti gue kabarin lagi harus kapan kita belajar bareng." balasku sambil kembali sibuk dengan novel-novel ini.

"Oke, kalo gitu gue boleh minta nomer hp lo dong, biar gue gampang hubungin lo kalo ada apa-apa"

What?!

Minta nomer hp? Emang harus ya? seumur-umur aku gak pernah ngasih nomer hp terhadap siapapun. hanya keluargaku yang tau dan pihak Guru, itupun hanya wali kelasku.

"Sorry, gue gak bisa." ucapku seraya membereskan buku-buku sialan ini.

"Udah gue duga lo gak bakalan ngasih Bel." ucapannya nyaris membuat aku menjatuhkan semua buku yang ku pegang.

"Gue gak paham sama lo, kenapa lo bisa sedingin ini sama semua orang, emang salah mereka apa sampe lo gak pernah mau gabung sama siapapun. Termasuk sama gue." dia menekankan kalimat terakhirnya yang membuatku menatapnya tajam.

"Udah 3 taun lo terus giniin gue Bel, apa lo gak pernah berpikir tentang gimana perasaan gue tiap kali lo nolak buat berbalik baik sama gue? Walaupun gue gak berharap. Karena dengan bisa sebatas nyapa lo aja gue udah seneng banget." sambungnya sambil melihat jauh kemanik mataku, Ada kesedihan yang mendalam disana, kenapa ini? kenapa aku merasa bersalah? Tapi aku tidak memintanya, dia yang melakukan itu semua sendiri. Atas kemauannya.

"Gue tau Bel, mungkin lo gak mau deket sama gue karena gue gak pantes buat lo. Gue cuma cowok biasa yang suka sama lo yang cuma bisa ngeliat setiap gerak gerik lo dari jauh." sialan! ini jantung kenapa terus berdegup kencang? Oh Tuhan ada apa ini? apa aku mulai merasa simpati padanya? Kurasa tidak! 

Best Friend??Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang