•
────•·•────Gadis itu pernah berpikir dengan bodohnya,
'Apa yang terjadi setelah senja?'
♪
Andaikata seseorang bertanya padamu, 'Apa kamu bahagia dengan hidup seperti ini walau terlahir sebagai yatim-piatu?'
Maka dengan wajah berseri kamu akan berseru menjawab, 'Ya! Aku bahagia!' tersenyum lepas, tanpa adanya keraguan. Sayangnya ini hanyalah sebatas andaian saja.Hidup dengan kebutuhan yang tercukupi, mengenakan pakaian layak serta memakan makanan yang lezat, tinggal di rumah yang besar dengan wilayah pekarangannya yang sangat luas pula untuk bermain.
Sempurna.
Walau adanya sedikit kejanggalan dari kehidupan yang menurutmu sempurna ini. Tapi kamu tidak ingin berprasangka buruk, lagipula kehidupan ini juga benar-benar membuatmu puas untuk dijalani.
Kehidupan seperti apalagi yang kamu harapkan? Ini adalah dunia, dan bukannya surga. Kamu tidak ingin terlalu berharap, apalagi mengharapkan surga bagi dirimu yang bahkan terlampau sering mengutuk kehidupan. Tapi ini sudah lebih dari cukup, kamu bahkan menggambarkan kehidupanmu sebagai hari cerah tanpa adanya langit mendung.
Menjalani kehidupan kedua ini mungkin saja akan membuatmu tumbuh menjadi anak gadis yang periang. Namun sayang, ingatan di kehidupanmu sebelumnya tidak mengizinkannya, walau kamu ingin.
(Nama), begitulah orang-orang sekarang mengenal dan memanggilmu. Meskipun terkadang kamu merasa asing dipanggil seperti itu, dikehidupan sebelumnya nama yang tersemat padamu bukanlah (Nama).
Tapi dia sudah lama mati. Kini kamu menjalani hidup sebagai (Nama), dan bukan lagi sebagai dia.
♪
(Nama) adalah anak panti paling tua diantara para anak panti, setidaknya itu adalah fakta kala usiamu menginjak sepuluh tahun. Diantara para anak sebaya-mu pun tetap kamu yang paling tua.
Itulah mengapa seluruh anak-anak dipanti memandang dirimu sebagai sosok figur kakak dimata mereka. Terlepas menyadari tatapan kagum dari mereka, itu membuatmu merasa aneh.
Entahlah, dikehidupan sebelumnya sendiri kamu tidak pernah merasakan adanya kehadiran sosok saudara dihidupmu. Kamu jadi merasa sedikit bingung bagaimana harus memperlakukan semua saudara satu pantimu itu.
Orang-orang bilang, kamu itu judes dan penyendiri padahal tidak seperti itu. Sebenarnya kamu juga ingin bermain dan tertawa lepas bersama yang lain, tapi rasa takut dari masa lalu masih membuatmu enggan. Terlepas dari semua itu, kamu sangat menghargai dan menyayangi seluruh saudaramu.
Kamu saja sangat bersyukur apabila mereka masih mengajakmu berbicara. Mereka takut padamu (atau mungkin lebih merasa segan), tapi kamu sendiri tidak tahu bagaimana caranya memulai percakapan.
Katakanlah bahwa dirimu itu nolep, ha ha ha.
Tubuhmu terlampau tinggi untuk seukuran anak perempuan pada umumnya. Garis dan tatapan matamu juga tajam hingga membuatmu terlihat garang? Duh, harusnya mereka tahu dirimu ini berhati hello kitty.
Setidaknya ada beberapa anak yang tidak ragu untuk mengajakmu berbincang sedikit, kamu sedikit lega. Ternyata dirimu tidak se-anti sosial seperti dibuku yang kamu baca kala menginjak usia tujuh tahun. Yang lebih penting, jangan tanyakan soal buku, kamu tidak suka belajar (walau harus karena kewajiban). Sekedar membaca novel saja kamu enggan. Tidak heran jika skor tes harianmu tidak pernah menyentuh angka sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀𝐑𝐔𝐓𝐀𝐋𝐀─ 𝐩𝐫𝐨𝐦𝐢𝐬𝐞𝐝 𝐧𝐞𝐯𝐞𝐫𝐥𝐚𝐧𝐝
Fanfictionrandom-up. x Reader. Rembulan, Dialah Sang keindahan di tengah misteri kelam nan sepi. Arutala © dwiyshren Promised Neverland © Kaiu Shirai/ Posuka Demizu · Just in case, manatahu ada yang bertanya soal credit dari beberapa art yang keliatan 'UWNSJH...