"Bagaimana rasanya jadi orang dewasa?"
"Wah kalau itu... Entahlah."
"Seungmin ingin cepat dewasa..."
Aku melihatnya mulai menggambar abstrak di atas tumpukan kertas. Sejak tadi kami bercerita disini, di bawah pohon yang rindang dekat lapangan luas yang ditumbuhi rumput hijau setinggi tumit.
"Jadi orang dewasa kelihatannya bisa hidup bebas..."
"Bagaimana ya, kupikir jadi orang dewasa itu melelahkan." Tanpa sadar, tanganku ikut meraba luka sayatan di leherku saat mengatakannya.
"Mama Seungmin bilang, Seungmin harus dewasa."
"Hmm?"
"Kalau adik Seungmin ingin meminjam mainan, Seungmin harus dewasa dan memberikannya pada adik. Lalu Seungmin tak boleh banyak menangis. Karena Seungmin anak laki-laki. Dan... Seungmin harus bersikap dewasa-tidak cengeng."
sometimes, an adults are not really adults.
Itu...
Anak laki-laki tak boleh menangis. Anak laki-laki harus kuat, tak boleh lemah.
Bukankah orang-orang bertanya kenapa laki-laki lebih suka memendam perasaannya? Kenapa anak laki-laki tak se-ekspresif anak perempuan? Kenapa-anak laki-laki lebih memilih menyimpan semuanya sendiri?
It's because of this. Toxic Masculinity.
Anak laki-laki yang menangis, yang bersedih, akan terlihat lemah di mata mereka. Padahal, anak laki-laki tetaplah anak laki-laki. Mereka juga manusia, punya perasaan layaknya anak perempuan. Semua manusia pasti pernah terluka. Kenapa anak laki-laki tak boleh bersedih? Rasanya sesak dan tertekan.
Angin tiba-tiba berhembus cukup kencang. Kertas-kertas Seungmin mulai berterbangan kesana-kemari. Aku dan Seungmin mencoba mengumpulkan kembali, tapi beberapa kertas malah sampai ke tangan orang lain.
"Hei, ayo kita buat pesawat terbang dengan kertas ini!"
Begitulah kira-kira. Seungmin yang tadi tengah berlari, aku melihatnya berjalan memutar balik, membiarkan kertas yang sudah terisi gambarnya itu pergi ke tangan yang lain.
"Seungmin?"
"Mereka butuh kertasnya. Tak masalah berbagi saja pada mereka, kan? Lagipula-mereka terlihat bahagia dengan itu."
and sometimes, a child
may be 'older' than an adults."Seungmin, kau-terlalu cepat dewasa."
Aku tidak terlalu ingat hari itu, tapi aku pernah sekali menanyakannya pada Seungmin.
"Hantu itu rupanya seperti apa?"
Seungmin menoleh ke kiri dan ke kanan, menempelkan telunjuknya dengan dagu tanda ia tengah berfikir.
"Ada yang menyeramkan, ada yang biasa saja. Bahkan ada yang kelihatan seperti manusia pada umumnya."
"Kau tidak takut?"
Ia menggeleng pelan, "Seungmin pikir, mereka tak se-menyeramkan itu. Bahkan ada yang bercerita pada Seungmin bahwa manusia memanfaatkan mereka untuk melakukan kejahatan. Bukankah itu kejam, Hyunjin?"
Ia mendongak, menatap aku yang tengah memetik beberapa daun yang dahannya rendah. Aku terkekeh, kebiasaannya memanggilku menggunakan nama saja entah kenapa terdengar lucu.
"Benar, kejam..." gumamku pelan.
"Makanya Seungmin lebih takut pada manusia daripada yang berbentuk monster seperti mereka."
.
.
.
.
.
Memang, monster sebenarnya ada didalam diri setiap manusia. Mereka ada, dan kadang-mereka menang.
KAMU SEDANG MEMBACA
nodus tollens, hyunmin ✔
Fanfiction𝗶𝗶. 𝗮𝗻𝗼𝘁𝗵𝗲𝗿 𝗱𝗲𝗽𝗿𝗲𝘀𝘀𝗶𝘃𝗲 𝗲𝗽𝗶𝘀𝗼𝗱𝗲 the boys are human too. !¡ contains mature themes, including violence, that may cause distress.