1 3 ·

221 27 16
                                    

Nielwink short fanfic🍫

×××

Nyatanya, Jihoon benar-benar mendengarkan kata-kata Win malam itu. Sungguh, ia tidak lagi dalam tahap mendengarkan, namun sudah berpindah ke fase mengilhami dan mendalami. Jihoon bahkan bertekad bahwa ia harus lebih bisa menerima Daniel ke depannya, karena dari awal seharusnya memang sudah seperti itu.

Jihoon menerima perintah papanya untuk menghadiri acara Daniel beberapa waktu lalu. Papanya yang biasanya keras, ketika itu sangat berbeda. Sang papa mengajak Jihoon menonton siaran balap motor, menanyai keadaan hari yang dilalui, baru mengatakan maksud utamanya kepada Jihoon.

Pria yang sepatutnya Jihoon
jadikan panutan terbaiknya tersebut tak pernah basa-basi. Ia terbiasa hidup dalam kedisiplinan dan ketatnya aturan. Yang tentunya ia terapkan kembali kepada anak tunggalnya, Park Jihoon yang ditakdirkan menjadi dokter.

Jika ditanyai, berapa skala kekerapan sang papa bercengkrama bersamanya selama hidupnya ini, Jihoon pasti akan menjawab, "Tidak ada dalam bilangan asli. Minus, aku bahkan ragu ia menyadari kehadiranku di rumah sebagai anak."

Tidak sesarkas itu, sih, sebenarnya. Tapi memang Jihoon saja yang kasar.

Maka dari itu, Jihoon tentu saja tak sanggup menolak suruhanㅡatau mungkin permintaanㅡsang papa pada malam akhir pekan untuk menghadiri acara Daniel, anak dari rekan kerja lamanya.

Beliau bahkan mengelus tangan Jihoon sayang, yang mana Jihoon baru sekali merasakannya. Seperti disihir, Jihoon mengangguk saja malam itu tanpa pikir panjang.

"Even if Daniel choose you to be his partner, I hope you will approve it ya, Nak? I can vouch his background and the boy itself."

Jihoon mengangguk.

"Tapi Papa mau tanya, for the first dan last time, kamu siap menikah, Nak?"

Dan ini...

Sampai detik ini, di mana Jihoon berdiam diri di kedai makanan cepat saji dengan alibi mengerjakan case, ia belum menjawab tanya itu. Ia tak memberi jawaban, meskipun ia tahu apa yang ia inginkan.

Mungkin Jihoon memang tidak memberi kepastian atas pertanyaan sang papa. Namun bagaimana pun juga, pada kenyataannya Daniel benar-benar memilih dirinya, seperti ucap papanya.

"Awas ada tikus."

"HAH?"

Satu kedai ikut heboh bersama Jihoon yang spontan berdiri dan menjauh, juga si Penjahil yang tertawa kecil. Banyak yang mencebik dan menganggap Jihoon mempermainkan mereka.

"Kak Bright?! Akhlaknya tolong?!"

Si Penjahil terkikik tertahan dan menaruh tas sandangnya di sebelah tas putih Jihoon. Berlalu menuju kasir, meninggalkan Jihoon yang mengomel 'Aku mana percaya, cih,'  tetapi tetap melongok ke kolong meja dan kursi.

Setelah memastikan tidak adanya makhluk pengerat itu, Jihoon kembali ke kursinya dan menarik laptop. Kali ini aku akan mengerjakan pr-ku, batinnya bertekad.

Niatnya menggunung begitu, tetapi usaha Jihoon nol besar. Baru mulai mengetik keluhan pertama pasien, matanya dengan nakal melirik ke arah kasir. Sepi, hanya ada dua orang yang bercengkrama disana. Walau seperti itu, rasanya Jihoon melihat percikan api antusias dan bunga yang bermekaran bahagia melingkupi pasangan muda yang ia kenal dengan baik itu.

Dengan dua lengan yang ia tumpuk di meja kasir, Win tersenyum sangat lebar menikmati setiap elusan yang sang pacar berikan untuknya. Sekali Bright menipunya dan pria itu berhasil mencuri satu kecupan di pipi.

frequency. ㅡnielwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang