Bab 9. Saat Hidup Tak Semudah Cocote Motivator

119 26 2
                                    

Sekarang, saatnya Ali mencari pekerjaan. Lho, katanya mau jadi pengusaha? Gimana sih, manusia besar mulut, yang katanya, calon orang paling kaya di Indonesia?

Baiklah, ini penjelasannya. Saat ini Ali belum bisa memulai bisnisnya lagi. Dulu ia punya positioning yang kuat, yaitu 'anak bau kencur yang udah punya visi misi besar'. Selain premisnya terdengar memikat, diferensiasinya juga sangat mencuri perhatian, karena memang tidak ada anak seumuran dia yang segila itu.

Bandingkan dengan kondisi Ali yang sekarang. Persepsi orang tentang Ali adalah 'pengangguran tanpa prestasi sekolah yang gagal menjalankan bisnis'. Tuh! mana ada yang mau bekerja sama dengan sosok yang punya citra seperti itu? Ali sedang sulit untuk dijual.

Oleh sebab itu Ali ingin mencari pekerjaan. Jadi apa saja tidak ada masalah, sekalipun gajinya kecil. Yang penting punya uang untuk bergerak, sambil nabung buat daftar kuliah.

Sebentar ... Lho kok, buat daftar kuliah? Kenapa bukan buat modal usaha?

Begini, Bos. Menurut Ali, jika ia mendirikan usaha hanya berbekal modal tipis, jalannya pasti pelan. Karena butuh waktu yang sangat lama untuk menebalkan modal, maka ia memilih menabung untuk bisa mendaftar kuliah.

Lalu, apakah kuliah bisa membuat Ali mengejar impiannya? Menurut Ali, kampus adalah tempat terbaik untuk me-rebranding status penganggurannya menjadi mahasiswa, serta berpeluang menjembataninya dengan anak-anak orang berduit. Sampai di sini, sudah paham?

Jangan mematahkan semangat Ali. Pikirannya sudah kusut untuk mendapatkan solusi yang baru saja dijelaskan. Sebelumnya, ia telah terbebani pertanyaan klasik 'Mana yang lebih dulu, ayam atau telur?'

Maksudnya?

Ini penjelasan Ali. Agar mendapat pekerjaan yang gajinya cukup untuk mendaftar kuliah, tentu saja Ali tidak bisa mengandalkan ijazah SMAnya. Artinya ia harus menyelesaikan kuliahnya dulu. Lalu bagaimana mungkin? Ali kan tidak punya uang untuk kuliah. Mana yang lebih dulu, cari uang yang cukup untuk daftar kuliah atau lulus kuliah?

Untungnya, Ali bukan orang yang mau berhenti saat berhadapan dengan tembok tinggi yang menghalangi tujuannya. Daripada hanya diam, panjat saja semampunya. Ali memutuskan mau bekerja jadi apa saja, walau gajinya kecil.

Ali melingkari beberapa lowongan kerja untuk tamatan SMA pada iklan baris di koran milik ayahnya. Setelah itu, ternyata ia kembali terbentur masalah 'Mana yang lebih dulu?'

Ali butuh pekerjaan untuk mendapatkan uang. Untuk melamar pekerjaan Ali butuh uang. Dia harus membeli kertas, amplop coklat, perangko, mencetak surat lamaran hingga ongkos pulang-pergi. Sayangnya, untuk urusan yang sesepele itupun ia tidak punya uang.

Ali meneguk kopi hitamnya, lalu perhatiannya tertuju pada gitarnya. Ia pun tersenyum karena menemukan solusi.

*****

Ali melompat ke dalam metromini. Rupanya, Ali dan kondektur metromini yang sering berjumpa sejak awal masuk SMA ini telah punya ikatan batin.

Sang kondektur membiarkan Ali mengamen di busnya tanpa berkomentar. Ia justru iba melihat anak alumni SMA favorit yang sering menumpang di busnya ternyata tidak bernasib beruntung.

Sebelum Ali turun, sang kondektur metromini mendekatinya. "Lae, di Blok M, dekat Aldiron, ada kantor yang warnanya merah. Mereka tempel tulisan lowongan, cari anak tamatan SMA buat jaga gudang. Kalau kau butuh pekerjaan, coba kau datangi."

"Makasih infonya, ya, Bang." sahut Ali sambil turun dari metromini.

Di halte, Ali memeriksa uang perolehannya dari dalam bungkus plastik permen. Tadi ia sempat melihat uang bergambar Presiden Indonesia yang dicelup oleh orang yang mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru. Ali sangat senang menemukan uang lima puluh ribu rupiah itu, tentunya ia tidak perlu mengamen lagi hari ini.

Al Kahfi Land 3 - DelusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang