PART 14

635 57 0
                                    

" jangan sekali-kali kau sebut anakku pembawa sial,Lex! Jika kau tak bisa mendapat kerja sama itu bukan berarti itu murni karna kesalahan irene!" ibu irene menampar kuat pipi suaminya hingga aktivitas suaminya itu berhenti.

" kau lihat? Mamamu menamparku karna membelamu! Dasar anak tak berguna !" papa irene menarik paksa lengan irene dan menyeretnya keluar.

" ALEX! APA YANG KAU LAKUKAN PADA ANAKKU?!" ibu irene dan yunho mengikuti mereka.

" sekarang kau pergi dari sini! Jangan menampakkan dirimu lagi dirumah ini!" papa irene mendorong tubuh kecil irene hingga ia terjatuh.

" alex! Apa-apaan kau!" ibu irene ingin menghampiri irene namun tangannya dicekal oleh suaminya.

" jangan lagi kau memungutnya. Atau aku tak segan-segan untuk membunuhnya sekarang. Hal itu berlaku juga untukmu yunho. Sekarang kalian masuk." Tangan ibu irene dan yunho ditarik kuat oleh papa irene untuk masuk kedalah rumah. Ia membanting keras pintu rumah itu.

" ma... pa... maafkan irene. Irene salah, maafkan irene. Tolong irene, ini sakit. Ma,pa.. maafkan irene." Irene terus mengetuk pintu rumah itu namun tak ada sahutan.

Dengan tubuh berlumuran darah, irene kecilpun berjalan tak tau arah sambil terus menangis. Semua orang melemparkan tatapan iba untuknya, namun tak ada satupun yang menghampiri dan mencoba untuk menolongnya.

Irene terus berjalan tak tau arah hingga hari menjadi gelap, darah pada tubuhnya bahkan telah mengering. Anak 5 tahun itu terpaksa terus berjalan tak tau arah berharap ada orang baik hati yang memberikkannya sepotong roti dan segelas air.

" ma... irene takut. Disini tak ada yang irene tau. Irene lapar ma. Tubuh irene sakit ma. Pa irene minta maaf.. tolong terima irene lagi." Irene kecil bergumam lirih. Tubuhnya terlalu sakit untuk dia menangis lagi.

" hei adik kecil, kenapa kau berjalan sendiri?" tiba-tiba seorang pria seumuran papanya menghampirinya.

" aku diusir papa om." Lirih anak itu.

" kasian sekali kamu. Mau ikut om? Kamu laper kan? Om punya banyak makanan." Irene kecil langsung berbinar bahagia mendengarnya.

" mau om. Irene laper banget dari siang belum makan." Irene tersenyum sumringah.

" yasudah ayok kita pergi." Pria itupun menggandeng tangan irene untuk masuk kedalam mobil.

" om ini kita kemana sih? Kok jalannya hutan-hutan?" irene menatap heran jalan yang ia lalui.

" rumah om jauh, jadi lewat sini biar deket." Irene hanya mengangguk polos.

Setelah menempuh 30 menit perjalanan, akhirnya mereka sampai di gedung tua tak terpakai ditengah-tengah hutan.

" om kok serem." Irene tak berani turun melihat keadaan yang sangat gelap.

" kau mau makan tidak? Tak apa ada om, ayo." Tangan irene dinggandeng pria asing itu memasuki gedung tua itu.

" kau duduk sini dulu." Pria itu pergi mengambilkan irene sesuatu.

" minum ini, kau hauskan." Irene berbinar bahagia melihat air es didepannya. Dengan cepat ia menghabiskan minuman itu. Tak butuh waktu lama, tiba-tiba kepala irene kecil sangat sakit hingga ia kehilangan kesadarannya.

******

" mas ini sudah malam. Bagaimana keadaan irene." Ibu irene terus-terusan menangis sedari tadi.

" tak usah pikirkan dia."

" dia anakku mas! Irene masih 5 tahun. Bagaimana bisa dia menghadapi dunia luar" ibu irene tak henti-hentinya menatap kecewa suaminya itu. Kenapa hanya karena kerja sama itu tak berhasil anak bungsunya harus jadi korban?

" pa, irene masih sangat kecil. Biarkan yunho mencarinya."

" aish kalian ini tak bisa diam ya? Berhenti membicarakan anak itu. Kalian tak lihat aku sedang mengusahakan untuk keselamatan perusahaan?"

" pa! perusahaan lebih penting dari anak papa sendiri? Sejak kapan papa jadi gila harta seperti ini?"

" diamlah kau tidak mengerti urusan orang dewasa." Papa irene menatap tajam yunho.

" kau bukan suami yang kukenal." Ujar ibu irene.

" terserah kalian mau bilang apa. Ahh assa ! akhirnya perusahaan Kim mau membantu perusahaan kita. Bahkan mereka langsung menyetujui kerja samanya. "

SKIP

Keesokkan harinya, papa irene baru pulang dari perusahaannya. Ia memasuki rumah dengan senyum misterius tercetak diwajahnya.

" ma, yunho. Ayo kita cari irene." Ujar papa irene diakhri smrik misteriusnya.

" benarkah? Papa tak marah lagi pada irene kan?" ujar yunho bahagia.

" siapa bilang? Ada hal penting, dan aku memerlukan irene untuk itu."

" terserah, yang penting aku bisa bertemu dengan anakku lagi." Ibu irene tersenyum haru. Ia sudah sangat merindukkan anak bungsunya itu. Setelah semuanya bersiap-siap, mereka pun langsung mencari irene, tak lupa papa irene mengerahkan orang suruhannya untuk melacak keberadaan anak itu.

********

Irene kecil mencoba untuk membuka matanya walau rasa pusing menghantam kepalanya. Saat sudah berhasil sadar, ia menyadari bahwa tubuhnya diikat di kursi yang sedang ia duduki. Ada apa ini? Anak itu menangis ketakutan dan mencoba melepaskan diri, namun saat tali itu menyentuh lukannya, rasa perih langsung terasa sangat sakit. Samar-samar ia mendengar pembicaraan orang diruangan sebelahnya.

" iya, aku sudah mendapatkannya. Anaknya sangat cantik. Cuma tubuhnya banyak sekali luka-luka,tapi dengan pengobatan sebentar itu akan sembuh. Ya percayakan saja padaku. Aku yakin dia pasti sangat mahal."

Irene kecil melotot takut mendengar percakapan orang itu.

" irene mau dijual? Mama,tolong jemput irene. Irene gak mau dijual ma." Batin anak itu.

" oh kau sudah bangun rupanya." Pria itu menarik kasar penutup mulut irene.

" aku mau pulang!" teriak irene didepan wajah pria itu.

" wahh kau sudah bisa berteriak padaku rupanya. Berani sekali kau." Pria itu penampar pipi kecil irene dengan tangan besarnya.

" mama, tolong irene. Irene takut." Batin gadis itu.

" hmm kau sangat cantik,anak kecil. Sebelum aku mengirimmu kemereka mendingan aku menikmati tubuhmu dulu." Irene menggeleng-geleng dan berusaha menghindari tangan pria itu yang ingin menyentuh pipinya. Air mata sudah membasahi pipinya.

" jangan rusuh. Ikuti saja apa kataku!" pria itu mencekram rahang irene kecil. Tangannya mulai turun untuk membuka kancing baju irene.

" tolong jangan,hiks." Irene terus menangis, ia tak bisa menghindar dengan kondisi seperti ini.

"aish anak kecil ini, banyak sekali lukamu. Percuma wajahmu cantik, tapi tubuhmu penuh luka begini. Tak selera aku melihatnya." Pria itupun melepas cekramannya pada rahang irene dan pergi meninggalkan irene sendiri.

" mama, tolong irene. Irene takut. Disini sangat gelap. Mama tolong irene, ini sakit." Lirih anak 5 tahun itu. Ruangan yang ditempati irene sekarang benar-benar tak ada sumber cahaya setitikpun. Senter yang dari tadi menjadi satu-satunya penerang, telah dibawa pria itu.

" ma, ini gelap. Irene gak suka. Irene takut. Tolong irene ma." Anak itu terus-terusan menangis dan meminta pertolongan ibunya seakan ibunya dapat mendengarnya dan segera membawanya pulang dari tempat gelap itu.

******

Sudah hampir 5 hari keluarga irene mencarinya. Namun mereka tak dapat menemukan tanda-tanda keberadaan irene.

" bagaimana ini? Kita tak bisa menemukannya pa." ujar yunho.

" aish papa tau, orang-orang papa juga sedang berusaha mencarinya. Ck dasar anak menyusahkan."

" ini juga karna ulahmu mas. Kenapa harus kau usir anak 5 tahun yang bahkan jalan dari sekolah untuk kerumahnya saja dia tak tau."

" diamlah."



TO BE CONTINUE...

STAY or LEAVE | SURENE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang