Athena 2 - 26.

411 35 0
                                    

Reva menangis sambil menatap tidak percaya surat dari dokter yang mengatakan bahwa ia positif hamil dua minggu. Ia segera merogoh ponselnya di dalam tas dan mencari nomor kekasihnya,  Gio.

"Gio... aku hamil. Kamu bakal tanggung jawab kan?" tanya Reva penuh harap. Ia berharap Gio akan menikahinya,

"Apa kata lo? gue bakal nikahin lo? maaf, gue gak mau. Lagian jangan ngaku-ngaku itu anak gue deh!"

Reva membelalakan matanya, tak percaya dengan ucapan Gio barusan, "Gio! kamu ini gimana?! Yang buat aku kayak gini kan kamu! ini ulah kamu! ini anak kamu,"

"Gue sibuk. Gue tutup ya. Jangan suruh gue tanggung jawab, karena gue gak akan mau!"

"GIO! GIO!"

Reva membanting ponselnya ke atas kasur, Gio seenaknya mematikan sambungan telepon. Ini semua ulah Gio. Dan sekarang cowok itu tidak mau mengakui perbuatannya.

"Kenapa kamu jahat banget? kenapa?"

Athala berdecak kesal saat melihat nama Jenia terpampang di layar ponselnya. Gadis ular itu sedang meneleponnya saat ini. Ia sudah me-reject nya beberapa kali. Tapi gadis itu tetap menghubunginya,

"Sialan!"

Rena yang sedang duduk di sebelah brankar mamanya pun menoleh, "Kamu kenapa, Tha?"

"Nih, Jenia. Nelpon aku terus."

"Gak usah kamu angkat."

"Udah, tapi tetap aja nekat." kesalnya. Rena menghela nafas berat. Cobaan apalagi ini? masalah keluarganya belum usai, ditambah lagi dengan masalah hubungannya yang diganggu oleh gadis gila yang sedari dulu tak tahu malu mengejar Athala terus-menerus. Padahal Athala sama sekali tidak merespon Jenia.

"Yaudah, jangan kamu angkat pokoknya." Athala mengangguk lalu mengusap kepala gadis itu, "Cemburu ya?" goda Athala. Rena mengembungkan pipinya kesal,

"Udah tau cemburu! pake acara nanya lagi!"

"Marah mulu. Nanti cantiknya hilang loh."

Athala keluar dari mobil, ia baru saja sampai ke apartemennya setelah menempuh perjalanan selama tiga jam dari Bandung ke Jakarta. Rena izin padanya kalau besok gadis itu tidak bisa bekerja karena sibuk menjaga mamanya, Athala memaklumi hal itu.

Athala mendudukan diri di sofa, tubuhnya terasa pegal. Ia melihat ke arah jam dinding, sekarang sudah pukul delapan malam. Baru saja ia akan memejamkan mata, dering teleponnya berbunyi tanda panggilan masuk. Ia berdecak kesal,

"Ck!"

Keningnya mengkerut saat melihat nama "Athiya" terpampang di layar ponselnya. Ada apa gadis itu meneleponnya?

"Halo?"

"Bang, sibuk gak?"

"Ada apa emang?"

"Anterin aku beli es krim dong!"

"Asstagfirullah. Minta anter sama papa coba sana. Abang cape banget abis dari Bandung nih."

"Ya elah, anterin napa. Pelit banget et dah."

"Papa gak ada dirumah emang? minta anterin sana, dek."

Athena 2 [ ✔ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang