0.0

1K 85 37
                                    

"Krist..." Suara itu menggema diseluruh ruangan, saat si penelfon merindukan kekasihnya.

Diseberang panggilan hanya bergumam ketika kekasihnya menyapa.

"Kapan kau kemari?" Tanyanya lagi.

Terdengar suara kekehan diseberang panggilan, "Mungkin bulan depan. Entahlah..."

"Masih banyak pekerjaan yang belum aku selesaikan. Aku belum bisa cuti sayang..." Lanjut lelaki yang dipanggil Krist tersebut setelah terdengar suara helaan nafas.

"Aku merindukanmu..." Ujar gadis cantik berambut panjang yang tengah melakukan panggilan kepada Krist tersebut.

Krist senang begitu mendengar kekasihnya mengatakan rindu, tentu bukan hanya Jane yang memiliki perasaan itu. Ia pun juga sudah merindukan si gadis pemilik hatinya sejak satu setengah tahun lalu itu.

"Aku juga sangat merindukanmu. Tapi, maafkan aku sayang. Ada banyak pekerjaan yang tidak bisa aku tinggalkan." Krist benar-benar tengah berada di puncak kesibukannya, akan sangat sulit untuk meminta cuti kepada perusahaan saat ini.

"Selalu saja pekerjaan. Sudahlah, aku mau tidur saja." Ujar Jane sebelum mematikan panggilan tanpa menunggu jawaban Krist.

Pekerjaan memang selalu menjadi alasan Krist meninggalkan dirinya, namun bukan berarti pemuda tersebut tidak memperhatikan Jane. Krist tetap mengirimkan pesan setiap 2-3jam disela-sela kesibukannya, ia juga selalu memastikan jika sang kekasih sudah berada di rumah setiap jam menunjukkan pukul 10 malam. Apabila Jane tengah marah pada dirinya, ia tau harus menghubungi siapa untuk mengetahui keberadaan sang kekasih.

Krist yang mendengar sang kekasih diseberang panggilan kesal dan berakhir memutuskan panggilan secara sepihak pun hanya bisa menghela nafas. Jika Jane kesal seperti ini, esok pagi juga sudah reda dan akan kembali bersikap manja pada dirinya.

"Kesal ya? Baiklah, sebaiknya aku menunggu pagi untuk menghubungi lagi." Krist tersenyum simpul menatap ponsel hitamnya tersebut, "Setidaknya kau sudah di rumah." Lanjutnya bergumam sebelum memilih memejamkan mata di atas tempat tidur yang sudah menemaninya satu setengah terakhir ini.

Saat pagi tiba, seperti biasa Jane menghubungi Krist tepat setelah ia membuka mata.

Krist yang masih tertidur pun dengan susah payah meraba sekitar nakas disamping tempat tidurnya untuk mencari ponsel yang sudah berdering.

"Khaab..." Suara Krist terdengar parau khas bangun tidurnya.

Jane tersenyum lembut begitu mendengar suara sang kekasih yang belum juga terbangun, "Krist tidak bekerja?"

"Ini masih pagi..." Ujar Krist dengan mata tertutup, Jane tentu tau jika sang kekasih tengah malas untuk turun dari ranjang.

"Benar, jam 7 masih pagi." Ujar Jane membuat Krist mengumpat dan segera mengecek jam yang sialnya si gadis cantik tersebut benar.

"Dengar, jangan keluar rumah sendirian. Jangan lupa sarapan dan kirimi aku pesan dimana pun kau berada. Dan jangan lupa mengirimiku lokasi terkini di pesan chat. Oke? Aku mencintaimu Jane." Dan seperti itulah Krist setiap paginya, memberikan pesan yang sama. Pesan yang sudah Jane hafal sedari mereka melakukan hubungan jarak jauh tersebut.

Jane tidak marah, risih atau terganggu dengan aturan yang Krist berikan karena ia tau jika itu adalah bentuk perhatian yang hanya bisa diberikan dari hubungan jarak jauh seperti ini. Jadi tanpa Krist minta pun, Jane sudah selalu mengiriminya pesan dimana ia berpindah tempat. Tak jarang pula ia mengirimkan sebuah foto sebagai bukti jika dirinya tengah berada di tempat yang di maksud.

Seperti malam - malam di Jum'at  biasanya, Jane yang merupakan seorang putri tunggal akan pergi menginap disalah satu rumah kakak sepupunya. Jane selalu merasa kesepian jika hanya di rumah, serta karena kebiasaannya sedari kecil dimana kedua orang tuanya selalu menitipkan kepada rumah saudara tersebut, maka hingga ia tumbuh menjadi seorang gadis dewasa pun dirinya tetap akan pergi ke rumah kakak sepupu tersayang itu dan pulang di senin pagi sebelum pergi kuliah.

"Phi Sing~" Panggil Jane begitu memasuki kamar sang kakak sepupu, ia lebih suka tidur di kamar kakak sepupunya yang terasa begitu dingin itu daripada harus di kamar tamu yang menurutnya akan terasa panas.

"Jane? Kau sudah disini?" Singto yang sedari tadi sibuk dengan ponsel pun mengalihkan pandangannya ke arah sang adik sepupu yang baru saja melompat ke atas tempat tidur.

Jane tersenyum, "Phi masih belum mendapatkan kekasih?" Tanyanya saat melihat Singto yang tengah berhadapan dengan laptop kerjanya. Melihat Singto yang hanya tersenyum Jane kembali berkata, "Phi harus segera mendapatkan kekasih. Semoga Phi bisa mendapatkan kekasih sebaik phi Krist ku."

Singto hanya memutar mata bosan mendengar Jane yang begitu memuja kekasihnya, seolah Krist adalah seseorang yang sempurna. Meskipun beberapa kali Singto mengakui kebaikan dan perhatian yang Krist berikan kepada Jane, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan lelaki tersebut.

"Ya ya yaaa... Terserah kau saja." Singto kembali menggerakkan tubuhnya, kembali menghadap ke arah laptop.

Tak lama setelahnya suara seseorang yang familiar di telinga Singto kembali mengusik pendengarannya. Suara Krist yang posesif terhadap Jane benar-benar menarik perhatiannya. Jika menyukai seseorang yang sudah memiliki kekasih bisa dikatakan jahat, maka katakan saja, Singto tak akan peduli. Bukankah sebelum adanya janji suci yang terucap, mereka belum sah memiliki? Lagipula, jika pun janji suci itu sudah terucap mungkin saja Singto bisa membuat Krist berpaling.

Seperti sebelum-sebelumnya, Jane dan Krist melakukan panggilan cukup lama hingga gadis cantik berambut panjang tersebut tertidur lebih dulu dan Krist yang mematikan sambungan telepon.

Melihat Jane yang sudah tertidur, tentu Singto tak akan tega membiarkannya dengan posisi yang kurang nyaman seperti itu.

"Dasar, selalu tidur dengan tidak nyamannya." Geram Singto sembari membenarkan posisi tubuh Jane, ia juga tak lupa mengambil ponsel sang sepupu untuk di letakkan di atas nakas.

Singto dengan sengaja menyalakan power pada ponsel Jane, membuat wajah Krist terpampang disana, "Pemuda yang manis.".
.
.
.
.

.T.E.B.E.C.E.H.

yuk semangat. masih ada WP, meskipun di series udah skip.

Kenapa cerita ini bisa tercipta?

1. Ada oknum Y yang meminta cerita ini di buat. Murni cerita ini berasal dari ide dia. Saya mencoba menulisnya. Tetapi ketika sampai pada 0.0 ini, saya tidak bisa mendapatkan chemistry atas cerita ini. Jadi saya memutuskan berhenti melanjutkannya. 

2. Hampir satu tahun saya mengabaikan cerita ini hingga tiba - tiba saya mencapai titik gabut banget gaes. Lalu saya teringat cerita ini, and then, saya melanjutkannya. 

3. Di tengah kegabutan yang berakhir berfaedah itu, muncullah pemberitahuan dari oknum G alias biasa disebut si nurul, bahwa series baru muncul oknum K bersama oknum M. Jadi saya lebih baik kabu ke WP saja.

You Are My Future (SK) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang