17. Ciuman Pertama

1.4K 162 15
                                    

"Rel, kok teman-teman kamu sekarang nggak pernah main ke rumah?"

Aurel yang sedang menunggu chat dari Andika sambil ngemil rengginang rasa jagung bakar, tersedak. Pertanyaan Soraya memang tak terelakkan. Lama-kelamaan ibunya itu pasti curiga ada yang tidak beres karena Nagita, Jennifer dan Isyana kini absen mengunjungi rumah Aurel. Sejak Aurel memutuskan Okan, persahabatan Dara SGM tidak lagi hangat seperti kepompong, melainkan seperti besi rel kereta api. Renggang, cuy.

"Pada sibuk nyusun proposal skripsi, Mi," dusta Aurel.

"Sekarang Okan juga jarang ngajak kamu jalan," imbuh Soraya.

"Mas Okan juga sibuk." Sudah dua minggu berlalu sejak mereka putus, tapi tampaknya Okan belum menyampaikan kabar itu pada ayah Aurel. Buktinya, orangtua Aurel masih menganggap hubungan mereka lancar jaya.

"Mami WA aja kali ya. Udah lama Okan nggak ngirim stok ikan. Kamu juga pasti kepengin makan telur ikan." Sebenarnya Soraya sedang harap-harap cemas karena tabungan mereka menipis. Omset penjualan rengginang sedang tidak bagus, lalu sebagian terpakai untuk bayar tagihan rumah sakit dan obat. Belum lagi biaya sehari-hari. Kiriman ikan-ikanan dari Okan lumayan membantu.

Aurel menggeleng. Untuk mengurangi kadar rasa bersalahnya, dia bertekad mengurangi konsumsi ikan, meskipun hal itu tidak sejalan dengan program Gemar Makan Ikan yang dicanangkan pemerintah. Mau bagaimana lagi, kalau lihat ikan, Aurel auto terbayang wajah Okan. "Mending kita banyakin makan buah dan sayur aja, Mi. Lebih sehat dan cocok juga buat Papi yang berisiko naik tensinya."

Aurel melirik jam dinding. Sudah pukul 18.30. Sebentar lagi pasti Andika akan sampai di ujung gang, tempat mereka janjian. Aurel harus siap-siap.  Gadis itu lalu membersihkan remah-remah rengginang yang menempel di bibir. Setelah berkumur dan memoles ulang lipstik, dia pun mencangklong tas yang dibelikan Andika minggu lalu.

"Tas kamu baru ya, Rel? Pinjam dari Nagita?" tanya Soraya.

"Eh, enggak, Mi. Aurel menang hadiah gosok tutup Ale-Ale."

"Wah, Mami juga mau kalau gitu. Nanti Mami beli Ale-Ale sekardus deh. Kali aja beruntung."

Ya Lord, musnah sudah predikat Aurel sebagai gadis salehah lulusan sanggar mengaji Nyai Haji. Kebohongannya bertubi-tubi.

"Aurel jalan dulu, Mi. Mau hangout sama anak-anak." Tuh kan, bohong lagi, padahal sebenarnya Aurel mau jalan sama Andika. Dia terpaksa bohong, mengingat hubungan mereka masih backstreet. Aurel belum berani memperkenalkan Andika pada orangtuanya. Tidak sampai Okan memberitahu Primus tentang kandasnya pertunangan mereka.

"Jangan kemalaman pulangnya," pesan Soraya ketika Aurel berpamitan.

***

"Maaf, Kak. Lama nunggunya?" Aurel masuk ke mobil Andika yang menunggu di ujung gang.

"Baru lima menit kok." Andika tersenyum lebar.

"Jadinya kita mau ke mana?" tanya Aurel begitu Andika menyalakan mesin mobil.

"Ikut aku ketemu teman-temanku. Udah lama aku nggak nongkrong sama mereka."

"Oke."

Saat mobil berhenti di lampu merah, Andika menggunakan waktu itu untuk mencermati penampilan Aurel. "Kayaknya kita perlu mampir ke butik dulu, deh."

"Eh, kenapa, Kak?"

"Baju kamu kurang pas buat kumpul di kafe temanku."

Aurel menunduk, mengamati pakaiannya. Celana jin, dipadukan dengan kaus dan cardigan panjang. Gayanya sudah kekinian, kok.

"Kalau jalan sama aku, pakai dress aja, Rel. Aku lebih suka lihat kamu pakai dress. Kesannya anggun dan berkelas."

Jleb! Apa itu artinya penampilan Aurel kampungan?

Cowok Gue Tukang Ikan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang