Jam 3 menjelang sore. Aku melihat Jay memasuki Café lalu bergegas menuju kasir dan memesan sesuatu. Pasti dia memesan Americano dingin, pikirku. Dia menunggu sejenak dengan wajah dingin nya. 5 menit kemudian, pesanannya datang. Dia mengambil dan membayar dengan kartu kredit nya, Dia menengok ke kanan dan ke kiri seperti mencari seseorang. Lalu, mata kita bertemu. Dia bergegas menghampiriku.
"Disini kau rupanya. Kenapa telfonku tak kau angkat? Kau tahu aku panik nya seperti apa ketika kau tidak bisa dihubungi seharian? Kau ingin aku mendobrak pintu apartement mu lagi seperti bulan lalu?" Tanya Jay lalu duduk di kursi depanku.
"Nice to meet you too, Jay." Sapaku sambil tersenyum.
"hei, kau belum menjawab pertanyaanku!" Ocehnya.
"hhh, karena aku kira kau bakal mengomeliku hari ini." Jawabku.
"Tidak, hari ini kau aman. Sudah daritadi atau...?" Tanya nya kembali.
Bawel sekali Jay seperti ibu mertua. "Baru saja tiba 10 menit yang lalu." Jawabku.
"Sebentar, aku harus mengecek e-mail ku. Ini sangat penting." Kata nya sambil mengeluarkan iPad dari tote bag nya.
Jay adalah sahabatku sejak masuk kuliah. Aku tak menyangka dia masih betah menjadi sahabatku selama 7 tahun. Mungkin karena kita mempunyai kesukaan yang hampir sama, kecuali tipe pria kami yang sedikit berbeda. Dia lebih menyukai pria dengan tipe "bad boy" sedangkan aku... Ngomong-ngomong soal pria, "ah iya, benar." aku bergumam pelan.
Aku mengecek hp ku. Belum ada notification baru ternyata. Aku tenggelam dalam pikiranku sendiri. Tumben sekali seharian. Mungkin dia sibuk. Aku mendengus pelan, tanpa sadar aku menggumam pelan, "berharap apa aku?"
"Dia belum menghubungi juga?" Tanya Jay tiba-tiba sambil mengetik sesuatu di iPad nya.
Aku mendongak, "dia siapa?" Tanyaku balik.
"Dia... Dia yang setiap kali ada, matamu selalu mengeluarkan cahaya yang berbeda," jawab Jay lalu menyeruput kopi dingin nya. "Lalu, setiap kali dia ada, matamu selalu mengeluarkan cahaya yang berbeda," lanjutnya.
Aku mendengus, "mataku memang bercahaya karena aku rajin makan makanan yang mengandung vitamin A."
Jay menghela nafas, "baiklah. Begini saja...," lanjutnya. "Apakah setiap kau bertemu dengan nya merasa bahagia?"
"Iya, tentu saja karena dia teman baik ku. Kau pun juga sama," jawabku dengan percaya diri.
"Lalu, apakah menyenangkan mengobrol lama dengan nya?" Tanya nya lagi.
Aku mengangguk, "yep, jarang sekali aku menemukan orang yang bisa ku ajak berdebat dalam hal apapun. Sama sepertimu juga kan?"
Kulihat Jay menghela nafasnya lagi, "hah, baiklah begini coba bandingkan. Apakah setiap kali bertemu dengan ku jantungmu berdetak dengan cepat?" Tanya nya.
Aku berfikir sejenak. "Tidak. Detak jantungku normal-normal saja." Jawabku dengan jujur.
"Lalu, apakah setiap kali kau bertemu dengan nya jantungmu berdetak dua kali lebih cepat?" Tanya nya yang kedua kali.
Aku terdiam. Ya, ku akui memang sedari awal bertemu dengan nya lagi, aku jadi tidak bisa mengontrol jantungku. Lalu, aku mengangguk.
"Apalagi saat dia tersenyum, manis yang menyejukkan. Dan parah nya lagi, setiap kali aku bertatap mata dengan nya, selalu seperti ada kupu-kupu didalam perutku. Sungguh. Segitu aneh nya kah?" tanyaku. Sejenak, aku seperti tersadar. Ternyata memang benar.
Jay tertawa, lalu melanjutkan, "kau masih ingin mengelak lagi bahwa kau memang jatuh cinta padanya?"
"Tidak," aku menjawab dengan yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Slight Glimpse of Our Memories
Short StorySeperti mengingat kembali sekilas momen yang tersimpan di dalam memori seseorang. This is a compilation of my own (Super) Short Stories. JJ Soraya