"Jangan merem dong -ngh bu" Racau Mino disela gerakan pinggulnya yang semakin intens. Tangannya bahkan sudah berkeringat dan panas karena menahan beban tubuh Ibu Dosen yang kini ada dipangkuannya. Kali ini Mino benar-benar memainkan naluri nya saja, tidak lagi memasang logika, tidak lagi menaruh rasa malu. Ia benar-benar hanya menuruti nafsu nya yang semakin membuncah naik, menggelegar membakar tubuh.
Persetan dengan status mereka saat ini. Persetan dimana mereka berada saat ini. Mino, benar-benar tidak perduli.
Ia hanya ingin sex. Just it.
"Ish ... Diam Mino!" Seru Irene yang akhirnya membuka kedua matanya disela nafasnya yang tercekik ditenggorokan. Song Mino mengabaikan sentakan itu dan memilih sibuk dengan gelora nafsunya yang sudah mencapai puncaknya.
"Saya ingin melihat mata ibu -nghh saat ibu orgasme"
"Sial! Fuck you Mino"
"Say it louder momma... "
Irene mendengus, tapi ia tahu wajahnya pasti sudah seperti kepiting rebus. Sial, mana bisa ia menahan kenikmatan ini dengan mata terbuka. Dimana-mana perempuan pasti memilih memejamkan kedua matanya saat mencapai puncaknya.
Good damn it.
"Ibu .. Sexy -arghhh" Seru Mino disela semburan nafsu nya yang semakin membara. Irene yang berusaha membuka kedua matanya semakin merasa wajahnya terbakar oleh rasa malu.
Sialan. Anak muda sialan.
"I'm out Mino ... " Gumam Irene yang kemudian tidak kuasa menahan lenguhan panjang dari bibirnya ketika titik spot nya menyemburkan nafsu nya yang membuncah, sementara Mino semakin brutal dengan gerakan pinggulnya. Geramannya semakin terdengar tidak karuan ditelinga Irene.
Brukkk
Bae Irene melebarkan kedua matanya ketika Mino dengan kasarnya menempelkan punggungnya begitu saja dengan tembok toilet. Gerakannya kasar dan tiba-tiba.
Tapi Irene suka. Perempuan Bae itu menyeringai lalu mencengkeram leher Mino yang lengket oleh keringat, ia mengusapnya perlahan dan menarik paksa kepala itu mendekat kearahnya lalu menyapu permukaan bibir Mino yang sejak tadi meracau tidak karuan.
Ciuman itu kasar, dan brutal. Kedua bibir saling meraup, saling memilin dan saling berbagi saliva. Irene bahkan sengaja meliarkan ciumannya karena ia tahu pria Song ini tengah berpacu dengan nafsunya. Beberapa saat berlalu akhirnya ia bisa menyeringai puas ketika Mino dengan kuat menggigit bibirnya, menggerakan tubuhnya secara kasar lalu melepaskan kepalanya dari pagutan tidak tentu arah itu.
Nafasnya terhela tapi kemudian ia melepaskan tubuh Irene dari pangkuannya. Ibu Dosen muda itu kemudian meliriknya lalu menyeringai seraya perlahan mendorong pintu toilet, bersiap merapihkan pakaian dan tatanan rambutnya yang mungkin sudah acak-acakan. Sementara Song Mino yang kelelahan luar biasa hanya terduduk lesu diatas kursi toilet dengan kedua mata mendongak menatap punggung Irene yang kini ada dihadapan wajahnya.
"Bu ... "
Irene yang mendengar namanya dipanggil menolehkan kepalanya sekilas kearah Mino yang tengah menikmati sensasi pelepasan dalam dirinya menyeringai.
"Kenapa?"
"Apa malam ini saya boleh menginap ditempat Ibu?" Tanya Mino akhirnya, dengan mata memicing dan nafas yang menyiratkan kelelahan luar biasa.
Bae Irene yang memdengarnya sontak menaikkan satu alisnya mendengar permintaan tersebut. Perempuan Bae yang sudah mengikat rambut nya dengan pony tail sederhana itu lalu menahan nafasnya lalu mendongak menatap Mino yang kini juga tengah menatap kearahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SHELTER [🔞]
FanfictionBijaklah dalam memilih bacaan. 🔞 no under age, hargai Author dengan cara menjauhi story ini kalau kalian tidak suka dengan konten dewasa or Anti NC Song Mino tahu, kalau Bae Irene hanya ingin memuaskan nafsunya. Ia sadar kok, mereka hanya saling me...