VOTE JANGAN LUPA KARENA SETIAP BINTANG YG KAMU BERI, ADALAH BENTUKAPRESIASI BAGI PENULIS. 1 vote = 1 bintang gratis lho!
Silahkan pilih, Aera mau sama siapa! Dia disini bukan Aera yang biasanya. Dia cenderung lebih realistis, dan keras kepala banget, sulit luluh. Misalnya, di ajak nikah gak langsung mau. Mikir2 dulu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Perasaan cemas dan takut dalam satu waktu adalah perasaan yang kian membunuh Aera perlahan. Aera bersembunyi di balik topeng ketenangannya. Entah apa yang ia pikirkan sambil berjalan mondar-mandir di kamarnya. Menggigiti kuku panjang yang berwarna merah.
Tetapi, saat ini perasaan yang lebih kuat mendominasinya—kegundahan. Bingung harus mengambil langkah apa yang akan ditempuh. Tentu saja Aera tidak mau dirinya menjadi wanita bodoh yang larut dalam cinta. Karena baginya cinta itu semu—sama saja dengan rasa haus, kemudian patah hati bila ditinggalkan. Omong kosong yang menjanjikan kebahagiaan namun fakta membawa luka.
Tidak, sudah cukup selama ini Aera terluka. Dari semenjak ibunya meninggal dan sang ayah menikah lagi. Tak sampai disitu penderitaannya dimulai, dengan berpura-pura bahagia atas pernikahan ayahnya. Keganjalan terus berdatangan, di mana Ayahnya tiba-tiba sakit keras dan meninggal. Aera rapuh, dipenuhi luka. Namun saat semua orang yang dicintainya pergi, Aera tidak pernah menunjukkan bahwa ia lemah. Kendati dirinya ingin menangis, Aera selalu berhasil menyembunyikan jika ia begitu terluka.
Dengan wajah angkuh, senyuman sinis, serta kata-kata yang membuat seseorang penasaran padanya. Seolah setiap mata menilai—bagaimana hidup Aera? Apa dia baik-baik saja? Well, dia wanita kaya yang kesepian. Aera kerap bersedih, mengatakan ia adalah wanita paling menyedihkan di dunia ini. Tidak ada yang tahu sebab di balik wajah dinginnya Aera akan menangis diam-diam di waktu malam tiba.
Air mata menetes dalam diam dan secepat itu punggung tangannya menghapus tetesan air matanya. Berulang kali Aera memperingatkan dirinya sendiri, dia tidak boleh lemah.
