Meet and Change

67 24 4
                                    


     Jimin berhasil melewati syarat itu pada tahun pertama dan penampilannya masih baik-baik saja. Walau seluruh badannya terasa gatal ingin menyentuh air barang setetes. Ia kembali menelusuri di setiap sudut kota.

     Hidupnya kini tidak menentu, ia sudah banyak mengeluarkan Gulden hanya untuk menyewa kamar, lalu kembali mengembara menelusuri seluruh kota. Membiarkan jiwa-jiwa yang tak kenal lelah itu berkelana entah mencari apa. Yang pasti, hanya jiwa milik Jimin yang mengetahuinya.

     Jimin yang sekarang tampak misterius. Walau tak menampik bahwa paras dan hatinya bak malaikat. Dengan gummy smile yang selalu ia tujukan ketika ia menarik kurva.

     Begitu di tahun kedua dan ketiga, penampilannya kian memburuk dan terlihat seperti monster beruang; rambut menutupi hingga seluruh wajahnya, kuku jari tangan dan kaki yang memanjang, wajahnya menghitam akibat debu dan polusi kota yang menempel dengan tebal. Di tambah jaket beruang yang selalu ia kenakan, membuat siapa saja takut jika menatapnya. Benar-benar sudah menjelma seperti seekor beruang buas.

     "Lihat! Ada monster beruang!" kata salah satu anak lelaki yang sedang bermain bersama temannya. Begitu ia melihat Jimin, anak kecil itu berlari tunggang-langgang sembari menangis; mengakibatkan seluruh temannya juga ikut menoleh ke arah pemuda itu lalu melemparinya dengan batu, sampah atau apa saja yang ada di sekitar mereka.

     Sudah terbiasa bagi Jimin di perlakukan sedemikian rupa, ia juga tidak menaruh dendam pada orang-orang yang telah mengumpat dan melemparinya. Pemuda itu hanya memikirkan bagaimana caranya agar ia tetap bertahan hidup dan terbebas dari perjanjian iblis itu. Karena tak dapat di pungkiri, bisa saja ia tiba-tiba mati terperosok ke dalam lubang yang dalam atau hanyut dalam sebuah ilusi yang menyesatkan.

     Jimin butuh berdoa pada Tuhan agar ia di beri keselamatan. Namun sayang, jika ia memanjatkan doa, itu artinya ia sedang mengantarkan jiwanya pada sang iblis. Jadi, ia membutuhkan seseorang yang senantiasa bisa mendoakannya. Pemuda itu akan membantu siapa saja yang mengalami kesulitan; dengan memberikan sekantong besar Gulden yang ia keluarkan dari saku jaket kulit beruangnya. Dengan begitu, ia bisa meminta orang tersebut mendoakan dirinya agar tetap diberi keselamatan.

 Dengan begitu, ia bisa meminta orang tersebut mendoakan dirinya agar tetap diberi keselamatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


     Suatu hari, Jimin berjalan melewati pasar yang ramai dan padat. Ketika mendapati dirinya di tengah keramaian, semua orang menjadi panik; ada yang berlari ketakutan, ada yang menyumpahinya dan para pedagang sayur yang melemparinya dengan berbagai macam jenis sayuran.

     Pasar menjadi sangat kacau. Di tambah, dari arah selatan muncul segerombolan algojo yang mencoba mendekati Jimin. Bersiap dengan senjatanya, keempat algojo itu mengepung dengan Jimin yang berada di tengahnya. Ia ingat, sangat ingat bagaimana keempat jiwa bengis itu menghabisi nyawa kedua orang tuanya. Ia ingin membalaskan dendam pada mereka, namun apalah daya jika dirinya tidak memiliki skill bertarung?

     "Monster beruang jelek sepertimu harus di lenyapkan dari kota ini, kau menakuti seluruh warga!" kata salah satu dari mereka.

     "Lalu apa bedanya dengan kalian?" tanya Jimin. Pemuda itu sudah bersiap menerkam mereka dengan kukunya yang panjang, tetapi para algojo itu lebih sigap pergerakannya.

     Mereka menepis tangan Jimin lalu menendang perutnya hingga pemuda itu tersungkur. Salah satu dari mereka mengayunkan senjata untuk menusuk dada sang lawan, Jimin yang menyadari itu langsung berguling kesamping guna menghindari benda tajam tersebut. Tetapi ketika ingin berdiri, seperti ada yang menendang pundaknya; mengakibatkan ia lagi-lagi tersungkur.

     Jimin memegangi lengan kirinya yang terasa nyeri akibat gesekan pedang itu mengenai lengan bagian atas; ketika ia mencoba untuk melawan mereka. Kemudian pemuda itu merasa tidak bisa bergerak karena kedua tangannya dipegangi oleh kedua anak buah algojo, sedangkan sang ketua sedang memilah akan menancapkan senjata di bagian tubuh jimin yang mana sembari tersenyum mengerikan.

     Ketika jiwa bengis itu melangkahkan tungkainya semakin dekat, Jimin menutup matanya pasrah. Masih tersisa tiga tahun lagi untuk ia bertahan hidup dan menyelesaikan perjanjian sang iblis. Tetapi dengan keadaan yang seperti ini, ia tidak yakin jika tubuhnya akan berbentuk lagi setelah ini. Lalu potongan daging tubuhnya dijual para algojo dan jiwanya akan menjadi milik iblis seutuhnya.

     Sedangkan dari kejauhan, Taehyung menikmati pemandangan yang ada di hadapannya dengan tersenyum lebar. Senyumannya terlihat apik untuk dilihat oleh para kaum hawa, namun siapa sangka jika kau melihat dirinya yang asli di luar horizon bumi ini, senyumannya terlihat mengerikan dengan mulut menganga lebar hingga ke telinga dan mengeluarkan darah.

     Saat ketua algojo itu mulai mengayunkan senjatanya ke atas, Jimin semakin memejamkan netranya. Tetapi setelah itu, ia tidak merasakan apa-apa, yang terdengar hanyalah bunyi berdebum keras dan erangan. Kedua tangannya juga sudah tidak dipegang oleh antek-antek algojo itu. Ia mencoba untuk membuka matanya perlahan, mendapati semua algojo itu terkulai lemas di tanah dengan semua senjatanya yang terlempar jauh.
Jimin mengedarkan penglihatannya, mencari siapa sosok sang pahlawan yang telah menolongnya.

     Ia mendapati seseorang yang sedang memegang pedang sangat panjang. Wajahnya tidak begitu terlihat, sebab banyak debu dan asap yang beterbangan di sekitarnya. Satu hal yang ia yakini; sosok itu adalah seorang wanita.

     Sosok itu berjalan mendekat dengan netra tajam dan rahang yang tegas untuk ukuran seorang wanita. Jimin berpikir, pasti wanita itu dididik dengan bela diri yang baik oleh orang tuanya.

     Jimin mengerjap ketika salah satu algojo itu bangkit dan ingin menghantam dari belakang wanita itu dengan pisaunya. Jimin ingin berteriak, namun suaranya terlalu parau akibat tendangan yang mengenai dadanya. Sekilas dapat Jimin lihat, ketika algojo itu sudah semakin mendekat, wanita itu dengan sangat cepat berbalik arah dan menghunuskan pedangnya ke arah tangan sang lawan yang sudah melayang ingin menusuknya. Mengakibatkan tangan itu terpisah dan si pemiliknya mengerang hebat.

     Setelahnya, wanita itu seperti mendapat sinyal dan melirik ke kanan, dengan cepat ia menepis tangan lawan yang ingin memukulnya. Menepisnya dengan bertubi-tubi sebab sang lawan terus menghujaninya dengan puluhan tinju.
Ia menyelipkan pedangnya di tali pinggang belakang tubuhnya. Kini ia bertarung dengan tangan kosong untuk mengimbangi sang lawan. Debu-debu di sekitar menjelajah udara dengan tebal ketika pertarungan itu semakin sengit. Ketika wanita itu menendang sang lawan, tetapi kakinya di tahan, ia tidak bisa bergerak. Dan dari arah belakang, si anak buah algojo memukul tengkuknya dengan keras; mengakibatkan wanita itu tersungkur ke tanah.

     "Wanita cantik sepertimu jangan coba-coba melawan kami," kata si ketua dengan tawa yang membahana.

     Jimin ingin sekali membantunya, tetapi rasa sesak di dada dan nyeri di lengannya sangat menyiksa. Kemudian Jimin merapatkan jaketnya. Seketika tubuhnya menjadi bersinar dan mengalihkan atensi kedua algojo tersebut yang ingin menghantam tubuh gadis itu.

     Secara perlahan, jaket kulit beruang itu seakan menyatu dengan kulit tubuhnya, rambut-rambut panjang berwarna cokelat mulai muncul dari atas kepala hingga ujung kaki. Tubuhnya juga ikut mengalami perubahan seakan lebih berat dan berisi. Jimin merasakan bahwa mulut dan giginya mulai mengembang lebih besar dan panjang.

     Kemudian ia melompat ke arah kedua algojo itu yang masih tercengang menatap dirinya. Ia menepis pisau yang hendak algojo itu layangkan padanya, dengan segera ia menggigit dan mencakarnya secara brutal hingga sang lawan tumbang.
Setelahnya, Jimin ambruk terduduk di atas tanah. Kemudian tubuhnya kembali bersinar lalu berubah menjadi manusia seperti semula. Napasnya tersenggal-senggal dan lelah luar biasa. Ia melirik ke arah wanita misterius itu yang entah sejak kapan sudah berdiri dan menatap pertarungan mereka.

     "Bangunlah. Kau seorang pria, jangan bersikap lemah seperti itu."

Bearskin: Seelen At Stake √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang