30. Persahabatan ⭐

125 45 22
                                    


"Nama gue Jimmy. Gue akan selalu ngelindungin sahabat gue. Lo mau berbuat jahat ke dia? Kecuali gue mati dulu baru lo bisa!" - Jimmy.

⭐⭐⭐

"Marvel, where are you?" Hanya itu yang terlintas di benaknya. Air matanya mulai berlinang.

BRAK!
Pintu tiba-tiba jatuh. Tenaga Nando memang kualitas jempol sekomplek. Ia berdiri dengan gagah di belakang Wanto. Tubuhnya yang tinggi melototin Wanto yang lebih pendek. Nando menyeret Wanto secara paksa hingga ke tengah kamar dan menjauhi Sin.

"Berani ya kau sama Nona?!" ucap Nando geram.

"Sin! Elo baik-baik aja?" Jimmy segera berlari ke arah Sin. Sin menjongkokkan dirinya. Kedua tangannya berlipat di atas lututnya. Kepalanya berdekap di dalam tangannya. Tubuhnya masih gemetar.

"KALIAN INI APA-APAAN SIH?!" seru Wanto tidak senang.

"Nando, pegang dia baik-baik. Nih orang harus gue kasih pelajaran sebelum polisi datang," perintah Jimmy.

"Siap dilaksanakan." Nando memegang erat kedua lengan Wanto dari belakang. Wanto terus meronta, namun tidak berhasil.

Burgh ....
Sebuah pukulan melayang ke pipi kanan Wanto. "Lo ya yang kemarin mau nyulik Sin??"

Burgh ....
Pukulan kembali melayang ke pipi kiri Wanto. "Ini untuk pembalasan dari segala perbuatan lo, Bangsat!"

Burgh ....
Pukulan terakhir melayang ke perut Wanto. Hidung dan mulut Wanto mengalir darah. "Nih orang terlalu brengsek. Sia-siain tenaga gue aja. Nando, jaga baik-baik nih orang sampai polisi datang. Gue anter Sin ke lokasi syuting dulu." Jimmy mengusap kedua tangannya yang memerah kemudian menghampiri Sin.

"Pre ... man ...," ujar Wanto yang sedang menahan sakit. Jimmy tidak membalas omongannya.

"Sin ...," panggil Jimmy pelan. Gadis itu masih menyembunyikan wajahnya di balik tangannya. Jimmy mengusap rambut Sin pelan. "Tenang, lo udah aman. Tuh brengsek akan diserahin ke polisi."

Sin mengangkat kepalanya pelan. Tubuhnya terasa tidak segemetar tadi setelah melihat wajah Jimmy.

"Nih tissue." Jimmy menyodorkan sebungkus tissue. Sin menerimanya.

"WOY B*BI LEPASIN GUE! JANGAN KE LOKASI SYUTING!!!" teriak Wanto sambil meronta.

Burgh ....
Kali ini Wanto memakan tinjuan dari Nando. Lezat!

"Kuy." Jimmy memberikan tangannya kepada Sin. Sin mengangguk kepalanya dan mengikuti Jimmy. Perlahan dia berdiri.

"Nama gue Jimmy. Gue akan selalu ngelindungin sahabat gue. Lo mau berbuat jahat ke dia? Kecuali gue mati dulu baru lo bisa!" seru Jimmy ke Wanto dengan tatapan amarah. "Tobatlah di penjara!" sambungnya sebelum meninggalkan ruangan bersama Sin.

⭐⭐⭐

Sementara itu, di luar rumah Wanto, Pia terlihat panik. Ia sangat khawatir, ia takut akan Jimmy yang tidak keburu menyelamati sahabatnya. Sedangkan, Pak Kemis telah mengantar Michele kemari.

"Lo ngapain jir?" tanya Michele yang melihat Pia mondar-mandir dengan vape di tangannya.

"ADUH KAK. Lo gak bilang si Wanto mau gituin Sin. Aduh, parah banget sih kak. Aduh kok lo tega sih sama adik sepupu sendiri. Astajimastaganagabuayaularkudaharimauanjingbangsate&#*$(÷¥$*'*&₩@¥." Pia dari tadi komat-kamit terus. Entah apa yang diucapnya. Michele menjitak Pia, karena berisik.

"Kan gue udah nitip mata-mata gue buat ngirimin surat ama kunci rumah Wanto ke Nando di Starbucks buat selamatin Sin. Yang gue butuh cuma ulur waktu aja. Sejahat-jahatnya gue juga nggak akan setega itu sampai keperawan Sin diambil sama Wanto anjir."

The Star of HollywoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang