27. Penjelasan Dari Abinra

111 29 5
                                    


***

Suara langkah kaki mulai terdengar dalam lorong bernuansa putih dan berbau obat itu. Lorong rumah sakit yang sangat khas menemani perjalan dua orang yang sedang memandu canda dan tawa di dalamnya.

Beberapa kali ketukan terdengar, disusul oleh suara deritan pintu yang menandakan bahwa sang pemilik ruangan mengizinkan tamu tersebut masuk.

Tanpa menunggu lama, 'tamu' tersebut merangkul sesosok pria berjas putih dengan friendly.

"Yo, Jeff!"

"Hello, doctor. Gimana kabarnya hari ini?" suara sapaan gadis yang terdengar merdu di telingga Jeffrey.

Jeffrey membuka jas kerjanya, menggantungnya di gantungan khusus jas.

"Baik," jawabnya. "Kalian udah selesai pemotretan?"

Keduanya mengangguk.

"Cepet juga, ya." Jeffrey bermonolog sendiri. "Duduk, gue pesenin minuman dulu buat kalian."

Dizon dan Alsava menurut, kedua kakak beradik itu duduk di sofa yang ditempatkan di ruangan ini.

"Alsa, gue tau lo nelfon Minerva, 'kan?" tanya Jeffrey. Dokter muda itu ikut duduk bersama dengan Dizon dan Alsava.

"Enggak sengaja. Lagian aku kira dokter yang bakal angkat telefonnya." Alsava terlihat tidak perduli.

"Untung dia gak nanya apa-apa."

Dizon terkekeh pelan menanggapi percakapan adiknya dan dokter muda itu. Ia memilih untuk tidak ambil pusing atas apa yang dilakukan oleh Alsava.

"Sebenernya ... sampai kapan kalian pakai identitas palsu ini?" Jeffrey membuka pertanyaan kembali.

Kali ini, mimik muka Dizon berubah menjadi datar dan tidak bersahabat.

"Tunggu sampai waktunya tepat."

Jeffrey menghela nafas, "Iya gue tau. Tapi sampai kapan? Apa ada yang menjamin kalian bakal tetep gak ketauan pakai identitas ini?"

"Sebaiknya hal ini gak kita bicarain dulu." Alsava mencoba untuk menengahi.

Tanpa mereka sadari, pintu ruangan ini terbuka dan menampilkan sosok suster dengan baju kerjanya. Memegang surat-surat yang akan diberikan kepada Jeffrey.

Minerva.

Suster itu adalah dirinya. Ia mematung di luar pintu, mencoba untuk meyakinkan matanya kalau orang yang ia lihat adalah Sakala dan Abinra.

"Gue pergi dulu—" ucapan Jeffrey terpotong ketika membuka pintu. Sosok Minerva sedang menatap ke arah dalam, membuat Dizon dan Alsava terkejut.

Mata Minerva terkunci kearah Dizon, begitu pula lelaki itu. Mereka berdua mencoba untuk mendekat satu sama lain, hingga tidak di sadari bahwa mata Minerva mengeluarkan air.

"Sakala ... ?" tanya Minerva ragu. Ia menutup mulutnya menggunakan telapak tangannya sendiri.

"Va, kamu tambah cantik, ya."

REBELLION (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang