-"Manusia bisa memilih jalannya sendiri. Tapi tak bisa melawan apa yang memang telah digariskan"-
▪️▪️▪️Ada yang bilang bahwa manusia punya rasio keuntungan dan kekurangan yang seimbang. Begitu pula kesedihan dan kebahagiaan. Kalau itu benar adanya, apakah Jennie memang telah menghabiskan seluruh keberuntungannya?
Takdir seolah tengah mempermainkannya. Hidupnya tiba- tiba berubah 180 derajat. Dia belum siap, belum beradaptasi.
Kembali jemari rampingnya meremas kuat lipatan panjang gaun cantiknya. Sebelah tangannya tak mau lepas dari lengan Hanbin yang bertautan dengannya. Terus mengekor kemanapun Hanbin pergi.
Hanbin tentu tak masalah, ia senang Jennie-nya terus menempel dengannya. Tiap orang yang mereka temui selalu mengatakan bahwa keduanya adalah pasangan serasi.
They're stating fact tho ✨
Senyumnya boleh terukir, namun debaran jantungnya kian menggila. Ditambah hawa dingin yang serasa merasuk tubuhnya.
Bagaimana tidak? Tak jauh dari tempatnya berdiri, Jennie bisa melihat tatapan menghunus sialan laki-laki yang beberapa hari lalu ditemuinya di klub.
Bagaimana dia bisa ada disini?
Jennie berusaha mengatur ekspresinya, namun tangannya yang mendadak dingin membuat Hanbin tentu menyadari perubahannya.
"Kau baik- baik saja?"
Tatapan cemas ia tautkan pada kekasihnya, sementara Jennie mengangguk pelan.
"Aku baik, hanya sedikit kedinginan sepertinya," balasnya setengah berbohong. Yaa memang dingin, apalagi ditambah tatapan dingin lelaki di pojokan itu terasa menghunusnya.
Melepaskan jas miliknya, Hanbin menyampirkannya pada bahu Jennie, ditambah dengan rangkulan tangan di pinggang yang tak mau lepas. Jennie tersenyum akan sikap manis kekasihnya.
"Terimakasih," ucapnya.
Tanpa melepaskan tangannya di pinggang Jennie, Hanbin kembali membawanya menuju beberapa kumpulan kolega bisnis. Menyapa mereka semua dengan ramah. Sesekali Jennie ikut menanggapi obrolan disana, berusaha menenggelamkan dirinya dalam kesibukan sehingga tak ada celah untuk takut.
"Sayang, aku tinggal sebentar. Ayah memanggilku kesana," Hanbin perlahan melepaskan rengkuhannya di pinggang Jennie. Gadis itu tentu merasa tak rela, namun ia tak bisa menghentikan Hanbin yang kini telah berjalan cepat menjauhinya.
Lagipula tentu ia tak bisa menunjukkan betapa lemah dirinya sekarang, bisa- bisa Hanbin semakin curiga, kan?
Berusaha tetap tenang, Jennie meraih gelas mahal yang terpatri di meja. Meneguk isinya perlahan sembari sesekali tersenyum pada beberapa orang yang menyapanya.
"Kita bertemu lagi."
Sial. Ini dia suara yang benar- benar ia hindari.
Tak perlu repot berbalik badan karena lelaki dengan surai yang kian panjang itu kini justru dengan santai berdiri disebelahnya. Aroma maskulin itu masih sama, membuatnya berdebar setengah khawatir.
"Jadi kau calon istri Kim Hanbin?" seutas senyum miring terukir. Jennie tak mau menatapnya, ia masih memandang datar gelas dihadapannya. Berusaha bersikap tenang dan tak terpengaruh.
"Kenapa kau disini?" nada dingin khas Jennie menguar.
"Aku? Tentu karena aku juga orang penting disini," balasnya santai. Dari sudut matanya, Jennie menangkap pergerakan tangan sang lelaki yang kini merayap sebelah ke kantung celana. Ia mengambil ponsel lalu menunjukkan sesuatu yang membuat Jennie membulatkan matanya. Terpampang fotonya yang sedang tertidur lelap di dada lelaki dihadapannya itu.
"Kira- kira apa yang akan Hanbin lakukan jika ia tahu calon istrinya tidur dengan pria lain?" seringaian yang kian miring itu benar- benar terlihat menyebalkan.
"Jangan macam-macam! Hapus foto itu!" Jennie menahan emosinya, tak mau berteriak di tengah pesta.
Ekspresi yang lelaki itu tunjukkan kelewat menyebalkan. Mengambil segelas minuman, lalu dengan enteng mempertemukan kedua gelas mereka hingga menimbulkan sedikit bunyi nyaring.
"Apa yang sebenarnya kau inginkan?"
Jennie mendesis tajam, namun lelaki itu hanya menanggapinya dengan santai.
"Temui aku nanti," ia meneguk minumannya dengan seutas senyum tipis sembari menatap sekeliling.
"Eoh kalian sudah saling kenal?" Hanbin tiba- tiba mendekat dengan senyuman hangatnya.
Hal selanjutnya yang membuat Jennie shock ialah kedua lelaki itu berpelukan dihadapannya, sembari saling menepuk bahu akrab.
"Sayang—dia sepupuku, Kim Taehyung."
▪️▪️▪️
Ow henlo mamas kth 🥰
Ini ceritanya jenbin pas di pestaa. Serasi banget emang meski cuma editan :")