Ali pulang dari Bandung dengan membawa semangat dan ilmu baru, sayangnya dia tidak punya komputer, oleh karena itu ia menjadikan komputer di kantor Nico sebagai kelinci percobaannya. Sebulan kemudian Ali berhasil membuat program untuk database gudang kantor Nico.
Nico sangat senang pada karya Ali, ia meminta Ali pindah ke bagian IT, sayangnya Ali malah mengundurkan diri. Ali mengatakan, bahwa sudah waktunya ia kembali berdiri di atas kaki sendiri.
Ali memang sudah punya cukup tabungan untuk daftar kuliah dan bertahan hidup selama kira-kira satu bulan. Ia berkeyakinan sanggup memulai lagi bisnisnya dalam jangka waktu itu.
Dengan berat hati, Nico mengabulkan keinginan Ali dan mengatakan pintu kantornya selalu terbuka jika Ali ingin kembali.
*****
"Heh, ngapain lu sini, gondrong!"
Ali menoleh. "Firdi!"
Ali dan Firdi berpelukan.
"Gue baru daftar di kampuslu," ujar Ali.
"Wah, cium tangan dulu dong sama senior."
"Cium tangan atau cium ...."
"Ngehe! Lu sama aja kaya Angga! Gue becanda dikira beneran!"
Ali tertawa.
"Asik nih kita ketemu lagi. Ayolah bikin bisnis lagi!" ajak Firdi bersemangat.
"Di sini ada yang punya modal dan suka bisnis, enggak?" tanya Ali.
"Pake nanya! Liat aja tampang anak-anak sini, muke pedagang glodok semua, hehe," ujar Firdi.
"Rasis lu."
"Muke gue juga pedagang Glodok, hahaha!"
"Tapi lu kan KW."
"Muke glodok artinya doyan dagang, sama kaya kita. Wah, lu pasti betah, Al. Anak-anak sini pada doyan bisnis dan ... "
"Koko Firdi," sapa sekumpulan mahasiswi yang melewatinya.
Firdi melambaikan tangan pada mereka. "Dan ... cantik-cantik. Bukan begitu Koko Ali? Hehe."
"Oh, pantes lu pilih kuliah di sini. Tadinya gue sempet heran, sejak kapan elu suka komputer?"
Firdi tertawa. "Lu kenapa baru daftar?"
"Lu kan udah tahu XPrint lepas. Jadi, duitnya baru ada sekarang, Koko Firdi."
"Hahaha. Ya udah, kita bikin lagi di sini. Bisnis apa nih enaknya?"
"Hmm, rental internet, gimana?" tanya Ali.
"Udah banyak!" sahut Firdi.
"Kalo udah banyak, emang kenapa?" tanya Ali.
"Basi! Cari ide lain dong yang fresh, biar enggak ada saingan," jawab Firdi.
"Kalo banyak, justru marketnya udah bagus. Jangan takut saingan, kita bisa main diferensiasi," sahut Ali.
Firdi menggaruk-garuk kepala. "Lu kalo ngomong ama gue yang gampang-gampang aja sih. Kayak baru kenal aja, hehe."
"Gue jelasin deh. Diferensiasi itu artinya lu punya ciri khas beda yang bikin lu kelihatan menonjol dari yang lain."
"Masih enggak jelas. Kasih contoh deh."
"Hmm, oke. Sekarang kan lagi musim panas. Kalo siang bolong gini lu pake jas ujan, kira-kira satu kampus pada ngeliatin enggak?"
"Dikira orang gila dong?"
"Nah, itu diferensiasi!"
"Maksudlu?" Firdi kembali menggaruk-garuk kepala. "Oh, gue paham. Jadi di kios, kita semua pake jas ujan. Iya sih pasti rame, tapi kayaknya coman buat nontonin kita."
KAMU SEDANG MEMBACA
Al Kahfi Land 3 - Delusi
RomanceKisah perjuangan hidup Ali, pemuda miskin dari kawasan kumuh yang jatuh bangun menggapai cita-cita memiliki perusahaan raksasa. Ali bersahabat dengan Angga dan Sarah. Angga, sang juara kelas, pemikirannya sering tidak sejalan sehingga selalu menjad...