9

252 17 0
                                    

Lana melempar tas dan paper bagnya di atas tempat tidur dan langsung membuka kemejanya yang sudah kusut dengan sedikit terburu-buru. Ia melempar kemeja itu sembarangan lalu masuk ke dalam kamar mandi.

Setelah selesai dengan mandinya ia langsung memakai pakaian yang tadi ia beli di mall dan berdandan seadanya secara kilat.

Sambil memasang sneakernya ia menarik napas dan menghembuskannya dengan kasar. Teringat saat bertemu dengan Noah di tempat penjual nasi goreng tadi.

Entah mengapa Lana kehilangan mood baiknya setelah mantannya itu pergi.

Noah sama sekali tidak berpamitan padanya, pria itu dengan entengnya pergi begitu saja.

Lana tahu ia tidak seharusnya merasa kesal. Mungkin Noah juga kesal karna dirinya tidak menjawab pertanyaan pria itu, padahal apa susahnya menjawab saja? Noah hanya menanyakan kabar bukan bertanya apa Lana mau menjadi istrinya.

Namun bodohnya ia malah tersedak dan mendadak bisu setelahnya. Apalagi saat Jay menggodanya dengan mengatakan kalau ia nervous. Lana semakin tidak bisa membuka mulutnya.

Ia selesai dengan sepatunya. Dengan malas ia mengambil tasnya yang tadi ia lempar dengan asal. Sungguh ingin rasanya ia teriak saat ini.

Mengapa sejak kedatangannya ke Jakarta ia selalu bertemu dengan Noah? Dan mengapa pertemuan mereka yang selalu ia bayangkan tidak sesuai dengan kenyataannya? Bukan pertemuan seperti ini yang Lana harapkan.

"Lan.. lo udah siap belom?" Tanya Mike dari luar pintu kamar. Lana menghela napas, seharusnya malam ini menjadi malam yang menyenangkan. Karna ini malam terakhir ia berada di Jakarta.

Lana membuka pintu kamar itu. Mike berdiri tepat dihadapannya dengan pakaian yang sudah rapih.

"Muka lo kenapa?"
"Gapapa" jawab Lana datar namun dengan wajah yang tidak santai. Mike sudah tahu jika wanita sudah berkata 'gapapa' dengan wajah yang demikian. Namun ia tidak mau ambil pusing karna Lana bukan pacarnya, jadi dia tidak perlu bereaksi seolah ia pacar yang peka kan?

Mike berjalan mendahului Lana, mereka bergegas menuju club malam yang menjadi tempat Mike menerima job malam ini.
***

Lana menenggak gelasnya yang kedua. Ia ingin sekali mabuk malam ini. Sayangnya itu tidak mungkin mengingat tujuannya malam ini adalah menemani Mike bekerja.

"Lana!" Lana menoleh ke sampingnya. Ia menyipitkan matanya untuk menajamkan pandangan. Apa daya lampu club malam tidak membantunya.

Wanita yang meneriaki namanya sudah duduk tempat di sampingnya. Lana baru bisa mengenalinya sekarang.

"Perasaan gue ketemu lo mulu deh" wanita itu tertawa.
"Gue juga bingung, jangan-jangan lo ngebuntutin gue" katanya dengan nada jahil.
"Kurang kerjaan amat" jawab Lana datar. Lucy kembali tertawa.
"Jadi itu temen lo?" Tanyanya sambil menatap Mike yang sedang sibuk dengan alat musiknya.

Lana hanya mengangguk sambil menenggak gelasnya yang ketiga.
"Jangan banyak-banyak, kasian temen lo nanti" Katanya dengan sarkas.

Lana terkekeh. Ia juga tidak mau mabuk, tapi tubuhnya seperti bergerak sendiri tanpa ia kehendaki.
"Jadi sampai mana karir lo sekarang?" Entah mengapa pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Lana. Ia tidak berniat sok akrab, tapi bukannya itu yang diinginkan wanita ini? Karna untuk apa ia menghampiri Lana dan dengan santainya duduk di sampingnya?

"Karir?" Lucy tersenyum entah untuk apa. Ia menenggak gelas pertamanya sebelum akhirnya ia menjawab.
"Um gue udah gak berkarir" jawabnya santai.

Love At Second SightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang