32. Peluang Kedua ⭐

118 33 36
                                    

"Gone but never forgotten."

⭐⭐⭐

"CHRIS ... CHRISTINA?!"

Marvel mengernyitkan keningnya setelah melihat ekspresi kaget wanita paruh baya itu. "Excuse me, its my photo," ucap Marvel dengan menunjukkan foto itu.

"Ada apa? Foto siapa itu?" tanya Lisa.

"Oh, ini fotonya Chintya," jawab Marvel. "Excuse me." Wanita itu masih belum memberikan foto Sin kepadanya.

Wanita itu tertegun. "Oh, sorry, saya salah lihat. Tapi, boleh tolong kasih tau saya siapa gadis ini?"

"Anda ternyata bisa bahasa Indonesia? Gadis ini namanya Chintya Lauren. Dia aktris terkenal di Indonesia," jelas Marvel.

"APA? CHINTYA LAUREN?" tanya wanita itu. Lagi-lagi dengan penuh ekspresi kaget dan susah ditebak.

"Iya betul. Kenapa, Tan?" tanya Marvel semakin heran.

Wanita itu merogoh-rogoh isi tasnya, mengeluarkan kotak kartu nama dan memberikan selembar kartu nama kepada Marvel. "Nama saya Freya Lauren, produser dari Universal Entertainment."

"Bentar--" Marvel tersontak kaget. Tak menyangka orang yang ingin dicarinya berdiri tepat di depannya.

"Nak, itu kan produser yang kamu cari," potong Calvin.

"Sini miss Freya makan bareng aja yuk. Silakan duduk." Lisa menepuk-nepuk kursi kosong di sebelahnya.

"Maaf, saya ada meeting dengan klien. Besok bolehkan kamu datang ke kantor saya jam 10 pagi?"

"Tentu boleh. Besok saya akan datang tepat waktu."

"Good. See you tomorrow."

"See you." Freya berjalan pergi seiring bunyi ketukan high heels-nya yang terdengar semakin menjauh.

"Walau udah berusia, tapi mukanya masih cantik ya," gumam Calvin sambil menatap kepergian Freya. Sama halnya dengan Marvel.

Lisa berdehem. Kedua pria itu menarik kembali pandangannya untuk menghibur Lisa dengan memberikannya asupan makanan lezat dari restoran tersebut.

⭐⭐⭐

Pada waktu yang bersamaan, Jakarta memiliki waktu lebih awal 14 jam daripada Los Angeles. Jika di Los Angeles jam 8 malam, maka di Jakarta jam 10 pagi.

Sin sedang sibuk mengotak-atik laptop merah yang berada di depannya. Beberapa lama kemudian, ia memijatkan keningnya dan melepaskan kacamata anti radiasinya. Pasalnya, ia sedang mencari informasi-informasi casting untuk film Hollywood. Sayangnya tidak ditemukan. Lelah akan hasil pencariannya yang berkunjung nihil, ia menghempaskan badannya ke kasur.

"Akankah peluang kedua datang kembali?" gumannya sambil menatap atap-atap rumah yang dipenuhi sticker bintang.

Tiba-tiba Bintang si kucing putih datang dan terus mengeong.

"Oh, Bintang. Maaf ... Kakak belum kasih makanan pagi ini," ucap Sin seraya bangun dan mengambil sebungkus Cat Food kering kemudian menuangkannya ke mangkok kosong. Bintang segera menghampiri mangkok kosong itu dengan riang.

"Bintang, makanlah yang kenyang," ucap Sin sambil mengusap kepala Bintang dengan penuh kasih sayang.

"Marvel sekarang lagi ngapain ya, Bin?" tanya Sin kepada Bintang.

The Star of HollywoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang