"Lo mau minum apa?"tanya Vio pada Ray. Laki-laki itu menatap teman di sebelahnya.
Tanpa menoleh dari ponsel, Ray menjawab, "Apa aja."
"Oke,"sahut Vio mengangguk.
Vio pun mengatakan pesanannya kepada seorang pramusaji "Americano coffee-nya dua ya, Mbak” Sementara sang pramusaji mencatat pesanan mereka, Vio mencoba menarik perhatian Ray.
"Gue dengar, lo habis nembak cewek. Cewek mana, tuh?" tanya Vio.
Mendengar ucapan Vio sebelah alisnya terangkat, "Tau dari mana?" interogasi Ray.
"Yaelah, Ray. Kita udah kenal lama, kali! Udah gampang gua tahu hal begitu tanpa lo bilang sekalipun,"jawab Vio sambil berdecih.
Ray menghela napas dan mematikan ponselnya."Halah! Palingan juga dari Vingchan. Iya, kan?"
Vio tak menjawab, hanya tersenyum kecil. Bersamaan dengan itu, pramusaji pun datang membawa pesanan mereka.
Sambil menerima dua gelas menu yang sama, Vio tersenyum jahil. "Ngomong-ngomong, cantik cewek lo?"
Ray melirik Vio sejenak sebelum mengarahkan dagunya ke pojok cafe.
"Tuh, orangnya," tunjuk Ray.
Karena tak ada respon dari Vio, Ray menoleh ke samping. Ternyata Vio sudah berdiri kemudian berteriak lantang, untung saja pengunjung tak terlalu memperhatikan mereka."HAI!" Sapa Vio pada gadis yang fokus pada laptop di hadapannya.
Mereka hanya berjarak 10 meter, tetapi sosok yang Vio sapa seperti tertiup angin sepoi. Tak bereaksi apa pun.
"Sombong ya, Ray ...." cibir Vio yang kembali duduk di sebelah Ray.
Tentu saja tidak dibalas, karena kedua telinga gadis itu disumpal Airpods. Vio menatap ke arah Ray dengan tatapan yang sulit dimengerti .
"Tapi cantik, hehe ...." kekehnya pelan.
"Mau ngapain Lo?!"tanyanya saat Vio mulai melangkah meninggalkannya.
*
"Permisi, cantik," ujar seorang lelaki.
Sedikit terusik, Zuny mendongakkan wajahnya, menatap wajah asing yang tersenyum semringah kepadanya.
"Siapa ya?" ucap Zuny sambil melepas Airpods yang menyumpal telinganya.
Kedua alisnya bertaut, mencoba mengingat apakah ia mengenalnya. Tapi hasilnya nihil, Zuny belum pernah melihat wajah pemuda ini.
"Gue Vi—"
"Hai," sela sosok yang begitu mengusik pikiran Zuny beberapa waktu lalu, Ray.
Tangan Ray merangkul bahu Vio yang menghentikan ucapannya karena kaget, salah satu kaki Vio sengaja di injak oleh Ray.
"Kenapa diam?" tanya Ray.
Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya, mencoba memberi sugesti untuk dirinya sendiri agar tak terlalu gugup. Debaran jantung yang bertalu-talu membuatnya gelisah, Ray dan Vio memutuskan memindahkan pesanan mereka untuk duduk dan bergabung di tempat zuny yang semula fokus belajar.
Dengan memulai obrolan, walaupun terasa canggung mereka cukup cepat untuk berbaur. Dengan suasana sore di cafe yang langsung menghadap ke arah matahari terbenam, cukup menyenangkan untuk melepas penat sore hari setelah aktivitas padat ataupun sekedar menikmati matahari yang akan terbenam.
"Eh, btw lo kenal Ray dari kapan? Gue kenapa nggak pernah tau, ni anak dekat sama lo?" tanya Vio.
Ekspresi Zuny dan Ray terlihat jelas berubah dari sebelumnya yang terlihat santai menjadi sedikit tegang, Vio sendiri bingung akan keduanya. Melihat Zuny yang hanya diam, Ray angkat suara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Zuray
Teen Fiction"Siapa yg namanya Zuny!?"dengan nada suara datar cowok berwajah asing menghampiri meja Zuny. "K-kenapa?!"jawab yg empunya nama terkejut sekaligus ragu terhadap sosok dihadapannya. Detik berikutnya cowok itu menarik tengkuk Zuny ... Cup. Zuny langsun...