Doyoung mengecup pipi Lisa pelan, tangan nya mulai bergerak mengelus pinggang Lisa dengan agresif."Oppa, tolong berhenti! Kepalaku sedang sakit..."
Lisa mengigit lidahnya karena menahan sakit kala Doyoung mengigit kencang pipi nya. "Sakit..." Air mata Lisa lagi lagi turun untuk yang kesekian kalinya.
"Apa kau tidak lelah menangis Alice?" Tanya Doyoung tepat ditelinga Lisa.
Lisa menghapus air matanya dengan cepat. "Itu karena kau menyakitiku."
"Maka itu berhenti memberontak, jadilah gadis penurut Alice. Jadi kau tidak akan tersakiti." Doyoung menjilat daun telinga Lisa. Sekarang tangannya sudah berada di bokong gadis itu dan meremasnya pelan.
Lisa terdiam. Fisik dan batin nya selalu tersakiti. Dan dia hanya bisa diam. "Kenapa?"
"Apanya?" Tanya Doyoung balik tanpa berhenti dari aktifitasnya.
"Kenapa kau melakukan ini padaku? Kita sudah putus, kau meninggalkanku---kau mencampakkanku."
Srett...
Darah segar mengalir dari paha mulus Lisa yang tertutupi celana panjang tipis. Celana itu tersobek bersamaan dengan kulit paha Lisa.
Iya, entah dari mana Doyoung bisa mendapatkan silet itu. Dia yang melakukannya.
Tubuh Lisa gemetar, ia takut. Takut sekali. Paha nya perih. Memang ini bukan pertama kalinya dia disiksa seperti ini, tapi itu oleh hanya Ibu nya---Jieun. Doyoung memang suka membentak, tapi ia tidak pernah menyakiti Lisa dulu saat saat masih menjadi sepasang kekasih.
"Kau tidak boleh bertanya hal hal omong kosong seperti itu, itu semua bukan urusanmu. Kau tidak punya hak akan itu," kata Doyoung sambil merobek pakaian Lisa sampai terlepas. Membuat gadis itu langsung menutupi dadanya.
Doyoung menghela nafas, "Ah tidak usah ditutupi manis, buka saja. Lagi pula semua itu akan selalu kulihat ketika aku mengunjungimu."
"Kau berubah."
Doyoung mendorong Lisa sampai kepalanya terbentur lemari. "Omong kosong, berubah apa sih?! Cepat! Hibur aku gadis sinting!"
"Hanya dengan memperlihatkan bra-mu tidak akan membuatku senang...oh ayolah Alice!"
Doyoung tersenyum miring sambil mendekati Lisa yang sudah menangis sesenggukan. Dan semua siksaan dan teriakan itu dimulai lagi, dengan orang yang berbeda.
Walaupun siksaan itu juga berbeda, lukanya tetap sama. Sama sama menyakitkan.
"Kau tidak apa apa?" Taeyong menatap Lisa khawatir. Ia benar benar khawatir, wajah Lisa sangat pucat semenjak kedatangan Kim Doyoung. Sekarang saja Lisa melamun.
Lisa tersadar dari lamunan nya lalu menoleh ke Taeyong, "Ya."
"Wae?"
"Apa?"
"Kalian..." jawab Taeyong ragu.
Lisa menunduk. "Oh? Tidak apa apa, apa dia sudah benar benar pergi?"
Taeyong mengangguk. "Ya, kenapa? Kenapa kau mengabaikan pertanyaanku eoh?!"
"Taeyong-ssi, ada yang perlu kau ketahui dan ada yang tidak. Itu semua privasi." Lisa mendongak lalu mendengus.
"Kan sudah kubilang, aku ingin tau semua tentangmu," ujar Taeyong pelan. Lisa menghela nafas.
"Kenapa dia memanggilmu Alice?"
Lisa mengigit bibir bawahnya, dia telihat ragu untuk menjawabnya. "Itu fetish nya."
Taeyong terlihat sedikit terkejut. Ternyata pria itu benar benar brengsek ya. Dia tidak tau.
"Tapi bukankah kalian sudah tidak memiliki hubungan?"
"Sepertinya dia tidak butuh status untuk melakukan hal itu kepadaku."
Taeyong menatap Lisa dalam. "Jadi... dia merenggut mahkotamu?" Tanya Taeyong hati hati.
Lisa menunduk. "Dia bukan orang yang pertama..."
Taeyong membeku. Hey! Apa lagi maksudnya?!
Lisa tiba tiba terisak. Dia menangis. Taeyong langsung menarik Lisa kepelukkannya. Dia mengelus kepala Lisa pelan.
"Supir."
Taeyong mengernyit. "Apa? Kenapa supir?"
"Supirku melecehkanku saat masih SMP."
Taeyong tercekat. Dia tidak mengerti kenapa gadis cantik ini memiliki hidup yang sungguh tidak menyenangkan sama sekali dari kecil.
Taeyong semakin mempererat pelukkannya. Lisa belum berhenti menangis, kedua tangannya mencengkram kemeja Taeyong. Sungguh menyakitkan mengingat hal hal itu, bagi Lisa.
"Ibuku tak peduli, dia hanya memecat supir itu tanpa marah atau melaporkannya ke polisi."
"Sedangkan Ayahku, dia tidak tau. Ibuku tidak mau Ayahku tau dan aku dilarang memberi taunya," lanjut Lisa.
"Pamanku juga melakukannya."
Lagi lagi Taeyong tercekat. Rasanya dia jadi sesak nafas. Kenapa dia menjadi ikut sakit, padahal bukan dia yang mengalami.
"Dan lagi lagi Ibuku tidak melakukan apa apa." Lisa menarik dirinya dari Taeyong, lalu tangannya memukul dadanya yang terasa sesak.
Menurut Lisa, semua manusia itu mengecewakan. Termasuk dirinya, yang tidak bisa menjaga dirinya sendiri. Dia benci itu.
Dan orang lain selalu salah menilainya, hanya dengan paras, uang dan kepintaran. Orang pikir hidupnya pasti sangat bahagia. Kenyataan terburuknya adalah tidak sama sekali.
Semenjak Doyoung tau kalau Lisa dimasukkan rumah sakit jiwa. Semua itu berubah. Lisa bagaikan gadis terendah yang pernah Doyoung lihat.
Sudah 3 tahun Lisa di Rumah Sakit Jiwa dan selama itu juga Doyoung menyakitinya. Kalau Jieun tidak usah ditanya, dia telah menganiaya Lisa sedari gadis itu masih kecil.
Hanya di Rumah Sakit Jiwa ini, dia merasakan yang namanya kasih sayang, perhatian dan teman teman yang tulus.
Lisa menghapus air matanya, lalu menatap Taeyong. "Sebelum aku dinyatakan sedikit hilang kewarasan, aku memiliki banyak teman. Orang orang memujiku dan banyak yang mendekatiku, tentu juga laki laki."
"Tapi, itu semua palsu. Mereka mendekatiku hanya karena aku cantik dan kaya. Mereka ingin berteman denganku karena ingin populer. Mereka mencuri barang barangku, mereka menuduhku simpanan pria pria tua dan mereka akan meminta maaf setelahnya. Tapi itu hanya untuk kembali memanfaatkan."
"Ketika satu sekolah tau aku akan masuk rumah sakit jiwa, mereka menertawaiku, meledekku, mencaci juga menyakitiku. Seakan, aku ini adalah gadis menjijikkan yang pernah ada." Lisa tersenyum tipis.
"Wajahku terpampang di mading sekolah sebagai gadis gila, banyak laki laki yang memotretku. Itu hal yang buruk, karena mereka memotret lekuk tubuhku dari arah bawah lalu menjual foto fotonya. Kau...pasti paham."
Lisa tertawa kecil, "Taeyong-ssi, aku tidak tau apakah kau juga akan merasa jijik atau tidak. Atau akan menjauh atau tidak, tapi....selamat datang. Inilah hidupku."
Taeyong memaku menatap Lisa. Tanpa Taeyong sadari, air matanya jatuh begitu saja.
Tbc....
Yagini deh, kuat ya kuat🙏🏻
Terima kasih sudah membaca jangan lupa vote dan komen ya🖤
KAMU SEDANG MEMBACA
Manoban and Lee
FanfictionKetika dua jiwa yang berbeda memiliki perasaan yang sama. Apa respon semesta? *** "Apakah kau tidak tau? Kalau didunia ini semua manusia akan selalu dikejutkan dengan hal hal yang tak terduga." "Yang perlu kam...