9. Piknik, Yeay!

244 28 2
                                    


Bangun pagi, gue harus disibukan dengan memasak. Hari minggu ini Kak Seno mengajak kami semua untuk piknik di Ciwidey, katanya tempat sudah tersedia disana.

Lagian gak bilang kalo mau piknik, tahu gitu semalem gue beres-beres dulu. Dan ternyata memang sudah di bahas, saat anak-anak tidur. Cuma gue yang ikutan tidur jadi gak ikut diskusi, maaf Mama kebo.

Beruntung punya suami cekatan, disaat gue masak untuk makanan yang akan dibawa ke Lembang nanti. Yunis membereskan beberapa perlengkapan seperlunya yang akan dibawa, di dapur gue dan Ibu sibuk memasak. Clarisa udah gak boleh deket-deket dapur sama suaminya, maklum hamil besar.

"Dek" panggil Ibu, gue yang lagi menyusun nasi ke tupperware harus menoleh sejenak.

"Kenapa bu ?"

Ibu membawa sandwich yang sudah di bungkus rapih, dan beberapa buah-buahan yang sudah di cuci bersih. Makanan lain sudah berada di meja makan, tinggal di tata dan dimasukan ke wadah.

"Kamu gak ada niatan anak kedua ?"

Pergerakan tangan gue terhenti saat mendengar pertanyaan Ibu, mood gue pagi ini seakan menurun. Mencoba menutupi perubahan mood, gue pun melanjutkan kegiatan lalu tersenyum ke arah Ibu.

"Doain aja" jawab gue, mencoba dengan jawaban terbaik.

"Kasian Leon sendirian, dia keliatan seneng banget di panggil Abang. Apalagi sama Saka" ucap Ibu, beliau sibuk memasukan ayam gorem ke dalam wadah. Gue cuma senyum tipis. "Dan dia sering ajak ngobrol dedek bayi di perut Clarisa lho, dek" lanjutnya masih saja.

Gue berdeham, mencoba meredakan tenggorokan yang mulai terasa perih. "Iya, doain aja kan kata aku bilang. Aku juga gak nunda lagi kok" jawab gue lagi sambil mencoba tersenyum.

Tangan Ibu menggenggam tangan gue, membuat pergerakan menutup tupperware terhenti. "Udah gak KB kan ?" Tanyanya.

"Udah berhenti" jawan gue. "Dari dua tahun yang lalu" lanjut gue lagi tanpa menatap ke wajah Ibu. Setelahnya hening, Ibu tak kembali bersuara dan juga tak juga kembali melakukan kegiatannya.

Hingga tiba-tiba tangannya mengelus punggung tangan gue lembut, lalu berpindah ke kepala. Bibir gue menjadi bergetar dan mata mulai memanas, jangan. Tahan, please.

"Ibu doain pasti kok" ucap Ibu, lalu beliau membawa beberapa wadah yang selesai di masuki beberapa makanan yang etah kapan itu sudah selesai. Bahkan gue dari tadi bungkus nasi aja gak beres-beres.


Gue menggigit bibir bawah, menahan rasa yang ingin keluar saat Ibu bertanya dari awal. Gue tahu, pertanyaan ini pasti akan datang secepatnya. Baik dari Ibu gue sendiri, atau mungkin nanti dari Mamanya Yunis.

Membalikan badan, gue menatap ke arah jendela. Dimana mengarahkan ke arah halaman belakang, disana ada Leon dan Saka yang berlarian dengan tawa riang mengisinya. Butiran itu harus mengalir juga akhirnya, gue kalah.



***

Ciwidey Valley Resort, menjadi tempat piknik kita Minggu ini. Karena jalanan yang macet, kita sampai sekitar jam 2 siang. Leon, Saka dan Nala langsung berlarian diikuti oleh Yunis juga Kak Seno. Gue dan Ibu membawa barang bawaan, sebagian di bawa para suamu juga sih.

Sedangkan Clarisa sibuk membawa perut besarnya aja, sesekali gue membantunya berjalan. Kasian juga soalnya. Kak Seno sudah memesan satu tempat yang disediakan untuk piknik. Yaitu sebuah tenda bertema camping dengan nuansa suku pedalaman.


HIM : My Husband || Cho SeungyounTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang